ASTALOG.COM – Batuan beku merupakan jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, baik melalui proses kristalisasi maupun tidak. Magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C, dan dapat bergerak, serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut dan bersifat volatile, seperti: air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan beberapa lainnya yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai pada batuan beku.
KOMPOSISI MINERAL PADA BATUAN BEKU
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan menggunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun, batuan beku dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
- Mineral Felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid, dan muskovit.
- Mineral Mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol, dan olivin.
STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Berikut ini struktur batuan beku yang sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan saja, antara lain:
- Pillow Lava (Lava Bantal), yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
- Joint struktur merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.
- Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
- Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
- Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
- Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
- Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya batuan beku merupakan batuan tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang) dan sheeting joint (kekar berlembar).
KLASIFIKASI BATUAN BEKU
1. Berdasarkan Cara Terjadinya
Dasar klasifikasi ini menurut Rosenbusch yang telah membagi batuan beku menjadi:
- Effusive Rock : sebutan untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
- Dike Rock : sebutan untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
- Deep Seated Rock : sebutan untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi.
2. Berdasarkan Kandungan SiO2
Dasar klasifikasi ini menurut C. L. Hugnes yang telah membagi batuan beku menjadi:
- Batuan Beku Asam : apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contoh: riolit.
- Batuan Beku Intermediate : apabila kandungan SiO2 antara 52% – 66%. Contoh: dasit.
- Batuan Beku Basa : apabila kandungan SiO2 antara 45% – 52%. Contoh: andesit.
- Batuan Beku Ultra Basa : apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contoh: basalt.
3. Berdasarkan Indeks Warna
Ada 2 ahli geologi yang telah memberikan klasifikasi berdasarkan indeks warna, yaitu:
3.1. Menurut S. J. Shand:
- Leucoctaris Rock : apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
- Mesococtik Rock : apabila mengandung 30% – 60% mineral mafik.
- Melanocractik Rock : apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
3.2. Menurut S. J. Ellis
- Holofelsic : untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
- Felsic : untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
- Mafelsic : untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
- Mafik : untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.