ASTALOG.COM – Aritikel kali ini akan membahas mengenai karya sastra drama. Seperti pengertian dari drama, unsur intrinsik drama, unsur ekstrinsik drama, manfaat mempelajarai drama, serta tujuan drama. Langsung saja simak artikel berikut ini.
Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani dramoi yang berarti suatu aksi atau perbuatan. Menurut istilah Toteles dalam Kosasih (2008:80), drama adalah peniruan gerak yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas nyata. Menurut Erwan Juhara drama merupakan jenis karya sastra yang dibangun oleh unsur instrinsik yang membentuk kesatuan pembentuk drama.
Drama juga disebut sandiwara dimana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran, jadi pengertian drama secara umum adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui perbuatan dan dialog.
Perbuatan dan dialog dalam drama tidak jauh berbeda dengan perbuatan dan dialog yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena drama merupakan peniruan gerak yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas nyata (Toteles dalam Kosasih 2008:80). Bahasa adalah unsur utama dalam drama, namun masih ada unsur lain yang juga penting dalam drama. Dalam darama bahaa harus dioptimalkan dengan sebaik-baiknya, tidak hanya berkenaan dengan kata-kata saja melainkan juga intonasi dan tempo kalimat, pelafalan, volume suara, tekanan, serta aspek-aspek kebahasaan lain agar pesan dapat tersampaikan secara sempurna.
Unsur Intrinsik Drama
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun drama dari dalam drama itu sendiri atau unsur yang hadir dari dalam. Unsur instrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita dalam drama. Kepaduan antar unsur instrinsik drama inilah yang membuat drama terwujud. Adapun unsur instrinsik drama terdiri atas:
1. Judul
Judul merupakan kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul drama selalu berkaitan erat dengan isi drama. Judul drama berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dalam drama misalnya:
1) Dapat menentukan tokoh utama dalam drama.
2) Dapat menunjukan alur atau waktu.
3) Dapat menunjukan suatu objek dalam drama.
4) Dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana dalam drama.
5) Dapat mengandung beberpa pengertian.
2. Tema
Tema adalah ide yang mendjadi dasar cerita dalam drama, sehingga berperan sebagai pangkal tolak untuk memaparkan cerita dalam drama. Tema dikembangkan dan dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami. Tema juga bisa menjadi sumber konflik-konflik dalam drama.
3. Plot atau Alur
Plot atau alur adalah jalan cerita, plot atau alur dalam drama tidak berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi. Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahap permulaan, tahap pertikaian, tahap kerumitan, tahapan puncak, tahap peleraian dan tahap akhir.
Hanya saja dalam drama plot atau alur dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan, babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai dengan perubahan setting atau latar, sedangkan adegan merupakan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun pembicaraan.
4. Tokoh Cerita atau Perwatakan
Tokoh cerita adalah individu yang mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa cerita dalam sebuah drama. Tokoh cerita dapat berupa manusia, binatang, mahluk gaib seperti malaikat, dewi-dewi, bidadari, setan atau iblis, kuman, roh dan benda-benda lain yang diinsankan. Tokoh dalam drama memiliki watak berbeda-beda yang menyebabkan timbulnya peristiwa atau konflik yang membuat cerita semakin menarik.
Berdasarkan segi peran atau tingkat pentingnya, tokoh dalam drama dibedakan menjadi dua bagian yaitu central charakter (tokoh utama) dan peripheral carakter (tokoh tambahan). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam drama. Ada tiga kriteria untuk menentukan tokoh utama yaitu:
1) Mencari tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
2) Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan.
3) Melihat intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita (tema).
Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama dalam drama. Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam drama ada tiga macam yaitu tokoh protagonis (tokoh utama), antagonis (tokoh pendamping yang menentang tokoh utama), dan tritagonis (penengah).
5. Dialog
Dialog adalah percakapan yang dilkukan oleh tokoh dalam drama. Dalam struktur naskah drama, dialog dapat ditinjau dari segi estetis dan teknis. Dari segi estetis, dialog merupakan faktor yang memengaruhi struktur keindahan naskah drama. Dari segi teknis, biasanya dialog diberi catatan pengucapan yang ditulis dalam tanda kurung.
Ada dua macam teknik dialog (pembicaran), yaitu monolog ( pembicaraan oleh satu orang) dan konversi (pembicaraan/percakapan oleh dua orang atau lebih). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog (pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapkan pemeran utama dalam drama) dan epilog (bagian penutup pada drama untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud drama tersebut.
