Letusan Gunung Berapi Terbesar di Indonesia

ASTALOG.COM – Indonesia permah mengalami suatu peristiwa alam yang sangat besar. Peristiwa itu adalah sebuah letusan gunung berapi yang terbesar di Indonesia. Lalu gunung berapi apakah yang dimaksud?

Ternyata peristiwa itu adalah peristiwa meletusny Gunung Tambora pada tahun 1815. Gunung Tambora adalah sebuah gunung strato volcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia.

 

Gunung ini terletak di 2 kabupaten, yaitu:

  1. Kabupaten Dompu: sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut
  2. Kabupaten Bima: bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara

Posisi tepatnya adalah pada 8°15′ LS dan 118° BT. Gunung Tambora terletak baik di sisi utara dan selatan kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya.

 

Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 m yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala 7 yang tercatat pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181  Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatera (lebih dari 2.000 km).

PELAJARI:  Ciri-ciri Ekosistem Air Laut

Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari sekitar 71.000 orang dengan 11.000 – 12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.

Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi.

Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1816 sering disebut sebagai “tahun tanpa musim panas” karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa akibat debu yang dihasilkan dari letusan gunung Tambora ini.

Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di belahan bumi bagian utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.

Letusan gunung Tambora pada tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah. Letusan gunung ini terdengar sejauh 2.600 km, dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km.

PELAJARI:  Cara Mengamalkan Nilai Pancasila

Kegelapan terlihat sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari 2 hari. Aliran piroklastik menyebar setidaknya 20 km dari puncak.

Hingga saat ini, Gunung Tambora masih berstatus aktif. Kubah lava kecil dan aliran lava masih terjadi pada lantai kaldera pada abad ke-19 dan abad ke-20.

Letusan terakhir terjadi pada tahun 1967, yang disertai dengan gempa dan terukur pada skala 0 VEI, yang berarti letusan terjadi tanpa disertai dengan ledakan.

Letak Geografis Gunung Tambora

Gunung Tambora terletak di pulau Sumbawa yang merupakan bagian dari kepulauan Nusa Tenggara. Gunung ini adalah bagian dari busur Sunda, tali dari kepulauan vulkanik yang membentuk rantai selatan kepulauan Indonesia.

Gunung Tambora membentuk semenanjungnya sendiri di pulau Sumbawa yang disebut Semenanjung Sanggar. Di sisi utara semenanjung tersebut, terdapat laut Flores, dan di sebelah selatan terdapat teluk Saleh dengan panjang 86 km dan lebar 36 km.

Pada mulut teluk Saleh terdapat pulau kecil yang disebut Mojo. Gunung ini juga menarik turis untuk mendaki gunung dan aktivitas margasatwa. Dompu dan Bima adalah kota yang letaknya paling dekat dengan gunung ini. Di lereng gunung Tambora, terdapat beberapa desa.

PELAJARI:  Tari Flamenco

Di sebelah timur terdapat desa Sanggar. Di sebelah barat laut, terdapat desa Doro Peti dan desa Pesanggrahan. Di sebelah barat, terdapat desa Calabai.

Jalur Pendakian Gunung Tambora

Terdapat 2 jalur pendakian untuk mencapai kaldera gunung Tambora, yaitu:

  1. Rute pertama dimulai dari desa Doro Mboha yang terletak di sisi tenggara gunung Tambora. Rute ini mengikuti jalan beraspal melalui perkebunan kacang mede sampai akhirnya mencapai ketinggian 1.150 m di atas permukaan laut. Rute ini berakhir di bagian selatan kaldera dengan ketinggian 1.950 m yang dapat dicapai oleh titik pertengahan jalur pendakian Lokasi ini biasanya digunakan sebagai kemah untuk mengamati aktivitas vulkanik karena hanya memerlukan waktu satu jam untuk mencapai kaldera.
  2. Rute kedua dimulai dari desa Pancasila yang terletak di sisi barat laut gunung Tambora. Jika menggunakan rute kedua, maka kaldera hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki.