ASTALOG.COM – Masalah yang timbul akibat semakin meningkatnya aktivitas industri dan jumlah penduduk di Indonesia, yaitu masalah pengolahan dan pengendalian limbah cair, terutama limbah cair domestik. Limbah cair domestik antara lain berasal dari rumah tangga, toilet, pasar, dan perhotelan.
Limbah cair domestik tersebut setiap tahun jumlahnya cenderung bertambah dan berakibat pada meningkatnya konsentrasi bahan pencemar dalam air buangan. Diperkirakan, 50 – 75 persen bahan organik (bahan yang berasal dari makhluk hidup) yang terdapat di sungai-sungai di perkotaan berasaal dar limbah domestik dan sisanya berasal dari limbah industri. Menurut kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, faktor inilah yang menyebabkan 84 persen sumur dangkal di DKI jakarta tercemar bakteri E. Coli yang menyebabkan sakit perut.
Jika selama ini teknologi penanganan limbah organik menggunakan bahan yang relatif mahal dan cara kerjanya rumit. Kelompok peneliti dari Universitas Andalas, Padang berhasil mengembangkan teknologi pengolah limbah cair organik berbiaya murah, dengan teknologi yang lebih sederhana sehingga mudah dilakukan oleh siapapun. Teknologi tersebut dinamakan Sistem Lapisan Multimedia Pengolah Limbah Cair Industri.
Lapisan multimedia yang dimaksudkan tersebut merupakan kombinasi beberapa lapisan material yang bahannya dapat diperoleh secara mudah dan murah di Indonesia. Adapun bahan yang digunakan untuk membuat lapisan multimedia tersebut, yaitu tanah hitam yang belum terkontaminasi, arang aktif atau zeolit, serbuk gergaji atau sekam padi yang dihaluskan dan obsidian. Selain itu, diperlukan pompa untuk mengalirkan air limbah ke dalam sistem.
Selain bahannya mudah didapat, cara membuatnya juga tidak terlalu rumit. Oleh karena itu, secara sederhana setiap orang dapat merancang alat untuk mengolah limbah cair rumah tangga.
Lama pembuatannya sangat bergantung pada skala dan ukuran yang diinginkan. Untuk ukuran limbah yang kecil, bisa dibuat dalam tiga atau empat hari saja.
Bahan-bahan pendukung lainnya yaitu triplek dan boks untuk skala kecil. Untuk skala besar, tidak diperlukan boks, hanya dinding kolam yang digali dan dilapisi triplek dan lapisan lain sehingga air tidak merembes keluar dari sistem.
Cara kerjanya relatif sederhana. Campuran tanah hitam, arang aktif, dan serbuk gergaji dengan perbandingan berat tertentu dicampur secara merata dan disusun menjadi beberapa lapisan. Ketebalan lapisan atau blok sangat tergantung pada kecepatan aliran dan volume limbah cair yang akan memasuki sistem multimedia.
Penggunaan tanah yang belum terkontaminasi diharapkan mengandung bakteri yang akan menguraikan bahan pencemar organik yang terdapat dalam air limbah. Bahan organik ini sekaligus menjadi sumber makanan dari koloni bakteri untuk berkembang biak, baik dalam suasana aerobik (ada udara) maupun anaerobik (tanpa udara).
Dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium, sistem ini dapat digunakan untuk mengurangi konsentrasi bahan pencemar dalam air limbah industri tahu, karet dan kelapa sawit.
Sistem ini juga memungkinkan peneliti lain untuk mengembangkannya dengan menggunakan bahan-bahan lokal yang terdapat di sekitar tempat tinggalnya. Teknologi ini cocok digunakan siapa saja, mulai dari skala kecil, seperti pengolahan limbah rumah tangga sampai skala lebih besar, seperti pengolahan limbah cair pada sungai-sungai di perkotaan.