Pengertian Oviduk dan Fungsinya

ASTALOG.COM – Sebagai makhluk hidup, wanita memiliki alat reproduksi yang merupakan organ-organ yang berfungsi untuk proses perkembangbiakan. Ditinjau dari sisi anatomi, organ reproduksi wanita cukup rumit karena terdiri dari 2 percabangan indung telur yang akan bergantian memproduksi sel telur, dan apabila tidak dibuahi akan terjadi menstruasi.

Oviduk merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi wanita. Oviduk yang disebut juga tuba fallopi menjadi organ yang menghubungkan indung telur (ovarium) dengan rahim (uterus). Oviduk juga biasa disebut dengan saluran telur karena berbentuk mirip saluran. Oviduk pada wanita berjumlah 2 buah dengan ukuran panjang sekitar 8 – 20 cm.

 

FUNGSI OVIDUK

  1. Sepanjang oviduk, terdapat sel sel cilia atau bulu cilia yang bertugas sebagai penghantar ovum menuju rahim untuk kemudian berkembang menjadi embrio dan kemudian menjadi janin.
  2. Sebagai saluran sperma dan pembuahan pada sel telur. Pada saat sel telur atau ovum bergerak melewati oviduk, dan pada saat yang bersamaan sperma juga ikut masuk ke dalam saluran oviduk, maka disanalah terjadi proses pembuahan (fertilisasi). Jadi pada dasarnya, oviduk juga merupakan saluran yang akan dilewati oleh sel sperma ketika akan melakukan proses pembuahan.
  3. Menggerakkan atau menyalurkan ovum menuju rahim. Proses ini terjadi dengan menggunakan gerakan peristaltik yang ada pada bagian oviduk. Ovum atau sel telur yang tidak dibuahi akan keluar dan menjadi apa yang dikenal dengan istilah menstruasi. Sedangkan ovum yang sudah dibuahi akan tersalurkan menuju rahim, dan berkembang menjadi embrio dan juga janin. Proses penyaluran ovum ke dalam rahim ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu beberapa hari, bahkan sampai beberapa minggu setelahnya.
PELAJARI:  Jenis-jenis Batas Lempeng Tektonik

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FUNGSI FISIOLOGI OVIDUK

 

Oviduk bertindak sebagai saluran untuk sperma, oosit, dan transportasi ovum yang dibuahi, selain menjadi situs normal pembuahan (fertilisasi). Fungsi-fungsi fisiologi ini terutama tergantung pada 3 faktor, yaitu:

1) Motilitas Tuba

Kontraksi peristaltik dari serat otot polos di dinding tuba memungkinkan gamet (sperma dan sel telur) untuk dibawa bersama-sama, sehingga memungkinkan pembuahan dan transportasi berikutnya dari ovum dibuahi dari situs normal fertilisasi di ampula ke situs normal implantasi di dalam rahim. Gerakan ini terutama diatur oleh 3 sistem intrinsik, yaitu:

  1. Lingkungan hormonal estrogen-progesteron.
  2. Sistem adrenergik-nonadrenergic.
  3. Prostaglandin.

2) Cilia Tuba

Rekonsiliasi dan desiliasi merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang siklus menstruasi. Kegiatan cilia tuba termasuk bertanggung jawab untuk menjemput ovum. Pentingnya kegiatan cilia tuba ditegaskan oleh disfungsi tuba yang terlihat dalam asosiasi dengan desiliasi dari salpingitis.

PELAJARI:  Manfaat Mempelajari Farmakognosi

3) Cairan Tuba

Cairan tuba kaya akan mucoproteins, elektrolit, dan enzim. Cairan ini berlimpah di pertengahan siklus ketika gamet atau embrio yang hadir dan dapat memainkan peran penting selama proses pembuahan dan pembelahan awal. Cairan di tuba diyakini dibentuk oleh:

  • Transudasi selektif dari darah.
  • Sekresi aktif dari lapisan epitel.

Tingkat akumulasi cairan adalah 1-3 ml per 24 jam dan tingkat produksi meningkat secara signifikan sekitar waktu ovulasi.

PROSES BERLANGSUNGNYA PEMBUAHAN

  • Ketika sebuah ovum berkembang dalam sebuah ovarium, ia diselubungi oleh sebuah lapisan yang dikenal dengan nama folikel ovarium.
  • Pada saat ovum mengalami kematangan, folikel dan dinding ovarium akan runtuh, membuat ovum dapat berpindah dan memasuki oviduk.
  • Dari sana perjalanan dilanjutkan ke arah rahim, dengan bantuan pergerakan dari cilia pada bagian dalam tuba atau saluran ini. Perjalanan ini menghabiskan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
  • Jika ovum dibuahi ketika berada di dalam oviduk, maka ia akan menempel secara normal di dalam endometrium ketika mencapai rahim, yang merupakan pertanda terjadinya kehamilan.
  • Terkadang embrio bukannya menempel pada rahim namun menempel pada oviduk sehingga menghasilkan kehamilan ektopik, yang lebih dikenal dengan “kehamilan di luar kandungan“.
PELAJARI:  Bentuk Kesusasteraan Indonesia : Puisi