Mekanisme Pembentukan Tulang pada Manusia

ASTALOG.COM – Saat masih bayi, manusia memiliki 270 tulang yang menyusun rangka tubuhnya. Jumlah tulang ini akan menyusut ketika manusia mulai tumbuh dewasa. Saat dewasa, jumlah tulang tersebut hanya tinggal 206 tulang.

Meski jumlah tulang pada saat bayi lebih banyak dibandingkan jumlah tulang saat dewasa, namun tulang bayi umumnya masih belum dapat berfungsi sempurna dalam menopang tegaknya tubuh. Tulang-tulang pada bayi harus melalui proses osifikasi (proses pembentukan tulang) sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

 

Sel-sel tulang dibentuk secara konsentris (dari arah dalam ke luar). Setiap sel-sel tulang akan mengelilingi pembuluh darah dan serabut saraf, membentuk sistem Havers. Selain itu, di sekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein pembentuk matriks tulang. Matriks tulang akan mengeras karena adanya garam kapur (CaCO3) dan garam fosfat (Ca3(PO4)2), dilansir dari laman Fungsi.web.id.

Di dalam tulang terdapat sel-sel osteoklas. Sel-sel ini berfungsi menyerap kembali sel tulang yang sudah rusak dan dihancurkan. Adanya aktivitas sel osteoklas, tulang akan berongga. Rongga ini kelak akan berisi sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga sedangkan osteoblas terus membentuk osteosit baru ke arah permukaan luar. Dengan demikian, tulang akan bertambah besar dan berongga.

PELAJARI:  Mengapa Air Hujan Dapat Menyebabkan Perkaratan pada Logam?
 

Pembentukan Tulang di Dalam Rahim

Menurut Ebiologi.com, tulang pada manusia mulai tumbuh sejak dalam masa embrio, tepatnya ketika usia 6-7 minggu dari proses pembuahan di dalam rahim ibu. Pertumbuhan tulang ini terus menerus berlangsung hingga tersusun lengkap pada usia kehamilan 3 bulan. Pada fase ini, proses pembentukan tulang dipengaruhi oleh kalsium dan hormon plasenta. Tulang yang terbentuk pun masih sangat lunak. Akan tetapi, ia akan terus tumbuh dan mengeras hingga proses persalinan tiba.

Pembentukan Tulang pada Bayi

Setelah dilahirkan, proses pembentukan tulang pada bayi akan dipengaruhi oleh kalsium, aktivitasnya sehari-hari, serta dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam proses ini adalah osteoblas dan osteoklas. Kedua hormon tersebut bekerja secara bertolak belakang. Osteoblas bekerja dengan memicu proses pertumbuhan tulang, sedangkan osteoklas bekerja menghambat proses tersebut. Mekanisme ini terjadi untuk menghasilkan proses pembentukan tulang yang benar-benar seimbang. Dalam fase ini, tulang-tulang yang terbentuk adalah tulang-tulang rawan (kartilago) yang teksturnya masih sangat lunak dan warnanya masih transparan.

Pembentukan Tulang pada Orang Dewasa

PELAJARI:  Tahapan Perkembangan Embrio pada Manusia

Proses Pembentukan Tulang Dari usia bayi hingga usia 25 tahun, tulang manusia akan terus mengeras melalui proses osifikasi. Tulang rawan (kartilago) akan berubah menjadi tulang keras (osteon) melalui serangkaian proses panjang tersebut sehingga dapat menghasilkan tulang yang dapat berfungsi sempurna untuk menopang aktivitas sehari-hari seperti duduk, berdiri, berlari, dan gerakan-gerakan lainnya.

Dalam proses osifikasi, rongga pada tulang rawan (kartilago) akan terisi osteoblas. Osteoblas akan membentuk sel-sel tulang (osteosit) yang kemudian mengisi pembuluh darah dan serabut syaraf secara melingkar (sistem havers). Matriks ini kemudian akan menghasilkan kapur dan fosfor dan membuat tulang mengeras dan terus tumbuh.

Berdasarkan jenis tulang yang terbentuk, proses pembentukan tulang (osifikasi) pada fase ini dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
– Osifikasi endokondral adalah proses pembentukan tulang dari kartilago (tulang rawan), misalnya pada tulang panjang.
– Osifikasi intramembranosus adalah proses pembentukan tulang dari sel-sel mesenkim, misalnya pada tulang pipih tengkorak.
– Osifikasi heterotopik adalah proses pembentukan tulang yang terjadi di luar jaringan lunak.