ASTALOG.COM – Selain faktor internal yang mendorong munculnya pergerakan nasional Indonesia yang telah berlangsung sejak abad 19 – 20, ada pula faktor eksternal yang mendorongnya. Kedua faktor ini saling berkaitan dan memberikan dorongan yang positif bagi para pemuda-pemuda pelopor pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia untuk terus memantapkan langkahnya dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Adapun faktor eksternal tersebut, antara lain:
1) Kemenangan Jepang atas Rusia di Tahun 1905
Pada tahun 1904-1905, Jepang berperang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia. Hal ini dikarenakan adanya modernisasi yang dilakukan Jepang dan telah membawa mereka ke dalam kemajuan pesat dalam berbagai bidang bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan kekuatan yang dimiliki tersebut, Jepang mampu melawan Korea tetapi kemudian Jepang melanjutkan ke Manchuria dan beberapa daerah di Rusia. Keberhasilan Jepang melawan Rusia inilah yang mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia – Afrika untuk mulai bangkit melawan bangsa asing di negerinya.
2) Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara Asia – Afrika
1. India
Dalam menghadapi penjajahan Inggris, India membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India National Congres”. Gerakan ini diprakarsai oleh: Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak, dan beberapa lainnya. Kemudian, Mahatma Gandhi mengeluarkan konsep dasar perjuangan yang berisi:
- Ahimsa (dilarang membunuh), yaitu gerakan anti peperangan.
- Hartal, yaitu gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka masuk kantor atau pabrik.
- Satyagraha, yaitu gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Inggris.
- Swadesi, yaitu gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri.
Sementara itu, tokoh Rabindranath Tagore mengeluarkan konsep pendidikan Santiniketan.
2. Filipina
Digerakkan oleh Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajahan Spanyol di wilayah Filipina. Pada saat itu, ia menulis sebuah novel berjudul Noli Me Tangere (Jangan Sentuh Aku). Karena isi novel itu yang dianggap menjatuhkan Spanyol, Jose Rizal pun ditangkap pada tanggal 30 September 1896 dan dijatuhi hukuman mati. Akhirnya perjuangannya dilanjutkan oleh Emilio Aquinaldo yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan Filipina pada tanggal 12 Juni 1898, tetapi Amerika Serikat berhasil menguasai Filipina, dan kemerdekaan baru diberikan oleh Amerika Serikat pada 4 Juli 1946.
3. Cina
Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor kehidupan bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakannya tertuang dalam San Min Chu I, yang berisi:
- Republik Tiongkok adalah suatu negara nasional Cina.
- Pemerintah Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan rakyat).
- Pemerintah Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
Apa yang telah dilakukan oleh Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat Indonesia. Terlebih lagi setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina.
4. Turki
Gerakan Turki Muda dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha yang menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Ia ingin menumbangkan pemerintahan Khilafah Turki Ustmani. Dalam kebijakannya, Mustafa Kemal Pasha memang dikenal sangat radikal dan ingin memisahkan antara agama dengan negara, sehingga tidaklah mengherankan bila kebijakannya banyak yang bertentangan dengan kebijakan Islam saat itu. Adapun tujuan dari terbentuknya gerakan Turki Muda adalah:
- Menyelamatkan Turki dari keruntuhan total
- Menanamkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat
- Mengadakan perbaikan sosial, ekonomi, dan budaya
- Mengadakan pembaharuan organisasi pemerintahan
5. Mesir
Gerakan nasionalisme di Mesir dipimpin oleh Arabi Pasha dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh telah mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di Indonesia seperti Muhammadiyah.
Jadi, inti dari adanya gerakan-gerakan kebangsaan di beberapa negara itu telah mendorong negara-negara lain di kawasan Asia – Afrika termasuk Indonesia untuk melakukan hal yang sama, yaitu melawan penjajahan dan kolonialisme di negaranya.