ASTALOG.COM – Salah satu unsur kalimat yang dapat disusun menjadi kalimat adalah kalimat isim (Kata Benda), kalimah isim dalam definisi kalangan ahli nahwu adalah :
هُوَ كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلَى مَعْنًى فِى نَفْسِهَا وَلَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَانٍ وَضْعًا
Artinya : Kalimah yang menunjukkan terhadap makna yang terdapat padanya dengan tidak disertai zaman dalam penggunaan maknanya.
Pengertian Kalimat Isim
Kata benda atau isim adalah kata yang paling banyak digunakan dalam struktur kalimat bahasa Arab di samping kata kerja (fi’il).
Hal ini terjadi karena memang dalam setiap kalimat hampir dipastikan terdiri dari kata benda termasuk dalam kalimat verbal (jumlah ismiyah) sekalipun yang masih membutuhkan subyek (fa’il) dan obyek (maf’ul) yang keduanya harus berupa kata benda.
Kalimah isim atau sering disebut isim saja adalah kata benda (nomina) yaitu semua kata yang menunjukkan benda. Dan sebagaimana kata benda lain, ia dapat diketahui dari memahami maknanya.
Dalam bahasa Arab, membedakan kata benda dengan kata yang lain–seperti kata kerja (fi’il) dan kata sambung (huruf).
Ciri-ciri Kalimat Isim
Ciri-ciri dari kalimat isim yaitu :
1. khafdh
2. tanwin
3. alif lam
4. huruf khafdh
Khafdh ditinjau dari sisi bahasa bermakna : rendah atau turun. Sedangkan ditinjau dari sisi ilmu nahwu yaitu bacaan kasrah pada sebuah kalimat isim.
Bacaan kasrah tersebut adalah pada umumnya, karena pada beberapa jenis kalimat isim tanda khafdh bisa juga dengan huruf ya’ atau dengan bacaan fathah.
Contoh :
بَكرٌُ فِي المَسجدِ = (Bakrun fil masjidi) Bakr berada di dalam masjid
Kata “al masjidi” huruf akhirnya (yaitu huruf dal) dibaca kasrah, maka kata tersebut menunjukkan dua hal yaitu : bahwa dia adalah kalimat isim dan ditandai dengan khafdh.
قامَ أخوْ بكرٍِ = (qaama akhu Bakrin) Saudara Bakr telah berdiri
Kata “Bakrin” huruf akhirnya (yaitu ra’) dibaca kasrah, maka kata tersebut menunjukkan dua hal yaitu : bahwa dia adalah kalimat isim dan ditandai dengan khafdh.
Tanwin : هو نونٌُ ساكنة تلحَق أخرالاسم لفظا لا خطّا
“yaitu nun mati yang berada di huruf terakhir sebuah kalimat isim, nampak ketika diucapkan, tidak nampak di dalam tulisannya”
Contoh :
قمرٌُ = (qamarun) rembulan ; huruf terakhir (huruf ra’) dibaca tanwin
مَكتبٌُ = (maktabun) meja ; huruf terakhir (huruf ba’) dibaca tanwin
Alif Lam : yaitu adanya tambahan alif dan lam di depan sebuah kalimat isim.
Contoh :
القمر = (al qamaru) rembulan
المكتبُ = (al maktabu) meja
Perhatikan dua contoh di atas, setelah adanya alif dan lam, maka tidak lagi dibaca tanwin.
Huruf Kahfd : yaitu huruf-huruf yang masuk kepada kalimat isim sehingga kalimat isim tersebut harus dibaca khafd.
Contoh :
رجعت من المكتبةِ = (raja’tu minal maktabati) Saya pulang dari perpustakaan
Huruf khafdhnya adalah min.
ذهبت الي المسجدِ = (dzahabtu ilal masjidi) Saya pergi ke masjid
Huruf khafdhnya adalah ila.
