ASTALOG.COM – Sebagaimana diketahui, urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh melalui proses pembentukan urin yang melibatkan 3 tahap, yaitu:
- Filtrasi (penyaringan)
- Reabsorpsi (penyerapan kembali)
- Augmentasi (penambahan kembali)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN URIN
1. Hormon Antidiuretik (ADH)
Hormon antidiuretik (ADH) dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit mengandung air, maka hormon ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal. Akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, maka hormon ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang. Akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.
2. Jumlah Air yang Diminum
Dalam hal ini, semakin banyak air yang diminum, maka sekresi hormon ADH akan terhambat. Hal ini menyebabkan permeabilitas tubulus kontortus menurun dan reabsorpsi terhambat sehingga jumlah urin meningkat.
3. Zat-zat Diuretik
Zat-zat ini bisa didapati pada teh, kopi, atau alkohol yang dapat menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya, hormon ADH berkurang sehinggar reabsorpsi air terhambat dan volume urin meningkat.
4. Hormon Insulin
Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau Langerhans. Hormon insulin berfungsi mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis (diabetes mellitus) memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar gula dalam darah akan tinggi. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya gangguan reabsorbpsi di dalam tubulus distal, sehingga dalam urin masih terdapat glukosa.
5. Saraf
Stimulus pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen. Hal ini menyebabkan aliran darah ke glomerulus menurun dan tekanan darah menurun, sehingga filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi akan meningkat.
6. Gejolak Emosi dan Stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air kecil.
7. Suhu Lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya semakin banyak, maka pengeluaran urin pun semakin banyak.
FUNGSI URIN
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ada anggapan umum yang menganggap urin sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga kemungkinan urin akan mengandung bakteri.
Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan bau yang dihasilkan hampir berasal dari urea. Sehingga bisa dikatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin juga dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Dimana orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Sebaliknya, penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.