ASTALOG.COM – Seiring waktu yang berjalan, pangan menjadi salah satu masalah dunia yang menjadi hal serius untuk disikapi sebab hal ini menyangkut kebutuhan hidup pokok semua orang. Kita bisa melihat kenyataan dimana masih banyaknya penduduk di Indonesia dan berbagai belahan dunia pada umumnya yang masih mengalami kelaparan berkepanjangan akibat kurangnya bahan pangan di wilayahnya.
KOMPONEN UTAMA KETAHANAN PANGAN MENURUT WHO DAN FAO
WHO (World Health Organization) selaku salah satu organisasi PBB yang bergerak di bidang kesehatan telah mendefinisikan 3 komponen utama ketahanan pangan, yaitu:
- Ketersediaan Pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar.
- Akses Pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi.
- Pemanfaatan Pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan dengan benar dan tepat secara proporsional.
Lalu FAO (Food and Agriculture Organization), yang juga merupakan salah satu organisasi PBB yang mengurusi masalah pangan turut menambahkan komponen ke-4, yaitu kestabilan dari ke-3 komponen tersebut dalam kurun waktu yang panjang.
TANTANGAN UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN
1) Degradasi Lahan
Pertanian intensif mendorong terjadinya penurunan kesuburan tanah dan penurunan hasil. Diperkirakan 40% dari lahan pertanian di dunia terdegradasi secara serius. Afrika menjadi salah satu benua yang kerap mengalami masalah pangan serius, dimana jika kecenderungan degradasi tanah terus terjadi, maka benua itu hanya mampu memberi makan 1/4 penduduknya saja hingga tahun 2025.
2) Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit mampu mempengaruhi produksi budi daya tanaman dan peternakan sehingga memiliki dampak bagi ketersediaan bahan pangan. Contohnya penyakit tanaman Ug99, dimana salah satu tipe penyakit karat batang pada gandum ini dapat menyebabkan kehilangan hasil pertanian hingga 100%. Penyakit ini telah ada di berbagai negara di Afrika dan Timur Tengah. Terganggunya produksi pangan di wilayah ini diperkirakan mampu mempengaruhi ketahanan pangan global.
3) Krisis Air Global
Berbagai negara di dunia telah melakukan importasi gandum yang disebabkan karena terjadinya defisit air, dan kemungkinan akan terjadi pada negara besar seperti Cina dan India. Perlu diketahui jika tinggi muka air tanah terus menurun di beberapa negara dikarenakan pemompaan yang berlebihan. Cina dan India telah mengalaminya, dan negara tetangga India seperti Pakistan, Afghanistan, dan Iran telah terpengaruh karena hal tersebut. Hal ini akan memicu kelangkaan air dan menurunkan produksi tanaman pangan. Ketika produksi tanaman pangan menurun, harga akan meningkat karena populasi terus bertambah.
4) Perebutan Lahan
Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat. Contohnya salah satu perusahaan dari Korea Utara, yaitu Daewoo Logistics telah mengamankan satu bidang lahan yang luas di Madagascar untuk mebudidayakan jagung dan tanaman pertanian lainnya untuk produksi biofuel. Sementara itu, Cina telah memulai eksplorasi lahan di sejumlah tempat di wilayah Asia Tenggara.
5) Perubahan Iklim
Fenomena cuaca yang ekstrim seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan meningkat karena perubahan iklim terjadi. Kejadian ini akan memiliki dampak di sektor pertanian. Misalnya saja diperkirakan pada tahun 2040, hampir seluruh kawasan sungai Nil di benua Afrika akan menjadi padang pasir di mana aktivitas budi daya tidak dimungkinkan karena keterbatasan air. Dampak dari cuaca ekstrem mencakup perubahan produktivitas, gaya hidup, pendapatan ekonomi, infrastruktur, dan pasar. Ketahanan pangan pada masa depan akan terkait dengan kemampuan adaptasi budi daya bercocok tanam masyarakat terhadap perubahan iklim. Sementara itu, diperkirakan bahwa sekitar 2.4 miliar penduduk hidup di daerah tangkapan air hujan di sekitar Himalaya. Negara di sekitar Himalaya seperti India, Pakistan, China, Afghanistan, Bangladesh, Myanmar, dan Nepal dapat mengalami banjir dan kekeringan pada dekade mendatang. Bahkan di India, sungai Gangga telah menjadi sumber air minum dan irigasi bagi 500 juta jiwa.