Tahapan Proses Sosialisasi

ASTALOG.COM – Sebelumnya kita telah membahas mengenai pengertian sosialisasi, dan kali ini kita akan membahas mengenai tahapan proses sosialisasi. Sebagaimana diketahui bahwa, sosialisasi adalah proses belajar yang kompleks. Dengan sosialisasi, manusia sebagai makhluk biologis menjadi manusia yang berbudaya, yang cakap menjalankan fungsinya dengan tepat sebagai individu dan sebagai anggota kelompok.

Seorang bayi yang lahir merupakan organisme yang sangat lemah. Pemenuhan segala kebutuhan fisiknya bergantung kepada orang dewasa. Namun, sejak saat itu dia mulai berinteraksi dengan lingkungan dan menyerap banyak hal hingga tumbuh dewasa, dan baru berakhir setelah dia meninggal. Hal-hal yang diserap meliputi sikap dan nilai, rasa suka dan tidak suka, rasa senang dan sedih, keinginan dan tujuan hidup, cara bereaksi terhadap lingkungan, dan pemahaman mengenai segala sesuatu. Semua itu diperolehnya melalui proses yang disebut sosialisasi.

 

Dalam proses ini, seseorang juga mengalami internalisasi nilai dan norma sosial tempat dia hidup, sehingga terbentuklah kepribadiannya. Setiap orang perlu mempelajari nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di dalam masyarakatnya. Semua itu diperlukan untuk mendewasakan diri setiap individu dan membentuk kepribadiannya. Dengan berbekal kedewasaan pribadi itulah nantinya seseorang akan dapat memegang peranan di masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi merupakan proses penanaman kecakapan dan sikap yang diperlukan untuk dapat memainkan peran sosial di masyarakat.

PELAJARI:  Situasi Perang Asia Pasifik di Tahun 1944

Tahapan Proses Sosialisasi

Menurut George Herbert Mead, sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut:

 

1. Tahap Persiapan

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam“. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.

2. Tahap Meniru

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yaitu dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti.

PELAJARI:  Sejarah Turunnya Kitab Taurat

3. Tahap Siap Bertindak

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.

4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif

PELAJARI:  Apa yang Dimaksud Dengan Planet?

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama–bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

Agen Pelaksana Tahapan Proses Sosialisasi

Agar proses sosialisasi dapat berjalan maka diperlukan adanya agen. Dalam hal ini agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada 4 agen sosialisasi yang utama, yaitu:

  1. Keluarga
    1. Keluarga inti:  ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.
    2. Kekerabatan diperluas: kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti.
  2. Teman Pergaulan
  3. Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah)
  4. Media Massa