6. Konflik
Konflik adalah pertentangan, perselisihan, ketegangan, atau permasalahan yang dialami tokoh dalam drama, baik konflik dengan diri sendiri, dengan pihak lain maupun dengan lingkungan. Konflik dapat membentuk rangkaian peristiwa yang memiliki hubuungan yang menimbulkan terjadinya peristiwa. Konflik dalam drama juga bisa menambah nilai estetik, dan menghilangkan rasa bosan tokoh yang berperan dan penonton yang melihatnya.
Konflik yang terjadi atau dialami oleh tokoh drama dibagi menjadi tiga bagian yaitu konflik eksternal (konflik fisik), konflik yang berasal dari luar dirinya misalnya dengan alam yang ganas, cuaca buruk, lingkungan yang kumuh, pergaulan yang salah dan lain sebagaimya. Konflik internal (konflik batin), yaitu konflik atau pertentangan seseorang dengan batin atau hatinya, misalnya terpaksa berbohong dan lain sebagainya. konflik sosial adalah konflik yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, budaya dan lain sebagainya.
7. Latar
Latar merupakan unsur yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau naskah drama harus mendukung tindakan para tokoh. Penyajian latar yang tepat dapat menghidupkan cerita dalam drama. Latar adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat termasuk di dalamnya aspek waktu dan suasana.
Aspek latar berdasarkan fungsinya mencakup:
1) Tempat terjadinya peristiwa
2) Lingkungan hidup
3) Sistem kehidupan
4) Alat-alat atau benda-benda
5) Waktu terjadinya peristiwa.
8. Amanat
Harimurti Kridalaksana dalam Yusniatin (2012), menyatakan bahwa amanat merupakan keseluruhan makna isi konsep, makna wacana dan perasaan atau pesan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima oleh orang lain. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya amanat sengaja disampaikan secara tersirat oleh penulis naskah drama. Amanat yang disampaikan secara tersirat belum tentu dapat dipahami oleh semua orang.
9. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam naskah drama pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan dipilih secara teliti dan seefektif mungkin dengan tujuan untuk menghidupkan cerita dalam drama, serta menggunakan dialog-dialog yang mudah dipahami (Saliman dalam Yusniatin 2012).
Unsur Ekstrinsik Drama
Unsur ekstrinsik drama adalah hal-hal yang berada di luar drama, namun sangat memengaruhi terbentuknya karya sastra (Tjahyono dalam Yusniatin 2012),. Misalnya latar belakang kehidupan pengarang(sosiologi pengarang dan psikologi pengarang), misalnya keadaan atau kondisi masyarakat baik dari segi ekonomi, budaya, politik, kejiwaan dan lain sebagainya pada saat pengarang membuat karya sastra.
Manfaat Mempelajari Drama
Manfaat mempelajari drama yaitu:
1. Fungsi seni drama pada khususnya adalah berguna serta bermanfaat dan menyenangkan (dulce et utile). Jadi, di samping berfungsi sebagai hiburan (menyenangkan), seni drama juga bermanfaat (berguna). Artinya, dapat memberi sesuatu pada penikmatnya. Sesuatu itu dapat berupa pengetahuan, penerangan dan lain-lain.
2. Di dalam dunia pendidikan dan pengajaran, seni drama dapat dipergunakan sebagai metode interaksi edukatif secara kelompok. Metode pengajaran demikian dapat disebut ‘sosiodrama’ pemain peran.
3. Memupuk kerja sama yang baik dalam pergaulan sosial, maksudnya dengan adanya belajar drama, kita bisa memupuk baik pergaulan kita dengan orang lain, contoh kecil yang dapat kita ambil yaitu ketika kita berada dalam sebuah kelompok untuk bermain drama, kita harus mampu memahami setiap karakter masing-masing orang yang ada dalam kelompok tersebut, selain itu kita juga harus menghargai perbedaan karakter masing-masing anggota kelompok/masing-masing orang yang ada dalam kelompok tersebut, dengan demikian pergaulan kita akan terpupuk dengan baik.
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melahirkan daya kreasinya masing-masing, maksudnya dengan adanya pelajaran tentang drama siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan kemampuanya dalam bermain drama.
5. Menghilangkan sifat malu, gugup, tegang, takut dan lain sebagainya, maksudnya drama merupakan suatu sarana bagi setiap orang untuk belajar menghilangkan rasa malu ketika kita berada di depan umum, membantu menghilangkan rasa gugup dengan terus berlatih drama.
Tujuan Drama
1. Untuk membahagiakan sekaligus intruksi.
2. Memperoleh suatu pengetahuan, kesenangan, pengalaman, dan pengetahuan seni keindahan.
3. Untuk hiburan santai dan pengalaman mengenai estetika.