ASTALOG.COM – Seringkali kita mendapat tugas untuk menganalisa puisi. Kelihatannya cukup sulit, namun sebenarnya jika sudah memahami caranya maka hal itu tidak akan terasa sulit. Agar dapat menganalisa puisi dengan baik, tentu saja kamu harus mengetahui caranya, bukan? Dalam artikel ini kami akan memberitahumu bagaimana cara menganalisa puisi yang benar.
CARA 1: MENENTUKAN MAKNA PUISI
Ini adalah cara awal dalam menganalisa puisi. Untuk menentukan makna puisi maka bisa melakukannya dengan langkah-langkah berikut ini:
- Membaca puisi perlahan-lahan. Kamu perlu membaca puisinya terlebih dahulu dan rasakan perasaanmu terhadap puisi tersebut. Akan lebih bagus jika kamu bisa merasakan hubungan emosional dengan kata-kata yang terdapat dalam puisi itu. Adanya hubungan emosional bisa memusatkan pikiran pada respon yang diharapkan penyair dari pembacanya.
- Membaca kembali puisi dan temukan makna harfiahnya. Dengan membaca kembali puisi tersebut, maka mungkin saja kamu bisa menemukan makna harfiah dari puisi yang merupakan versi yang paling terlihat jelas pada puisi dan tidak merujuk ke perangkat puitis.
- Membaca kembali puisi dan temukan makna konotatifnya. Dengan membacanya kembali, maka kamu bisa menemukan beberapa kata kunci pada puisi dan pikirkan jenis konotasi yang disajikan. Mungkin kamu bisa memikirkan beberapa kata lain yang lebih tepat dalam puisi tersebut.
- Temukan makna simbolis pada puisi tersebut. Kamu bisa mencatat kiasan-kiasan yang digunakan dan mulai mencari tahu makna simbolisnya.
- Cobalah untuk mengidentifikasi tujuan penulisan puisi tersebut.
CARA 2: MEMIKIRKAN PERANGKAT PUISI YANG DIGUNAKAN
- Menganalisis berbagai bagian puisi tersebut. Analisis selanjutnya akan membantumu untuk mengetahui bagaimana penulis meraih emosi atau mencapai tujuannya, daripada apa pengaruh dan tujuannya. Ini berarti menjelajahi perangkat puitis, nada suara, pembaca, dan lainnya.
- Mengidentifikasi siapa yang berbicara, narator, dan pembaca. Meskipun yang berbicara adalah penyair, kamu harus selalu merujuk kepada yang berbicara sebagai ‘narator’ dalam analisismu. Berkaitan dengan pembaca, pembicara berbicara kepada siapa? Apakah pembaca membantu untuk menentukan siapa naratornya?
- Tentukan struktur dan susunan puisi tersebut. Apakah puisi ini mengikuti sebuah bentuk narasi? Apakah ada ide-ide yang dikelompokkan bersama di bagian yang berbeda? Apakah setiap bait memiliki topik yang terpisah, atau adakah tema yang berkelanjutan sepanjang puisi tersebut? Bagaimana puisi secara fisik disusun?
- Tentukan skema rima puisi tersebut. Ada berbagai jenis skema rima. Rima digunakan untuk memberikan puisi suara musikal yang menyenangkan. Rima juga dapat digunakan untuk memperdalam makna, dan memperkuat bentuk puisi. Apakah ada makna di balik penempatan rima? Apakah rima menekankan pada ide tertentu di dalam puisi?
- Analisis puisi dari segi perangkat puitis. Carilah perangkat suara (aliterasi, asonansi, dan lainnya), perumpamaan (detil sensorik, gambar yang berbicara, dan lainnya), dan sebagainya. Pikirkan dari sisi, “Apa jenis alat bahasa yang penulis ini gunakan? Bagaimana alat tersebut membantu dia mencapai tujuannya?“
- Menarik kesimpulan. Apa tema atau tujuan puisi tersebut? Alat apa yang digunakan penyair untuk menyampaikan tema atau gagasan utama puisinya? Bagaimana ia menggunakannya? Tuliskan kesimpulanmu dalam sebuah esai analitis.
CONTOH ANALISA PUISI “DOA” KARYA CHAIRIL ANWAR
DOA
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Hasil Analisa:
- Tema. Puisi diatas mengusung tema Ketuhanan. Hal ini dapat dibuktikan melalui beberapa penggalan bait diantaranya. Penggunaan kata yang sangat jelas dan tegas yang tertuju kepada Tuhan. Kata “doa” merupakan sebuah tanda ketika hamba-Nya berkomunikasi dengan Tuhannya, penggunaan kata lainnya seperti, Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu. Bukti-bukti diatas sudah dapat menjelaskan mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya.
- Nada dan Suasana. Nada berarti sikap penyair dengan pembaca puisi. Suasana berarti menitikberatkan kepada pembaca setelah membaca puisi Doa. Hubungan antara manusia dengan Tuhan dari puisi ini seolah mengajak pembaca agar lebih dekat dengan Tuhan karena semuanya akan kembali kepada-Nya. Pembaca juga diajak untuk merenungkan tentang arti hidup sendiri dari kalimat, “pengembaraan di negeri asing”.
- Perasaan. Puisi diatas menggambarkan perasaan penyair yang merasa terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar melalui kata-kata diantaranya: termenung, Aku hilang bentuk, menyebut nama-Mu, remuk, Aku tak bisa berpaling.
- Amanat. Amanat yang coba disampaikan dalam puisi “Doa” adalah bahwa kehidupan ini adalah sebuah perjuangan, berusahalah dan selalu berdoa kepada-Nya. Ibaratnya kita hidup di negeri asing, maka tanpa berusaha sendiri dan tanpa diiringi doa, semuanya akan sia-sia dan apa yang dicita-citakan tidak akan bisa terwujud. Hal ini bisa dilihat melalui bait terakhir puisi:
Tuhanku,
Di Pintu-Mu Aku mengetuk
Aklu tidak bisa berpaling