Sejarah Pengamatan Galaksi Bimasakti

ASTALOG.COM – Kata galaksi berasal dari bahasa Yunani ‘Galaxias‘ yang berarti ‘seperti susu‘, yang merujuk pada galaksi Bimasakti (Milky Way). Galaksi adalah sebuah sistem masif yang terikat gaya gravitasi yang terdiri atas bintang dengan segala bentuk manifestasinya (antara lain bintang neutron dan lubang hitam), gas dan debu medium antar bintang, serta materi gelap yang merupakan komponen penting namun belum begitu di mengerti.

Diperkirakan bahwa galaksi yang ada berkisar dari galaksi katai dengan hanya sekitar 10 juta bintang hingga galaksi raksasa dengan sekitar 100 triliun bintang, yang semuanya mengorbit pada pusat massa galaksi masing-masing. Matahari adalah salah satu bintang dalam galaksi Bimasakti, dimana tata surya termasuk Bumi dan semua benda di sekitarnya mengorbit pada Matahari.

 

Jadi di dalam galaksi Bimasakti terdapat sistem tata surya, yang di dalamnya terdapat planet Bumi. Diduga bahwa di pusat galaksi bersemayam lubang hitam supermasif (black hole), dimana Sagitarius A dianggap sebagai lokasi lubang hitam supermasif ini. Matahari sebagai pusat tata surya memerlukan waktu sekitar 225–250 juta tahun untuk menyelesaikan satu orbit. Jadi bisa dikatakan bahwa matahari telah mengitari pusat galaksi sekitar 20 – 25 kali dari sejak saat terbentuknya. Dalam hal ini, kecepatan orbit tata surya adalah sekitar 217 km/detik.

PELAJARI:  Zat Apa yang Memancarkan Radiasi Secara Spontan?

SEJARAH PENGAMATAN GALAKSI BIMASAKTI

 

1. Sejarah Pengamatan Galaksi Bimasakti oleh Ahli dari Yunani

Filsuf  Yunani Democritus telah mengemukakan bahwa pita kabut putih di langit malam hari yang dikenal sebagai Bimasakti kemungkinan terdiri dari bintang-bintang yang sangat jauh jaraknya.

Namun Aristoteles mempercayai bahwa pita tersebut disebabkan oleh “kobaran hembusan napas yang menyala-nyala dari banyak bintang besar yang berjarak dekat satu sama lain” dan bahwa “kobaran ini terjadi di bagian atas atmosfer, yaitu di wilayah dunia yang selalu diisi dengan gerakan surgawi.”

Sementara itu filsuf Olympiodorus Junior yang kritis terhadap pandangan ini secara ilmiah, beralasan bahwa jika memang benar Bimasakti berada di wilayah sublunar (terletak antara bumi dan bulan), maka harusnya Bimasakti terlihat berbeda pada waktu dan tempat yang berbeda di bumi, dan Bimasakti seharusnya memiliki paralaks, yang ternyata tidak. Dalam pandangannya, Bima Sakti terletak jauh di angkasa.

PELAJARI:  Tipe-tipe Plastida

2. Sejarah Pengamatan Galaksi Bimasakti oleh Ahli dari Arab

Astronom Ibnu Haitham telah melakukan usaha-usaha dalam mengamati dan mengukur paralaks Bimasakti, dan ia akhirnya berkeyakinan kuat bahwa karena Bimasakti tidak memiliki paralaks, pastilah jaraknya sangat jauh dari bumi dan bukannya berada dalam atmosfer.

Astronom Al-Biruni dari Persia mengemukakan bahwa Bimasakti merupakan kumpulan yang tak terhitung jumlahnya dari bagian-bagian yang bersifat seperti bintang nebula.

Astronom Ibnu Bajjah dari Andalusia (dikenal di barat dengan nama latin “Avempace“) mengemukakan bahwa Bimasakti dibentuk oleh banyak bintang yang saling hampir bersentuhan satu dengan yang lain sehingga tampak menjadi seperti gambar sinambung akibat pengaruh pembiasan dari material sublunar, mengutip hasil pengamatannya terhadap konjungsi antara Jupiter dan Mars sebagai bukti bahwa hal tersebut dapat terjadi jika 2 objek saling berdekatan

Pada abad ke-14, ilmuwan Ibnu Qayyim dari Suriah mengemukakan bahwa Bimasakti merupakan bintang-bintang kecil yang tak terhitung jumlahnya dan saling berdesakan dalam alam bintang-bintang tetap.

3. Sejarah Pengamatan Galaksi Bimasakti oleh Ahli dari Negara Lainnya

PELAJARI:  Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia

Bukti nyata bahwa Bimasakti terdiri atas banyak bintang, datang pada tahun 1610 ketika astronom Italia Galileo Galilei menggunakan sebuah teleskop untuk mempelajari Bima Sakti dan menemukan bahwa Bima Sakti tersusun atas bintang-bintang redup dalam jumlah yang luar biasa banyaknya.

Pada tahun 1750 astronom Inggris Thomas Wright, dalam bukunya ‘An original theory or new hypothesis of the Universe‘ berspekulasi bahwa Bimasakti kemungkinan adalah sebuah badan berputar dari bintang-bintang dalam jumlah besar yang diikat oleh gaya gravitasi, serupa dengan tata surya namun dalam skala yang jauh lebih besar. Piringan bintang yang dihasilkan dapat terlihat sebagai pita di langit dari sudut pandang manusia dalam piringan tersebut.

Dalam riset di tahun 1755, Immanuel Kant mengembangkan ide Wright tentang struktur Bimasakti.

Usaha pertama untuk menggambarkan bentuk Bimasakti dan letak matahari di dalamnya dilakukan oleh William Herschel pada tahun 1785 dengan cara menghitung secara hati-hati jumlah bintang yang ada di berbagai wilayah langit yang beda. Ia menghasilkan sebuah diagram bentuk Bimasakti dengan tata surya terletak dekat dengan pusatnya.