ASTALOG.COM – Korea Selatan (Daehan Minguk) merupakan sebuah negara di kawasan Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, negara ini berbatasan dengan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut Jepang (Laut Timur), dan Selat Korea berada di bagian tenggara.
Korea Selatan merupakan negara yang dikelilingi oleh pegunungan yang meskipun tidak begitu tinggi namun pegunungan ini bisa dengan mudah dilihat meskipun sedang berada di wilayah ibukota Seoul. Ada 12 gunung yang tercatat dalam kategori gunung di Korea Selatan, yaitu:
- Gunung Bukhan (Bukhan-san)
- Gunung Gyeryong (Gyeryong-san)
- Gunung Halla (Halla-san)
- Gunung Jiri (Jiri-san)
- Gunung Nam (Nam-san)
- Gunung Odae (Odae-san)
- Gunung Seonginbong (Seonginbong-san)
- Gunung Seongju (Seongju-san)
- Gunung Seong Ilchulbong (Seong-san Ilchulbong)
- Gunung Seorak (Seorak-san)
- Gunung Sobaek (Sobaek-san)
- Gunung Toham (Toham-san)
Gunung Tertinggi di Korea Selatan
Dari ke-12 gunung yang terdapat di Korea Selatan, ada 1 gunung yang merupakan gunung tertinggi di Korea Selatan. Gunung itu adalah Gunung Halla (Halla-san) yang terletak di Pulau Jeju. Gunung Halla (Halla-san) merupakan gunung berapi dengan ketinggian 1.950 meter. Daerah sekitar Gunung Halla merupakan cagar alam Taman Nasional Hallasan (Halla-san Gungnip Gongwo).
Berdasarkan catatan sejarah, Gunung Halla terbentuk pada zaman Cenozoikum ketika terjadi letusan masif yang dilontarkan ke udara. Dari letusan kecil dan besar gunung ini, Pulau Jeju ikut berubah bentuk sejak 25.000 tahun yang lalu.
Kawasan gunung Halla terbagi atas beberapa iklim yang berbeda. Puncak gunung mempertahankan iklim dingin, bagian tengah beriklim sedang, dan dataran dekat pesisir beriklim sub tropis. Hasilnya, puncak gunung Halla diselimuti salju dalam iklim yang keseluruhan bisa dianggap sub tropis.
Danau di puncak gunung dinamakan Baengnokdam yang bermakna “kolam yang dihuni oleh rusa putih“. Pada masa lalu gunung ini memang dihuni rusa, namun kini telah punah. Jenis mamalia yang masih tersisa adalah roebuck.
Di gunung Halla juga terdapat Gwaneumsa, kuil Buddha tertua di pulau ini. Kuil ini pertama kali dibangun pada masa Dinasti Goryeo. Seperti pada banyak kuil di Korea, Gwaneumsa dimusnahkan dan dibangun kembali pada abad ke-20. Di luar kuil ini ada sebuah monumen yang memperingati para korban pemberontakan di pulau Jeju yang terjadi antara tahun 1948 dan 1950.
Sekilas Tentang Pulau Jeju
Pulau Jeju (Jeju-do) adalah pulau terbesar di Korea dan terletak di sebelah selatan Semenanjung Korea. Pulau Jeju adalah satu-satunya provinsi berotonomi khusus Korea Selatan. Pulau Jeju terletak di Selat Korea, sebelah barat daya Provinsi Jeolla Selatan (Jeollanam-do), yang dahulunya merupakan satu provinsi sebelum terbagi pada tahun 1946. Ibukota Jeju adalah Kota Jeju (Jeju-si).
Topografi Pulau Jeju terbentuk sekitar 2 juta tahun lalu oleh aktivitas vulkanis dari gunung Halla (Halla-san) yang juga menjadi gunung tertinggi di seluruh Korea (1.950 m).
Pulau Jeju bercuaca hangat sepanjang tahun dan pada musim dingin jarang turun salju, sehingga tanaman-tanaman yang tumbuh di daerah sub tropis bisa bertahan hidup. Pulau Jeju dijuluki Samdado atau “Pulau yang Berlimpah dengan 3 Hal” yaitu, bebatuan, wanita dan angin.
Karena memiliki keindahan alam dan kebudayaan yang unik, Pulau Jeju adalah salah satu objek wisata paling terkenal di Korea. Dalam catatan sejarah, Pulau Jeju disebut dalam berbagai nama, mulai dari Doi, Dongyeongju, Juho, Tammora, Seomna, Tangna atau Tamra.
Selama berabad-abad, penduduk Pulau Jeju dijuluki sebagai yukgoyeok atau “6 jenis pekerja keras” yang merujuk kepada warga yang mengerjakan berbagai pekerjaan sulit dan berat untuk hidup terutama wanita, seperti mencari abalon dan kerang dengan cara menyelam ke dasar laut, membangun pelabuhan, beternak, membuat kapal dan bertani.
Peristiwa paling kelam dalam sejarah rakyat Jeju adalah insiden berdarah pada periode pembentukan Republik Korea pada tahun 1948 sampai periode Perang Korea (1950-1953) dimana banyak warganya dibantai karena dianggap sebagai sarang pemberontak atau pengikut komunis.
Karena mengalami kehidupan yang keras oleh tekanan penguasa, warga Jeju dikenal sebagai orang-orang yang tabah dan mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Rakyat Jeju pun menyatakan tentang kehidupan mereka dengan ungkapan:
Kebahagiaan itu kecil seperti butir pasir, sementara kesedihan itu sebesar batu karang