ASTALOG.COM – Akhlak yang terpuji merupakan tujuan yang sangat mendasar. Al Quranul Karim penuh dengan ayat yang mengajak kepada akhlak yang terpuji dan menjelaskan bahwa tujuan utama Allah mengangkat manusia sebagai khalifah hanyalah untuk memakmurkan dunia dengan kebaikan dan kebenaran.
Dalam pergaulan sehari – hari antara kita sesama Manusia, tentu terdapat hubungan dalam kehidupan sehari-hari tersebut. Hubungan yang berjalan dengan baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara bergaul tersebut telah diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulllah SAW yang sering kita sebut dengan Sifat terpuji atau akhlak terpuji.
Sebagai orang islam dan sebagai hamba Allah Yang Maha Kuasa, akhlak terpuji merupakan salah satu hal mutlak yang harus dimiliki dan diaplikasikan oleh muslimin jika ia benar-benar mengaku sebagai hamba Allah. Akhlak terpuji akan membawa kepada kebajikan, sebaliknya akhlak tercela akan membawa kepada keburukan.
Dalam suatu pepatah Korea disebutkan bahwa sebanarnya di dunia ini tidak ada orang yang jahat, hanya keadaan saja yang membuatnya menjadi orang jahat. Hal itu menandakan bahwa sebenarnya manusia sebagai hamba Allah telah dikaruniai potensi untuk berakhlak terpuji.
Pengertian Khauf
Secara bahasa khauf adalah lawan kata al-amnu. Al-Amnu adalah rasa aman, maka khauf berarti rasa takut. Secara istilah khauf adalah pengetahuan yang dimiliki seorang hamba di dalam hatinya tentang kebesaran dan keagungan Allah serta kepedihan siksa-Nya.
Khauf (Takut) adalah tempat persinggahan yang amat penting dan paling bermanfaat bagi hati. Ini merupakan keharusan bagi setiap orang. Firman Allah dalam QS. Ali Imran: 175:
فلا تخافوهم و خافون إن كنتم مؤمنين
“Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (Qs. Ali Imran: 175).
Kata khauf tidak jauh maknanya dengan kata wajal, khassyah, rahbah, haibah, sekalipun mungkin ada sedikit perbedaan pada perincian atau penyertaannya. Ada yang berpendapat, khauf merupakan kegundahan hati dan gerakannya karena ingat sesuatu yang ditakuti. Ada pula yang berpendapat, kahuf adalah upaya hati untuk menghindar dari datangnya sesuatu yang tidak disukainya, saat ia merasakannya.
Sedangkan khassyah lebih khusus daripada khauf. Khassyah adalah milik orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang Allah. Dan khassyah merupakan khauf yang disertai ma’rifat. Maka dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إني أتقاكم لله وأشدكم له خشية
“Sesungguhnya aku adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah di antara kalian, dan aku adalah orang yang paling takut kepada-Nya di antara kalian.”
Sedangkan Rahbah mencari peluang untuk lari dari sesuatu yang tidak disukai. Kebalikannya raghbah, yaitu gerakan hati untuk mencari sesuatu yang diinginkan. Wajal artinya hati yang menggigil dan bergetar karena mengingat orang yang ditakuti kekuasaan dan hukumannya atau saat melihatnya. Haibah artinya kekuasaan yang disertai pengagungan dan penghormatan, yang biasanya juga disertai rasa cinta, karena penghormatan merupakan pengagungan yang disertai rasa cinta.
Seberapa banyak ilmu dan ma’rifat yang dimiliki, maka sebanyak itu pula khauf dan khasyyahnya, Sebagaimana yang disabdakan Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam:
“Sekiranya kalian mengetahui apa yang kuketahui, tentu kalian sedikit tertawa, banyak menangis, tidak bercumbu dengan istri di atas tempat tidur dan kalian akan keluar ke atas bukit untuk memohon pertolongan kepada Allah.”
Orang yang mempunyai sifat khauf lebih suka melarikan diri atau menahan diri, sedangkan orang yang memiliki sifat khassyah lebih suka berlindung kepada ilmu. Perumpamaan di antara keduanya seperti orang yang sama sekali tidak mengerti ilmu kedokteran dan seorang dokter yang andal.
Macam-Macam Khauf
Takut dilihat dari dzatnya dibagi menjadi 3 macam:
1. Takut yang bersifat rahasia, yaitu takut kepada selain Allah, seperti takut kepada berhala dan taghut jika mereka menyakitinya. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Hud: 54-55:
“Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Huud menjawab: “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.”
Inilah yang dilakukan para penyembah kuburan dan sejenisnya yaitu berhala, mereka takut kepadanya dan menakut-nakuti ahli tauhid jika mereka mengingkari penyembahan kepadanya dan menyuruh mengikhlaskan ibadah kepada Allah. Ini merupakan bentuk penafian terhadap tauhid.
2. Jika seseorang meninggalkan apa yang diwajibkan atasnya, karena takut dari sebagian manusia. Hukumnya adalah haram dan termasuk syirik kepada Allah bagi orang yang menafikan kesempurnaan tauhid.
3. Takut yang bersifat naluri, yaitu takut dari musuh atau binatang buas serta yang lainnya. Hal ini tidak dicela, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam kisah Musa AS, “Maka keluarlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu…” QS. Al Qashash : 28.