Alasan Amerika Serikat Membantu Kuwait dalam Perang Teluk

ASTALOG.COM – Perang Teluk Persia (Gulf War) merupakan perang yang terjadi antara Irak melawan Kuwait. Perang akibat adanya invasi Irak atas sebuah negara kecil yang kaya minyak di Timur tengah, Kuwait pada tanggal 2 Agustus 1990. Invasi ini ditandai dengan penyerangan yang dilakukan dua brigade pasukan khusus Republik Irak menguasai istana Amir dan Bank Sentral Kuwait.

Latar Belakang Terjadinya Perang Teluk

 

Penyerangan dilakukan dengan dalil bahwa Presiden Saddam Hussein akan menemukan emas Kuwait di tempat tersebut. Namun, setelah menguasai kedua tempat tersebut, Saddam Hussein tidak menemukan emas sebagaimana yang diharapkan. Warga Kuwait lebih senang melakukan investasi ke luar dari negaranya dibandingkan dengan berinvestasi di Bank Sentral Kuwait sendiri.

Selain daripada itu, perang dipicu oleh karena terjadinya pelanggaran kuota minyak yang dilakukan oleh pemerintah Kuwait, Arab, dan Uni Emirat Arab dalam memproduksi minyak secara melimpah sehingga harga minyak menjadi turun secara drastis. Akibatnya, Irak yang hanya mengandalkan minyak mentah sebagai masukan devisa negaranya mengalami kemerosotan yang sangat hebat setelah Inggris menemukan sumur minyak baru di Alaska, Laut Utara, dan negara bekas jajahan Uni Sovyet. Persaingan harga yang begitu ketat dari hasil sumur minyak baru tersebut memaksa Irak harus menurunkan minyaknya jauh di bawah harga yang telah ditetapkan. Hal ini menyebabkan Irak semakin terpuruk, terlebih lagi pada saat itu, Irak sedang melakukan rehabilitasi pembangunan akibat perang melawan Iran di tahun 1980-1988. Oleh karena itu, Irak menuduh Kuwait telah mencuri minyak Irak di Ladang Minyak Rumeyla yang terletak di perbatasan daerah yang disengketakan.

PELAJARI:  Alasan Kedatangan Sekutu Menimbulkan Kontroversi
 

Selain dari pada itu, keinginan kuat Presiden Saddam Hussein menjadi orang nomor satu di dunia Arab juga merupakan dampak dari Irak ingin menguasai Kuwait secepatnya. Keinginan kuat ini dilatarbelakangi karena para penasehat Saddam Hussein percaya bahwa negara Arab tidak mendukung keberadaan Amerika Serikat atas Israel yang bersifat imperialis di wilayah Timur Tengah. Presiden Saddam Hussen memiliki keyakinan bahwa Amerika Serikat tidak akan melakukan penyerangan terhadap negaranya sehingga Irak melakukan percepatan penyerangan ke wilayah Kuwait.

Alasan Amerika Serikat Membantu Kuwait

Dengan adanya invasi Irak terhadap Kuwait, sudah merupakan pukulan telak bagi Amerika Serikat dimana tindakan ini telah mengancam kepentingan nasional Amerika Serikat di wilayah Teluk Persia untuk menjamin minyak terus mengalir ke negara adikuasa tersebut. Kegiatan Invasi yang dilakukan Irak terhadap Kuwait telah memaksa pemerintah Arab Saudi meminta bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat pada tanggal 7 Agustus 1990. Setelah misi diplomatik yang dilakukan antara James Baker dengan Menteri Luar Negeri Irak Tareq Aziz pada tanggal 9 Januari 1991 mengalami kegagalan. Dimana, Irak dengan tegas menolak permintaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk melakukan penarikan mundur pasukannya dari Kuwait tanggal 15 Januari 1991. Dengan kata lain, bahwa Presiden Amerika Serikat saat itu George W. Bush diizinkan mengeluarkan maklumat perang terhadap Irak setelah pada tanggal 12 Januari 1991 mendapat persetujuan dari Kongres Amerika Serikat.

PELAJARI:  Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional

Sejak Saddam Hussein berkuasa di Irak melalui kudeta militer, Negeri 1001 Malam tersebut memiliki hubungan yang buruk dengan Amerika Serikat akibat perbedaan sikap mengenai konflik Israel-Palestina. Jika Amerika Serikat mendukung Israel secara terang-terangan sejak perang Yom Kippur, maka Irak mendukung Palestina dan negara-negara Arab musuh Israel. Amerika Serikat juga tidak menyukai rezim Saddam karena kedekatan rezim tersebut dengan negara komunis Uni Soviet. Baru ketika Perang Irak-Iran meletus, hubungan antara Amerika Serikat dan Irak mulai membaik karena keduanya sama-sama memusuhi rezim Islamis Iran.

Amerika Serikat juga memiliki hubungan yang dekat dengan Kuwait dan Arab Saudi karena kedua negara Arab tersebut merupakan negara produsen minyak utama dunia dan adanya persaingan antara Arab Saudi dengan Iran untuk menjadi negara paling dominan di Timur Tengah. Saat perang Irak-Iran meletus contohnya, Amerika Serikat ikut mengirimkan armada lautnya untuk mengawal kapal-kapal tanker Kuwait di Teluk Persia. Memburuknya hubungan antara Irak dengan Kuwait dan Arab Saudi seusai perang Irak-Iran lantas diikuti pula dengan memburuknya kembali hubungan antara Irak dengan Amerika Serikat.