ASTALOG.COM – Dilansir dari wikipedia, Tahun kabisat (bahasa Inggris: Leap year) adalah tahun yang mengalami penambahan satu hari dengan tujuan untuk menyesuaikan penanggalan dengan tahun astronomi.
Dalam satu tahun tidak secara persis terdiri dari 365 hari, tetapi 365 hari 5 jam 48 menit 45,1814 detik. Jika hal ini tidak dihiraukan, maka setiap 4 tahun akan kekurangan hampir 1 hari (tepatnya 23 jam 15 menit 0,7256 detik).
Maka untuk mengkompensasi hal ini, setiap 4 tahun sekali (tahun yang bisa dibagi 4), diberi 1 hari ekstra: 29 Februari. Tetapi karena 5 jam 48 menit 45,1814 detik kurang dari 6 jam, maka tahun-tahun yang bisa dibagi 100 (seperti tahun 1900), bukan tahun kabisat, kecuali bisa dibagi dengan 400 (seperti tahun 2000).
Penambahan 1 hari pada tahun kabisat diberikan pada bulan Februari. Jika pada tahun biasa bulan Februari terdapat 28 hari maka pada tahun kabisat terdapat hari ke 29 seperti yang terjadi pada saat artikel ini dibuat Senin, 29 Februari 2016.
Cara termudah untuk menentukan tahun kabisat atau bukan dapat menggunakan algoritma sebagai berikut:
Jika angka tahun itu habis dibagi 400, maka tahun itu sudah pasti tahun kabisat.
Jika angka tahun itu tidak habis dibagi 400 tetapi habis dibagi 100, maka tahun itu sudah pasti bukan merupakan tahun kabisat.
Jika angka tahun itu tidak habis dibagi 400, tidak habis dibagi 100 akan tetapi habis dibagi 4, maka tahun itu merupakan tahun kabisat.
Jika angka tahun tidak habis dibagi 400, tidak habis dibagi 100, dan tidak habis dibagi 4, maka tahun tersebut bukan merupakan tahun kabisat.
Sejarah Tahun Kabisat
Tahun kabisat atau istilah dalam bahasa Inggris “Leap Year” awalnya diciptakankan oleh astronom Sosiogenes dari Alexandria pada masa Kekaisaran Romawi Julius Caesar, dengan membuat kalender Julian yang terdapat waktu 365,25 hari dalam setahun. Namun akhirnya terjadi pembulatan menjadi 365 hari. Sedangkan sisa waktu yang 0,25 hari jika dijumlahkan dalam empat tahun akan menjadi 1 hari. Oleh karena itu per empat tahun akan terjadi penambahan 1 hari pada bulan Februari.
Perhitungan tahun kabisat didasarkan pada perputaran bumi yang sebenarnya dalam mengelilingi matahari selama 365,25. Untuk ‘memperbaiki’ serta ‘menyeimbangkan’ jadwal waktu tersebut, lahirlah tahun kabisat.
Bulan Februari awalnya memiliki 29 hari pada tahun biasa dan 30 hari pada tahun kabisat, namun saat Kaisar Romawi August Caesar, 1 hari pada bulan Februari dikurangi dan dialihkan ke bulan Agustus yang pada waktu itu hanya memiliki 30 hari. Dengan demikian, pada tahun biasa, Februari memiliki 28 hari dan Agustus 31 hari.
Alasan pengurangan 1 hari di bulan Februari adalah kepraktisan dan kemudahan mengingat bulan Januari dan Februari merupakan bulan baru yang ditambahkan oleh King Numa Pompilius untuk melengkapi jumlah perhitingan hari dalam setahun. Sebelumnya dalam setahun hanya ada 10 bulan.
Dalam perkembangan sistem penanggalan kabisat akhirnya digunakan kalender Gregorian untuk menerapkan kriteria tahun kabisat oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582. Penetapan tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat dan 400 dan tidak berlaku untuk abad baru atau kelipatan 100. Meski demikian, perhitungan ini belum 100 persen akurat dan bisa meleset satu hari dalam kurun waktu ribuan tahun lagi.