ASTALOG.COM – Jika ditanya mengenai negara di benua Afrika yang memiliki sejarah kebudayaan tertua, maka jawabannya adalah Mesir. Mesir merupakan satu-satunya pusat kebudayaan tertua di benua Afrika yang berasal dari tahun 4000 SM. Berkembangnya kebudayaan Mesir tidak lepas dari pengaruh adanya sungai Nil yang membuat daerah Mesir menjadi subur.
Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil dengan sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni. Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya: Piramid Giza, Kuil Karnak, Lembah Raja, serta Kuil Ramses. Di kota Luxor yang terletak di wilayah selatan terdapat artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno yang ada di seluruh dunia.
Oleh karena itu, Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politik utama di wilayah Arab dan Timur Tengah. Karena memiliki sejarah kebudayaan tertua, maka Mesir juga digolongkan sebagai negara maju di kawasan benua Afrika. Wilayah Mesir sendiri sebagian besar terletak di benua Afrika bagian timur laut. Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km², wilayah Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara.
Adapun batasan-batasan wilayah negara Mesir, yaitu:
- Barat: berbatasan dengan Libya
- Selatan: berbatasan dengan Sudan
- Utara – Timur: berbatasan dengan jalur Gaza dan Israel
- Perairan: laut tengah di utara dan Laut Merah di timur
Sejarah Peradaban Mesir sebagai Pusat Kebudayaan Tertua
Pemerintahan di zaman Mesir kuno dipimpin oleh Fir’aun sebagai Raja yang diperoleh secara turun temurun dan dibagi lagi menjadi beberapa periode. Majunya peradaban Mesir kuno didasari atas keseimbangan yang baik antara sumber daya alam dan manusia, yang ditandai oleh:
- Irigasi teratur terhadap Lembah Nil
- Eksploitasi mineral dari lembah dan wilayah gurun di sekitarnya
- Perkembangan awal system tulisan dan literature independen
- Organisasi proyek kolektif
Selanjutnya, Mesir dikenal sangat berperan penting bagi kemajuan umat Islam dengan hasil kebudayaannya dalam bidang pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan. Sejak masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah, Mesir khususnya Kairo, telah menjadi pusat intelektual muslim dan kegiatan ilmiah dunia Islam. Pendirian Universitas al-Azhar yang juga merupakan universitas tertua di dunia oleh Jauhar al-Katib as-Siqilli pada tanggal 7 Ramadhan 361 (22 Juni 972), telah memainkan peranan yang penting dalam sejarah peradaban Islam.
Pada masa selanjutnya selama berabad-abad, universitas itu menjadi pusat pendidikan Islam dan tempat pertemuan puluhan ribu mahasiswa muslim yang datang dari seluruh dunia. Tumbuhnya Mesir sebagai pusat studi ilmu keislaman didukung oleh para penguasanya yang sepanjang sejarah menaruh minat besar terhadap ilmu pengetahuan.
Pada zaman modern terutama di masa ekspansi Napoleon ke Mesir pada tahun 1798, umat Islam di Mesir mulai bangun lagi dari tidurnya dan menyadari keterbelakangannya. Hal ini membuat Muhammad Ali, penguasa Mesir pada saat itu bertekad untuk mengadakan alih ilmu pengetahuan dan teknologi dari Barat ke dunia Islam melalui Mesir.
Untuk itu ia mengirim mahasiswa Mesir untuk belajar ke Perancis. Setelah kembali ke Mesir, mereka menjadi Guru di berbagai universitas, terutama di Universitas Al-Azhar, tempat ribuan mahasiswa dari berbagai negara Islam menimba ilmu pengetahuan. Dengan demikian menyebarlah ilmu-ilmu itu ke berbagai daerah Islam lainnya yang ada di dunia.
Selanjutnya, selama pemerintahan Kerajaan Ottoman, kebudayaan Islam di Mesir mengalami kemunduran karena yang berkuasa percaya bahwa menuntut ilmu filsafat, ilmu bumi, ilmu pasti, dan ilmu-ilmu yang bertalian dengan itu dianggap sebagai penyebab kemurtadan.
Akan tetapi perubahan arah kebudayaan dan pendidikan Mesir sebagai pusat ilmu pengetahuan dunia Islam terjadi lagi ketika Muhammad Abduh dan kawan-kawannya mendendangkan kebangkitan. Gema dari gagasan-gagasan tokoh ini dan para muridnya menggetarkan dunia Islam secara keseluruhan. Muhammad Abduh mengembangkan Universitas Al-Azhar baik dari segi fisik maupun pemikirannya.
Sementara itu dalam bidang arsitektur, peranan Mesir juga dapat dilihat dari monumen-monumen peninggalannya yang mengandung nilai seni yang tinggi, antara lain:
- Al-Qashr Al-Garb (Istana Barat)
- Al-Qashr Asy-Syarq (Istana Timur)
- Universitas Al-Azhar
- Tembok yang mengelilingi istana dan pintu-pintu gerbang yang terkenal dengan nama Bab an-Nasr (Pintu Kemenangan) serta Bab al-Fath (Pintu Pembukaan)
- Masjid Al-Azhar, Masjid Maqis, Masjid Rasyidah, Masjid Aqmar, dan Masjid Shaleh.