Karakteristik Kalimat Isim
Karakteristik kalimat isim itu antara lain ialah:
1.Huruf akhirnya di-jar-kan
Kalimat isim dibaca jar (di-jar-kan huruf akhirnya) bisa dikarenakan oleh beberapa sebab, antara lain:
a. Kemasukan huruf khafadh (jar), yaitu:
Huruf مِنْ (dari) dan إِلَى (ke), contoh: سِرْتُ مِنَ الْمِصْرِ إِلَى الْمَكَّةِ (aku telah berjalan dari Mesir ke Mekkah)
Huruf عَنْ (dari), contoh: سَأَلْتُ عَنْ زَيْذٍ (aku telah menanyakan tentang keadaan zaid)
Huruf عَلَى (kepada/ atas), contoh: رَكِبْتُ عَلَى الْفِرَسِ (aku telah menunggang (di atas) kuda)
Huruf فِيْ (pada/dalam), contoh: زَيْذٌ فِيْ الدَّرِ (zaid berada di dalam rumah)
Huruf رُبَّ (sedikit sekali/banyak sekali), contoh: رُبَّ رَجُلٍ صَلِحٍ فِيْ الْمَسْجِدِ (sedikit sekali atau banyak sekali laki-laki saleh di masjid)
Huruf بِ (dengan), contoh: مَرَرْتُ بِزَيْذٍ (saya bertemu dengan zaid)
Huruf كَ (seperti), contoh: أَحْمَد كَالْبَدْرِ (ahmad seperti bulan)
Huruf لِ (untuk/milik), contoh: أَلْمَالُ لإِبْرَاهِيْمِ (harta milik Ibrahim)
Huruf qasam (sumpah) yaitu huruf ,و ب ت contoh: وَاللّٰهِ بِاللّٰهِ تاَللّٰهِ (demi Allah)
b. Sebab Idhafat
Yang dimaksud idhafat adalah:
إِمْتِزَاجُ إِسْمَيْنِ عَلَى وَجْهٍ يُفِيْدُ تَعْرِيْفًا أَوْتَخْصِيْصًا
“menggabungkan dua isim dengan cara memberikan faedah ke-ma’rifat-an atau kekhususan”. (disebut juga kata majemuk)
Faedah idhafat adalah me-ma’rifat-kan bila mana isim itu di-idhafat-kan kepada isim ma’rifat, tetapi apabila isim itu di-idhafat-kan kepada isim nakirah, maka namanya men-takhsis-kan (tidak bersifat umum atau tertentu).
Macam-macam idhafat:
Idhafat lafdiyah yaitu mudhaf-nya yang terdiri dari isim sifat (isim fa’il/ isim maf’ul) dan mudhaf ilaih-nya terdiri dari ma’mul-nya. Idhafat ini tidak mempunyai faidah/ pengaruh apa-apa, tidak dapat menjadikan ma’rifat/ takhsis, contoh: ضَارِبُ زَيْذٍ (orang yang memukul Zaid) dan مَضْرُوْبُ الْعَبْدُ (yang dipukul pembantu)
Idhafat maknawiyah yaitu mudhaf-nya tidak terdiri dari isim sifat, ini akan berpengaruh/ berfaidah:
Kalau mudhaf ilaih-nya isim ma’rifat maka yang menjadi mudhaf-nya akan mengikuti ma’rifat, contoh: غُلاَمُ زَيْذٍ حَاضِرٌ (orang zaid datang)
Kalau mudhaf ilaih-nya isim nakirah maka yang menjadi mudhaf-nya akan mengikuti nakirah, contoh: غُلاَمُ رَجُلٍ حَاضِرٌ (anak lelaki datang)
وَأَمَّا يُحْفَضُ بِالإِضَافَةِ نَحْوُ قَوْلِكَ غُلاَمُ زَيْذٍ وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ مَايُقَدَّرُ بِاللاَّمِ نَحْوُ غُلاَمُ زَيْذٍ وَمَايُقَدَّرُ بِمِنْ نَحْوُ ثَوْبُ خُزٍّ وَبَابُ سَاجٍ وَخَاتِمُ حَدِيْدٍ وَمَا أَشْبَهَ ذٰلِكَ
وَاخْفِضْ بِهِ اسْمٌ الَّذِيْ لَهُ تَلاَ ﴿﴾ كَقَاتِلاَ غُلاَمِ زَيْذٍ قُتِلاَ
وَهُوَ عَلَی تَقْدِيْرِ فِيْ أَوْلاَمِ ﴿﴾ أَوْ مِنْ كَمكْرُ اللَّيْلٍ أَوْغُلاَمِ