Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan

ASTALOG.COM – Dalam sistematika awal, hewan mencakup banyak organisme bersel tunggal yang dikelompokkan sebagai Protozoa karena bersifat heterotrof dan bergerak aktif (motil). Pengelompokan ini terus dianut hingga pertengahan abad ke-20 dan hingga sekarang masih dipakai untuk kepentingan praktis. Ketika orang mulai menganggap bahwa organisme bersel satu tidak memiliki organisasi jaringan, dibentuklah kelompok Protista yang menghimpun semua organisme sederhana yang berperilaku mirip binatang dengan cara bergerak dan heterotrof.

Perkembangan biologi sejak separuh akhir abad ke-20 telah menunjukkan bahwa banyak organisme bersel satu tidak dapat lagi dipertahankan sebagai hewan. Sementara itu, organisme yang dikategorikan sebagai hewan dimasukkan semua organisme bersel banyak yang sel spermanya memiliki kesamaan struktur dengan koanosit, yaitu suatu sel generatif primitif. Selain itu, penerapan konsep evolusi dan kladistik telah mengubah banyak organisasi sistematika hewan. Proses reklasifikasi ini sampai sekarang masih terus berjalan.

 

TEORI PERTUMBUHAN HEWAN

Pertumbuhan dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot, dimana satu sel zigot akan tumbuh dan berkembang dengan tahap: zigot-morula-blastula-gastrula hingga terbentuk embrio. Embrio akan berdiferensi sehingga terbentuk berbagai macam jaringan dan organ. Organ-organ akan menyatu dan bergabung menjadi organisme. Kemudian, organisme tumbuh dan berkembang menjadi organisme dewasa.

PELAJARI:  Sebutkan Fungsi Negara Menurut Montesquieu?
 

Lalu pada siklus hidup hewan tertentu terjadi perubahan bentuk tubuh dari embrio sampai dewasa. Perubahan bentuk ini disebut metamorfosis. Metamorfosis dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

  1. Metamorfosis Sempurna ditandai dengan adanya bentuk tubuh yang berbeda di setiap fase metamorfosis, misalnya kupu-kupu dan katak.
  2. Metamorfosis Tidak Sempurna ditandai dengan adanya bentuk tubuh yang sama, tetapi ukurannya berbeda pada salah satu fase metamorfosis, misalnya belalang dan kecoa.

TEORI PERKEMBANGAN HEWAN

Menurut para ahli, terbentuknya hewan-hewan di muka bumi ini dimulai dari zigot bersel satu yang mengalami pembelahan sel dan sel tersebut akan bertambah banyak yang terbentuk menyerupai bola. Bentuk seperti bola tersebut akan mengalami perkembangan, yaitu akan melekuk ke dalam sehingga akan terbentuk 2 lapisan, yaitu ektoderm (lapisan luar) dan endoderm (lapisan dalam).

PELAJARI:  Negara Asal Telepon Genggam yang Beredar di Indonesia

Dalam masa perkembangannya, ektoderm membentuk bagian-bagian tubuh tertentu, yaitu epidermis, kulit, dan sistem saraf, sedangkan lapisan endoderm akan berkembang menjadi sistem pencernaan dan kelenjarnya. Ada beberapa hewan yang berkembang pada tingkat kedua lapisan ini yang dinamakan diplobastik. Yang termasuk golongan hewan diplobastik adalah Porifera dan Coelenterata.

Di antara ke-2 lapisan, yaitu ektoderm dan endoderm akan berkembang dan terbentuk lapisan mesoderm. Lapisan mesoderm akan berkembang membentuk bagian tubuh yang menjadi otot, sistem reproduksi, sistem sirkulasi, dan sistem ekskresi. Golongan hewan yang berkembang pada ke-3 tingkat lapisan ini dinamakan triplobastik. Golongan hewan ini adalah Platyhelminthes dan Nemathelminthes.

Dari hasil penelitian ini akhirnya diketahui bahwa pada Platyhelminthes belum mempunyai rongga tubuh, yaitu terlihat tubuhnya padat, tanpa rongga antara usus dan tubuh terluar sehingga digolongkan sebagai triplobastik aselomata.

Adapun pada Nemathelminthes mempunyai rongga tubuh semu, yaitu mesoderm yang belum membentuk rongga yang sesungguhnya karena tampak pada mesoderm belum terbagi menjadi lapisan dalam dan lapisan luar, yang dinamakan dengan triplobastik pseudoselomata.

Lalu yang mempunyai rongga tubuh dinamakan triplobastik selomata karena mesoderm-nya sudah dipisahkan oleh rongga tubuh yang terbentuk menjadi 2 lapisan, yaitu dalam dan luar. Yang termasuk golongan hewan ini adalah Annelida hingga Chordata.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HEWAN

  1. Faktor internal meliputi gen dan hormon. Gen merupakan faktor keturunan yang diwariskan dari orang tua (induk) kepada keturunannya, sedangkan hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan hewan.
  2. Faktor eksternal meliputi air, nutrisi, cahaya, aktivitas, dan lingkungan.