ASTALOG.COM – Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan. Perbedaan besar nampak antara teleologi dan deontologi. Secara sederhana, hal ini dapat dilihat dari perbedaan prinsip antara keduanya. Dalam deontologi, kita akan melihat sebuah prinsip benar dan salah. Namun, dalam teleologi, prinsip itu bukanlah yang menjadi dasar, melainkan baik dan jahat. Ketika hukum memegang peranan penting dalam deontologi, bukan berarti teleologi mengacuhkannya. Teleologi mengerti tentang mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukanlah ukuran yang terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik
Tentu saja ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya, di mana orang-orang yang memahaminya bisa menghalalkan segala cara. Dengan demikian, tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum. Sekaligus hal ini membuktikan bahwa cara pandang teleologis tidak selamanya terpisah dari deontologis. Topik tentang hal “baik” dan “jahat” harus diimbangi dengan “benar” dan “salah”. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika “yang baik” itu dipersempit lagi menjadi “yang baik bagi saya“.
FUNGSI ETIKA TELEOLOGI
Teleologi berasal dari akar kata Yunani, yaitu “Telos” yang berarti “akhir, tujuan, maksud” dan “Logos” yang berarti “perkataan“. Jadi, teleologi adalah suatu ajaran yang menerangkan tentang segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi sendiri dikemukakan pertama kali oleh Christian Wolff, seorang filsuf Jerman abad ke-18.
Secara umum, teleologi merupakan sebuah etika filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis~religius tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia.
Dari pembahasan singkat tentang teleologi, bisa diketahui jika tujuan dari etika teleologi adalah untuk mempelajari tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan.
FUNGSI ETIKA DEONTOLOGI
Deontologi berasal dari kata Yunani “Deon” yang berarti “sesuatu yang harus dilakukan atau kewajiban yang harus dilakukan sesuai dengan norma sosial yang berlaku“. Dengan kata lain bahwa sesuatu itu dianggap baik karena adanya tuntutan norma sosial dan moral, apapun dampaknya, dan tidak tergantung dari apakah ketaatan atas norma itu membawa hasil yang menguntungkan atau tidak, serta menyenangkan atau tidak. Istilah deontologi pertama kali digunakan oleh filsuf Jerman, Immanuel Kant.
Dari pembahasan singkat tentang deontologi di atas, dapat disimpulkan bahwa etika ini bertujuan untuk menjawab tentang, “mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai keburukan?”
Dalam hal ini, maka deontologi akan menjawabnya dengan: “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang“.
Sejalan dengan itu, menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Karena bagi etika deontologi, yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Oleh karena itu, pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, dan kini merupakan salah satu teori etika yang terpenting.