Hadist Mengenai Larangan Su’udzon

ASTALOG.COM – Suudzon adalah selalu memandang buruk segala hal. Melihat orang tersenyum dikira memaki, orang yang diam dikira sombong, ada yang rajin infak dikiranya sok darmawan, orang yang rajin ke msjid dituduh alimunuddin alias sok alim, orang yang bersikap kritis dianggap melawan, orang yang selalu mentaati perintah diangap tidak kreatif dan tidak punya inisiatif, orang yang memberi masukan dianggap membunuh karakter, dan sebagainya.

Suudzon ini merupakan termasuk dikategorikan dalam penyakit dalam hati manusia yang sudah di kuasai iblis, dan bisa terjadi orang tersebut belum tau dalam syariat islam apa itu suudzon, ini penyakit yang berbahaya yang dapat menimpakan musibah kebinasaan kepada masyarakat.

 

Stigma buruk seperti contoh di atas menyebabkan sebagian kalangan yang imannya lemah manjadi takut untuk bersikap kritis dalam memperjuangkan kebenaran. Oleh karena itu upaya untuk melemahkan semangat membabat kebatilan terus diupayakan.

PELAJARI:  Tuliskan Pidato Tentang Puasa

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW pernah berpesan kepada umat Islam untuk menjauhi prasangka buruk, karena prasangka buruk termasuk sedusta-dusta perkataan.

 

Hadits Riwayat Muttafaq Alaih

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث(متفق عليه)

Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata telah bersabda Rasululloh.” Jauhkanlah dirikamu daripada sangka (jahat) karena sangka (jahat) itu sedusta-dusta omongan,(hati)”. (HR. Muttafaq Alaih)

Hadits Riwayat Bukhori

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث ،وَلاَتَحَسَّسُوا وَلآتَجَسَّسُوْا وَلآتَحَاسَدُوا وَلآتَدَابَرُواوَلآتَبَاغَضُوا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا (رواه البخارى)

Artinya: “Jauhilah sifat berprasangka karena sifat berprasangka itu adalahsedusta-dusta pembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, memata-matai,janganlah kamu berdengki-dengkian, janganlah kamu belakang-membelakangi danjanganlah kamu benci-bencian. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba Allahbersaudara.” (HR. Bukhori)

Rasulullah Saw. Bersabda.:

PELAJARI:  Sejarah Lahirnya Agama Hindu

“Hati-hatilah kamu terhadap prasangka karena sesungguhnya prasangkai itu mendustakan perkataan.”(HR.MUSLIM)

Betapa besarnya potensi negatif prasangka buruk terhadap kehidupan manusia baik secara individual maupun sosial, maka wajar kalau Allah memerintahkan ummat Islam untuk menjauhi prasangka buruk.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Firman Allah, ” WAHai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. …”. [QS Al-Hujuraat : 12].

Perasangka-perasangka buruk yang ada dibenak kita adalah pikiran-pikiran kotor yang harus kita bersihkan, dan tidak dijadikan dasar dalam mengambil keputusan, walaupun perasangka-persangka buruk itu dikemas dengan alasan hasil analisa pengamat – yang kadang dijadikan rujukan – atau bahkan hasil survei sekalipun. Semua itu boleh saja kita terima sebagai sebuah masukan yang perlu tabayun dan bukan dijadikan dasar untuk mengambil keputusan. Yang perlu diingat pula bahwa semua perasangka atau analisa seseorang atas sebuah peristiwa, boleh jadi mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain prasanga-prsangka itu tidak terlepas dari pengaruh hawa nafsu:

PELAJARI:  Jelaskan Manfaat Dari Meneladani Al-Asmaul Al-Husna Al-Wakil

”Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.” QS an-Najm: 28