Manfaat Mempelajari Farmakognosi

ASTALOG.COM – Dalam sejarah penemuan obat bahan alam dimulai dari pengetahuan manusia akan khasiat bahan alam bagi kesehatan yang merupakan awal dari berkembangnya farmakognosi. Bukti dari hal itu dapat diketahui melalui buku Materia Medika yang diterbitkan sebelum abad 19, yaitu buku pertama yang memuat tentang khasiat dan penggunaan lebih kurang 600 macam obat dari bahan alam (tanaman, hewan, mineral). Sejak saat itu terjadi peningkatan yang pesat terhadap pengetahuan mengenai obat dari bahan alam sehingga dianggap perlu untuk mengadakan pemisahan disiplin ilmu. Oleh karena itu pada abad 19, materia medika sudah mempunyai dua disiplin ilmu, yaitu:

– Farmakologi, yang mempelajari kerja obat (action of drug)
– Farmakognosi, yang mempelajari segala aspek obat dari alam

PELAJARI:  Kronologis Perlawanan Puputan Margarana
 

Pengertian Farmakognosi

Farmakognosi sendiri berasal dari kata Pharmakon, yang berarti obat, dan Gnosis, yang berarti pengetahuan. Melalui perkembangan ilmu lebih lanjut, para ahli kimia mulai memberikan perhatian pada senyawa-senyawa kimia kandungan bahan alam yang diduga mempunyai khasiat bagi kesehatan, seperti dilansir dari laman Ckacep.blogspot.co.id.

 

Menurut Artikelfarmasi.com, farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.

Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela.

Pada akhir abad 19, mereka mulai mencoba mensintesis senyawa kimia yang mempunyai khasiat terapi tersebut dan melakukan modifikasi struktur senyawa dengan tujuan tertentu. Hal ini yang membidangi lahirnya disiplin ilmu baru yaitu kimia medisinal.

PELAJARI:  Hubungan Global Warming Dengan Penggunaan energi

Dengan demikian, melalui pengetahuan tentang khasiat bahan alam telah berkembang tiga disiplin ilmu dasar, yaitu :

– Farmakologi, yang berhubungan dengan aktivitas dan efek obat.
– Farmakognosi, yang mencakup semua informasi obat dari sumber bahan alam (tumbuhan, hewan, mineral, mikroorganisme).
– Kimia medisinal, yang berhubungan dengan semisintesis obat.

Peran Farmakognosi

Penggunaan tumbuhan obat sebagai obat di Indonesia telah meningkat. Akan tetapi dalam penggunaannya masih banyak hanya sebatas pengalaman yang diturunkan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Disini, peran ilmu farmakognosi yang memilah tanaman yang berkhasiat obat atau tidaknya dengan berbagai tes yang dilakukan terhadap tumbuhan tersebut seperti kromatografi, spektrofotometrik, dan lain-lain.

Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistematikanya, maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau yang disebut dengan simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.