ASTALOG.COM – Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium atau bacteria yang merupakan kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Hal ini menyebabkan organisme ini sangat sulit untuk dideteksi, terutama sebelum ditemukannya mikroskop. Barulah setelah abad ke-19, yaitu setelah ditemukannya mikroskop, ilmu tentang mikroorganisme terutama bakteri (bakteriologi) mulai berkembang.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, berbagai hal tentang bakteri telah berhasil ditelusuri. Akan tetapi, perkembangan tersebut tidak terlepas dari peranan berbagai tokoh penting seperti Robert Hooke, Antony van Leeuwenhoek, Ferdinand Cohn, dan Robert Koch. Kemudian di tahun 1828, Ehrenberg memperkenalkan istilah Bacterium yang diambil dari kata bahasa Yunani, Bakterion yang artinya “batang-batang kecil”.
STRUKTUR SEL BAKTERI
Pada umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Sehubungan dengan ketiadaan membran inti, materi genetik (DNA dan RNA) bakteri melayang-layang di daerah sitoplasma yang bernama nukleoid. Salah satu struktur bakteri yang penting adalah dinding sel. Bakteri dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok besar berdasarkan struktur dinding selnya, yaitu:
- Bakteri Gram Positif : memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan (sejenis molekul polisakarida) yang tebal dan asam teikoat
- Bakteri Gram Negatif : memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tipis dan mempunyai struktur lipopolisakarida yang tebal.
Metode yang digunakan untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan Denmark, Hans Christian Gram pada tahun 1884.
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat, dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.
Bakteri juga memiliki kromosom dan ribosom, sementara itu beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri penyebab keracunan pada makanan kaleng.
MORFOLOGI BAKTERI
Pada umumnya, morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan usia. Meskipun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya. Berdasarkan morfologi (bentuk), bakteri dapat dibagi menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1) Kokus (Coccus)
Kokus (Coccus) merupakan bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
- Mikrococcus: jika kecil dan tunggal
- Diplococcus: jka berganda dua-dua
- Tetracoccus: jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
- Sarcina: jika bergerombol membentuk kubus
- Staphylococcus: jika bergerombol
- Streptococcus: jika bergandengan membentuk rantai
2) Basil (Bacillus)
Basil (Bacillus) merupakan kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Diplobacillus: jika bergandengan dua-dua
- Streptobacillus: jika bergandengan membentuk rantai
3) Spiral (Spirilum)
Spiral (Spirilum) merupakan bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
- Vibrio: jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
- Spiral: jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
- Spirochete: jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel