ASTALOG.COM – SEPANJANG sejarahnya, istilah ‘imperialisme’ digunakan dalam arti yang beragam oleh pihak yang berbeda-beda. Istilah itu pertama kali menjadi kosakata politik di Inggris pada 1870-an. Namun, istilah itu baru digunakan secara umum pada 1890-an.
Saat itu, istilah tersebut menjadi kosakata politik dan jurnalistik dalam wacana tentang penaklukan kolonial. Pada 1900-an, saat para intelektual mulai menulis buku tentangnya, sebagian menggunakan istilah itu dengan penekanan pada rivalitas antar negara imperialis di Eropa.
Sejak Perang Dunia II, istilah ‘imperialisme’ menjadi bermakna penindasan dan eksploitasi negara-negara lemah dan miskin oleh negara-negara kuat.
Konsentrasi Produksi dan Monopoli
Di Amerika pada 1909, misalnya, perusahaan berskala besar dengan output 1 juta dollar atau lebih berjumlah 3.060 atau 1,1 persen dari total 268.491 perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini mempekerjakan 2 juta pekerja atau 30,5 persen dari total 6,6 juta pekerja. Nilai output mereka adalah 9 miliar dollar AS atau 43,8 persen dari total output 20,7 miliar dollar AS. Jadi, nyaris setengah dari total produksi yang ada di Amerika saat itu terkonsentrasi di 1,1 persen perusahaan berskala-besar.
Kemudian, ciri penting lain dari kapitalisme saat itu yang terkait dengan konsentrasi produksi, adalah penggabungan produksi (combination of production). Yang dimaksud dengan penggabungan produksi di sini adalah pengelompokan cabang-cabang industri yang berbeda dalam satu perusahaan.
Pengelompokan itu bisa berupa pengelompokan cabang-cabang industri yang menjadi tahap-tahap dalam membuat sebuah produk, mulai dari pembuatan bahan baku sampai barang jadi, atau pengelompokan cabang industri produk tertentu dengan cabang-cabang industri pelengkapnya, seperti perusahaan pembuatan bahan-bahan pengemasan. Konsentrasi dan penggabungan produksi ini membuat industri dan pasar didominasi oleh segelintir perusahaan raksasa.
Konsekuensi dari konsentrasi produksi ini adalah monopoli. ‘Pada tahap tertentu perkembangannya, konsentrasi itu sendiri, sebagaimana adanya, akan langsung mengarah pada monopoli. Pasalnya, jumlah perusahaan raksasa yang cuma sedikit dan mendominasi industri serta pasar, membuat mereka mudah mencapai kesepakatan-kesepakatan di antara mereka, seperti kesepakatan tentang jumlah barang yang harus diproduksi, penetapan harga, dan sebagainya.
Penting dicatat, para ekonom liberal biasanya mempertentangkan monopoli dengan perdagangan bebas. Padahal, perdagangan bebas juga menyebabkan konsentrasi produksi yang pada gilirannya akan mengakibatkan monopoli. Jadi, terlepas dari apakah suatu negara menerapkan proteksi atau perdagangan bebas, selama sistemnya adalah kapitalisme, maka konsentrasi produksi yang mengarah pada monopoli akan tetap terjadi.
Masa awal kapitalisme sendiri ditandai dengan persaingan bebas, baru kemudian berkembang menjadi monopoli. Tahun 1860-70 merupakan puncak dari persaingan bebas, monopoli masih berada dalam tahap embrio; Setelah krisis 1873, mulai muncul kartel-kartel, tapi mereka masih menjadi pengecualian dan tidak tahan lama; Pada boom ekonomi di akhir abad ke-19 dan krisis 1900-1903, kartel menjadi fondasi dari seluruh kehidupan ekonomi.
Kapitalisme telah berubah menjadi kapitalisme monopoli atau imperialisme. Di Jerman, terdapat 250 kartel pada 1896 dan 385 kartel pada 1905, sementara di Amerika Serikat, terdapat 185 trust pada 1900 dan 250 trust pada 1907.
Monopoli telah membawa kemajuan pesat dalam sosialisasi produksi, terutama sosialisasi proses perbaikan dan penemuan teknik-teknik produksi baru. Meski demikian, modus apropriasinya masih bersifat pribadi. Alat-alat produksi yang sudah bersifat sosial itu masih menjadi milik pribadi segelintir kapitalis-monopolis.
Persaingan bebas masih menjadi kerangka formal di mana para monopolis beroperasi. Karenanya, monopoli tidak bisa menghilangkan krisis. Sebaliknya, monopoli yang tercipta di cabang-cabang industri tertentu, mengintensifkan anarki yang terdapat dalam produksi kapitalisme secara keseluruhan.
Tingkat kemajuan teknik yang sangat cepat juga meningkatkan disparitas antar-sektor ekonomi, sehingga mengakibatkan anarki dan krisis. Kapitalisme monopoli merupakan fase transisional dari persaingan bebas menuju sosialisasi sepenuhnya. Ia adalah tahap tertinggi dari perkembangan kapitalisme.
Monopoli dan Kapasitas Finansial
Fungsi dasar bank sebenarnya adalah sebagai perantara dalam pembayaran. Mereka mengumpulkan berbagai jenis pendapatan uang―bukan hanya uang para kapitalis, tetapi juga uang para pengusaha kecil, lapisan atas kelas pekerja, dan lain-lain―untuk kemudian disalurkan dan digunakan oleh kelas kapitalis.
Mereka mentransformasikan kapital uang yang tidak aktif menjadi kapital aktif, yakni kapital yang menghasilkan keuntungan. Dalam fungsi dasarnya ini saja, bank sudah memainkan peran dalam mengkonsentrasikan kapital. ’Dalam setiap kesempatan, bank sangat mengintensifkan dan mempercepat proses konsentrasi kapital dan pembentukan monopoli di semua negara kapitalis, terlepas dari semua perbedaan dalam hukum perbankan mereka.