ASTALOG.COM – Dilansir dari wikipedia, Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman.
Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.
Asal Mula Suku Asmat
Nama Asmat dikenal dunia sejak tahun 1904. Tercatat pada tahun 1770 sebuah kapal yang dinahkodai James Cook mendarat di sebuh teluk di daerah Asmat. Tiba-tiba muncul puluhan perahu lesung panjang didayungi ratusan laki-laki berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah, hitam, dan putih. Mereka ini menyerang dan berhasil melukai serta membunuh beberapa anak buah James Cook.
Berabad-abad kemudian pada tepatnya tanggal 10 Oktober 1904, Kapal SS Flamingo mendarat di suatu teluk di pesisir barat daya Irian jaya. Terulang peristiwa yang dialami oleh James Cook dan anak buahnya. Mereka didatangi oleh ratusan pendayung perahu lesung panjang berkulit gelap tersebut. Namun, kali ini tidak terjadi kontak berdarah. Sebaliknya terjadi komunikasi yang menyenangkan di antara kedua pihak. Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka berhasil melakukan pertukaran barang.
Sistem Religi Suku Asmat
Orang-orang Asmat menyebut dirinya asmat-ow yang artinya manusia sejati; atau As-Asmat yang artinya manusia pohon bagi orang-orang Asmat merupakan benda yang paling luhur, karena manusia adalah pohon, pohon adalah manusia. Mereka percaya bahwa ala mini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk halus yang semuanya itu dinamakan setan.
Upacara Adat Suku Orang Asmat
1.Upacara Kematian
Menurut orang Asmat, kematian bukanlah hal yang alamiah. Orang itu mati karena sihir hitam, terkecuali kalau orang itu mati terbunuh senjata dll. Kematian seorang bayi dianggap tidak terlalu menyedihkan, karena roh bayi tersebut akan kembali ke alam roh. Akan tetapi kematian orang dewasa akan menimbulkan duka cita yang mendalam dan diiringi oleh ratap tangis yang luar biasa. Anggota keluarga yang ditinggalkan segera berebut memeluk si mati dan keluar rumah dengan menggulingkan dirinya di dalam lumpur terdekat. Rasa duka cita yang mendalam ditandai dengan menangis setiap hari sampai berbulan-bulan dan mencukur habis rambutnya.
2.Upacara Bis
Upacara Bis merupakan salah satu kegiatan penting dalam kehidupan suku Asmat, karena berhubungan dengan pengukiran patung leluluhur atau bis. Upacara ini diselenggarakan bila ada permintaan dari keluarga tertentu. Upacara bis diadakan untuk memperingati anggota keluarga yang mati terbunuh.
Pembuatan Patung bis diserahkan pada wow-ipit dan pembantu-pembantunya. Untuk membuat pating bias diperlukan waktu selama 6 atau 8 minggu. Selama pengukiran patung bis dikerjakan di dalam rumah panjang. Kaum wanita tidak boleh memasuki rumah itu sampai pengukiran selesai. Dalam masa-masa pembuatan patung bis terjadi papis, yaitu saling tukar-menukar istri. Pemilihan pasangan terjadi pada waktu upacara perang-perangan antara wanita dengan pria yang berlangsung setiap sore. Upacara perang-perangan itu juga dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat.
3.Upacara Perahu
Orang-orang suku Asmat membuat perahu setiap 5 tahun sekali. Selama pembuatan perahu, terdapat beberapa pantangan seperti tidak boleh membuat bunyi-bunyian, tidak boleh menginjak batang kayu yang akan dijadikan perahu sebelum ditarik ke air. Sebelumnya diadakan upacara khusus yang dipimpin oleh orang tua yang bepengaruh dalam masyarakat. Bagian muka perahu yang disebut cicemen diukur menyerupai burung sebagai perlambang pengayau (pemenggal) kepala. Ada juga ukiran berbentuk manusia yang melambangkan saudara yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa almarhum akan senang karena diperhatikan dan rohnya akan selalu melindungi keselamatan penumpang perahu tersebut.
4.Sistem Kekerabatan
Kekerabatan orang-orang Asmat menganut prinsip garis keturunan laki-laki atau pihak ayah (partrilineal) dengan pola menetap di sekitar kediaman kerabat suami (virilokal).
Ada proses perencanaan perkawinan (tinis), dan cara perkawinan “Persemdan Mbeter”. Persem adalah perkawinan yang terjadi akibat hubungan rahasia antara seorang perjaka dengan seorang gadis, kemudian diakui oleh orang tua kedua belah pihak. Mbeter adalah kawin lari yaitu pihak laki-laki melarikan si gadis untuk dinikahi. Perkawinan mbeter seringkali menjadi pertikaian kedua belah pihak, secara tradisional pertikaian ini baru berakhir bila jatuh korban dari kedua belah pihak. Perkawinan tini yang melamar adalah pihak perempuan. Melalui perkawinan, suami punya hak atas daerah sagu dan daerah milik mertua. Sistem perkawinan mengikuti prinsip eksogami (di luar sukunya).
5.Sistem kesenian
Suku Asmat memiliki system kebudayaan yang mengusung nilai-nilai seni yang tinggi. Berdasarkan upacara dan budaya suku Asmat dapat ditemukan unsure kesenian yang memang sangat erat kaitannya dengan kehidupan religi Asmat. Benda-benda kesenian Asmat yang sangat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perasai-perasai. Walaupun hubungan antara kelompok masyarakat Asmat, maupun antara orang Asmat dengan orang luar cukup banyak, kontak itu tidak membuat kebudayaan Asmat beragam. Malam kini tampak suatu aneka warna khusus dalam kesenian yang berada dari kedua kelompok kebudayaan.