Makna Simbolik Ondel-Ondel

ASTALOG.COM – Memang benar, kalau Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara yang memiliki banyak sumber daya alam yang bahkan tidak akan habis. Namun selain kaya akan sumber daya alam, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu Negara dengan banyak kebudayaan dimana setiap kota memiliki ciri khas masing-masing untuk menjadi simbol dari kota mereka.

Contoh sederhana yang bisa Anda lihat seperti Jakarta. Jakarta yang merupakan ibu kota dari Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam baik dari makanan, pakaian adat, bangunan bersejarah bahkan simbol sendiri yang kita kenal dengan nama ondel-ondel.

 

Apa itu Ondel-ondel
Dilansir dari wikipedia, Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.

PELAJARI:  Tahun Berapa Monas di Resmikan?
 

Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.

Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misalnya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.

Makna Ondel-ondel
Dulunya, ondel-ondel memiliki makna sebagai penolak bala atau semacam azimat. Saat itu, ondel-ondel dijadikan personifikasi leluhur penjaga kampung. Tujuannya untuk mengusir roh-roh halus yang bergentayangan mengganggu manusia. Oleh karena itu tidak heran kalau wujud ondel-ondel dahulu, menyeramkan. Seiring perjalanan waktu, fungsinya bergeser dan kini ondel-ondel menjelma menjadi seni pertunjukan rakyat yang menghibur. Biasanya disajikan dalam acara hajatan rakyat Betawi, penyambutan tamu kehormatan, dan penyemarak pesta rakyat. Di beberapa daerah di Nusantara, terdapat juga pertunjukan kesenian yang mirip ondel-ondel, seperti di Bali jenis kesenian yang mirip ondel-ondel ini disebut dengan barong landung dan di Jawa Tengah yang dikenal masyarakat sana dengan sebutan barongan buncis.

PELAJARI:  Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Kemiskinan

Ritual Pembuatan Ondel-ondel
Sebelum mulai membuat Ondel-ondel, biasanya disediakan sesajen yang berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam, asap kemenyan, dan sebagainya. Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut.

Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantias diadakan ritual. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat upacara demikian disebut ngukup. Sebenarnya tidak ada musik yang khusus untuk mengiringi arakan Ondel-ondel. Terkadang Tanjidor, Kendang Pencak, Bende, atau Rebana Ketimpring.

Musik Pengiring Ondel-ondel
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tentu, tergantung dari masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, Kampung Setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende, “Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.