ASTALOG.COM – Renaissance merupakan titik awal dari sebuah peradaban modern di Eropa. Essensi dari semangat Renaissance salah satunya adalah pandangan manusia bukan hanya memikirkan nasib di akhirat seperti semangat Abad Tengah, tetapi mereka harus memikirkan hidupnya di dunia ini. Menurut Kompasiana, renaissance menjadikan manusia lahir ke dunia untuk mengolah, menyempurnakan dan menikmati dunia ini baru setelah itu menengadah ke surga. Manusia bukan budak melainkan majikan atas dirinya. Inilah semangat humanis, semangat manusia baru yang oleh Cicero dikatakan dapat dipelajari melalui bidang sastra, filsafat, retorika, sejarah dan hukum.
Renaissance lahir karena berbagai faktor, diantaranya ialah gerakan cultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan kemasyarakatan, di kegerejaan di Italia pada abad pertengahan abad XIV, berakar pada cita-cita keksatrian abad pertengahan yang menginginkan kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyhuran, mereka mensitesakan gagasan Kristiani dengan pemikiran klasik (Yunani-Romawi).
Pada masa renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada manusia, yang kemudian disebut dengan humanisme. Aliran ini lahir disebabkan kekuasaan gereja yang telah menafikan berbagai penemuan manusia, bahkan dengan doktrin dan kekuasaanya, gereja telah meredam para filosofis dan ilmuwan yang dipandang dengan penemuan ilmiahnya telah mengingkari kitab suci yang selama in diacu oleh kaum Kristiani.
Selain itu pada saat itu mengalami kegelapan kerana kepentingan pemikiran yang dikuasai oleh para pemimpin Gereja. Middle Age merupakan zaman dimana Orang Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas diatur oleh gereja. Pemikiran pada abad pertengahan diatur oleh gereja, termasuk ilmu pengetahuan. Seperti kasus pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutnya bahwa matahari pusat tata surya, tetapi bertolak belakang dari gereja.
Dilansir dari laman Arwave.blogspot.co.id, selain penjelasan di atas, timbulnya renaissance secara garis besar disebabkan oleh beberapa aspek, yaitu:
1. Kondisi sosial. Saat itu kehidupan masayarakat eropa terikat pada doktrin Gereja, segala kegiatan kehidupan ditujukan untk akhirat. Mas unuyarakat kehilangan kebebasan untuk menentukan ppribadinya, dan kehilangan harga dirin. Kehidupn manusia tidak tenteram gnkarena selalu diitip oleh intelejen gereja, sehingga menimbulkan sikap saling mencurigai dalam massyarakat.
2. Kondisi budaya. Terjadi pembatasan seni dalam arti bahwa seni hanya tetnatang tokoh-tokoh injil dan kehebatan gereja. Semua kreasi seni ditujukan kepada kehidupan akhirat sehingga budaya tidak berkembang. Demikian pula dalam bidanag ilmu enegethuan karena segala kebanaran hanya kebenaran gereja.
3. Kondisi politik. Raja secara teoritis merupakan pusata kekuasaan politik dalam Negara, kenyataanya hanya menjadi juru damai. Kekuasaan poltik ada pada kelompok bangsawan dan kelompok gereja. Keduanya memiliki pasukan militer yang sewaktu-waktu dapat untk melancarkan ambsisnya. Adakalanaya kekuatan militer kaum bangswan dan kaum gereja lebih kuat dari kekuatan militer raja.
4. Kondisi ekonomi. Berlaku sistem ekonomi tertutup, yang menguasai perekonomian hanya golongan penguasa, kondisi diatas menyebabkan masyarakat Eropa tertungkung dan tidak memiliki harga diri yang layak sebagai mansia. Oleh karena itu timbulah upaya-upaya untuk keluar dari keadaan tersebut.