ASTALOG.COM – Kegiatan berwisata sudah menjadi sesuatu yang trend yang dimulai dari beberapa tahun terakhir ini hingga sekarang. Kesadaran masyarakat untuk menyisihkan sedikit waktunya dalam melakukan kegiatan berwisata menjadikan kegiatan berwisata memiliki beberapa kategori yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Trend kegiatan berwisata pun menciptakan beberapa istilah tentang kategori dari masing-masing kegiatan berwisata itu sendiri, mulai dari agrowisata, ekowisata, dan geowisata. Lalu apa perbedaan dari masing-masing istilah tersebut?
1) Agrowisata
Agrowisata adalah aktivitas wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian atau fasilitas terkait yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Agrowisata memiliki beragam variasi, seperti labirin jagung, wisata petik buah, memberi makan hewan ternak, hingga restoran di atas laut.
Agrowisata merupakan salah satu potensi dalam pengembangan industri wisata di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, daya tarik wisata sebagian besar masih berupa wisata bahari dan wisata budaya, sedangkan wisata berbasis perkebunan masih belum berkembang pesat karena kepemilikannya masih belum banyak. Contoh agrowisata di Indonesia:
- Wisata pembudidayaan sayur dan buah di Cinangneng, Tenjolaya, Bogor
- Wisata kebun salak di Sleman, Yogyakarta
- Wisata perkebunan teh di Puncak, Bogor
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) terhadap agrowisata di perkebunan teh, agrowisata menyebabkan penurunan hasil petik daun teh di perkebunan karena jadwal pemetikan daun teh menjadi tertunda. Meskipun begitu, agrowisata juga memiliki efek positif dari sisi pendapatan dan manajemen produksi tanaman. Sehingga diperlukan analisis untuk menentukan jumlah optimal wisatawan untuk memaksimalkan pendapatan perkebunan.
2) Ekowisata
Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri.
Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.
Untuk mengatasinya, ekowisata mulai dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan ini, ternyata dapat mengurangi dampak negatif kepada lingkungan.
3) Geowisata
Geowisata merupakan pariwisata minat khusus dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti bentuk bentang alam, batuan, struktur geologi dan sejarah kebumian, sehingga diperlukan peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses fenomena fisik alam. Contoh objek geowisata berupa gunung berapi, danau, air panas, pantai, sungai, dan lain-lain.
Sementara itu, hasil seminar nasional tentang Geowisata pada tahun 1999 yang diselenggarakan di Bandung oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI, telah merumuskan geowisata sebagai pariwisata yang memanfaatkan seluruh aspek geologi, dengan ruang lingkup mengenai unsur abiotik seperti bentang alam, batuan, mineral, fosil, tanah, air, dan proses, termasuk di dalamnya sejarah geologi.
KESIMPULAN
Dari pembahasan masing-masing di atas, bisa disimpulkan bahwa:
Agrowisata berfokus pada kegiatan pariwisata untuk memperkenalkan tanaman pertanian atau perkebunan; Ekowisata berfokus pada kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan; dan Geowisata berfokus pada kegiatan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam.