Apa Makna yang Terkandung dalam Lagu Lir Ilir?

ASTALOG.COM – Dilansir dari wikipedia, Lir-ilir adalah tembang yang diciptakan dan digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

Lagu lir ilir memiliki arti dan makna yang terkandung di dalamnya. Beriku lirik, arti dan makna apa saja yang terkandung dalam lagu tersebut.

 

Lirik Lagu Lir Ilir
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten
anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing
kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh
dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing
pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo
mengko sore
Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak iyo…

Arti:
Terkait dengan arti lagu Lir-Ilir, berikut ini adalah arti lagu lir-ilir yang diubah dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia agar mudah diartikan dan dipahami.

 

“Sayup-sayup (baca: sayup-sayup bangun dari tidur). Tanamannya sudah pada bersemi. Demikian hijaunya (tanaman tersebut) hingga seperti pengantin baru. Penggembala, tolong panjatkan buah blimbing itu (dari pohonnya). Meskipun licin dan susah (dipanjat), tetapi tolong panjatlah untuk mencuci dodot (sejenis pakaian yang digunakan untuk menghadiri acara adat di Jawa). Kalau ada pakaian yang rusak (sobek), maka jahitlah, benahilah untuk menghadap (sebo) nanti sore. Selagi rembulan masih terang dan masih banyak waktu luang. Mari bersorak dan bergembira.” Arti lagu lir-ilir ini diartikan dan diterjemahkan oleh Lismanto.

PELAJARI:  Bahan Utama Pembuat Gipsum

Makna:
Makna yang terkandung dalam lagu Lir-ilir adalah sbb:

1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
2. Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
3. Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
4. Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)

Makna:Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.

PELAJARI:  Sebutkan 3 Faktor Pendorong Globalisasi

1.Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
2.Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
3.Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
4.Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)

Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.

PELAJARI:  Tari Maengket Berasal dari?

1.Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
2.Kumitir bedhah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
3.Dondomono, jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
4.Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)

Makna: Pakaian yang dimaksud adalah pakaian taqwa kita. Sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.

1.Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
2.Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
3.Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)

Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan iya.