ASTALOG.COM – Konjungsi disebut juga kata sambung. Sebuah kata yang digunakan untuk menghubungkan kata-kata, ungkapan-ungkapan, atau kalimat-kalimat, dan tidak untuk tujuan atau maksud lain. Jadi, dalam penerapannya:
- Konjungsi tidak dihubungkan dengan objek.
- Konjungsi tidak menerangkan kata.
- Konjungsi hanya menghubungkan kata-kata atau kalimat-kalimat.
Singkatnya, konjungsi berfungsi untuk menghubungkan:
- Kata dengan kata.
- Frasa dengan frasa.
- Klausa dengan klausa.
- Kalimat dengan kalimat.
- Paragraf dengan paragraf (konjungsi antar paragraf dinamakan transisi).
JENIS-JENIS KONJUNGSI BERDASARKAN FUNGSINYA
1) Konjungsi Aditif (Gabungan)
Konjungsi aditif (gabungan) merupakan konjungsi koordinatif yang fungsinya untuk menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat yang mempunyai kedudukan yang sederajat. Contoh: dan, lagi pula, lagi, dan serta.
2) Konjungsi Pertentangan
Konjungsi pertentangan merupakan bentuk konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, namun dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut. Umumnya, bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting daripada bagian pertama. Contoh: tetapi, melainkan, sedangkan, akan tetapi, padahal, sebaliknya, dan namun.
3) Konjungsi Disjungtif (Pilihan)
Konjungsi disjungtif (pilihan) merupakan bentuk konjungsi koordinatif yang menghubungkan dua unsur yang sederajat yang berfungsi untuk memilih salah satu dari dua hal atau lebih. Contoh: atau, atau…. atau, maupun, baik… baik…, dan entah… entah…
4) Konjungsi Waktu
Konjungsi waktu merupakan konjungsi yang berfungsi untuk menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa. Kata-kata konjungsi yang bersifat temporal ini dapat menjelaskan hubungan yang tidak sederajat atau pun sederajat.
- Contoh konjungsi waktu yang menghubungkan kalimat tidak sederajat: apabila, bilamana, hingga, sejak, selama, sementara, ketika, bila, sambil, sebelum, sampai, demi, sedari, seraya, waktu, setelah, semenjak, sesudah, dan tatkala.
- Contoh konjungsi waktu yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat: sebelumnya dan sesudahnya.
5) Konjungsi Final (Tujuan)
Konjungsi final atau tujuan merupakan semacam konjungsi modalitas yang menjelaskan maksud dan tujuan suatu peristiwa, atau tindakan. Contoh: guna, untuk,supaya, dan agar.
6) Konjungsi Sebab (Kausal)
Konjungsi sebab atau kausal merupakan konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai dengan konjungsi sebab, maka induk kalimat merupakan akibatnya. Contoh: sebab, karena, sebab itu, dan karena itu.
7) Konjungsi Akibat (Konsekutif)
Konjungsi akibat atau konsekutif merupakan konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Dalam hal ini anak kalimat ditandai konjungsi yang menyatakan akibat, sedangkan peristiwanya dinyatakan dalam induk kalimat. Contoh: sehingga, sampai, dan akibatnya.
8) Konjungsi Syarat (Kondisional)
Konjungsi syarat atau kondisional merupakan konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi ketika syarat -syarat yang disebutkan itu dipenuhi. Contoh: jika, jikalau, apabila, kalau, asalkan, dan bilamana.
9) Konjungsi Tak Bersyarat
Konjungsi tak bersyarat merupakan konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi tanpa perlu ada syarat – syarat yang harus dipenuhi. Contoh: walaupun, meskipun, dan biarpun.
10) Konjungsi Perbandingan
Konjungsi perbandingan merupakan konjungsi yang berfungsi untuk menghubungkan dua hal dengan cara membandingkan kedua hal tersebut. Contoh: sebagai, seperti, bagaikan, sebagaimana, seakan-akan, bagai, ibarat, umpama, dan daripada.
11) Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif merupakan konjungsi yang menghubungkan dua bagian kalimat yang memiliki hubungan sedemikian rupa sehingga yang satu langsung mempengaruhi yang lain atau kalimat yang satu melengkapi kalimat lain. Konjungsi korelatif ini dapat juga digunakan pada kalimat yang memiliki hubungan timbal-balik. Contoh: semakin …..semakin, sedemikian rupa…, kian….. kian, bertambah……bertambah, sehingga…, tidak hanya….tetapi juga…, baik…, dan maupun.
12) Konjungsi Penegas
Konjungsi penegas merupakan konjungsi yang berfungsi untuk menegaskan atau meringkas bagian kalimat yang telah disebutkan sebelumnya, termasuk hal-hal yang menyatakan rincian. Contoh: bahkan, apalagi, yaitu, yakni, misalnya, umpama, ringkasnya, dan akhirnya.
13) Konjungsi Penjelas (Penetap)
Konjungsi penjelas atau penetap merupakan konjungsi yang berfungsi untuk menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan perinciannya. Contoh: bahwa.
14) Konjungsi Pembenaran
Konjungsi pembenaran merupakan konjungsi subordinatif yang menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau mengakui suatu hal, sekaligus dengan menolak hal yang lain yang ditandai oleh konjungsi tadi. Pembenaran ini dinyatakan dalam klausa utama (induk kalimat), sementara penolakannya dinyatakan dalam anak kalimat yang didahului oleh konjungsi seperti: walaupun, meskipun, biar, sungguhpun, biarpun, kendatipun, dan sekalipun.
15) Konjungsi Urutan
Konjungsi urutan merupakan konjungsi yang menyatakan urutan akan sesuatu hal. Contoh: mula-mula, lalu, dan kemudian.
16) Konjungsi Pembatasan
Konjungsi pembatasan merupakan konjungsi yang menyatakan pembatasan terhadap sesuatu hal atau dalam batas-batas mana perbuatan dapat dikerjakan. Contoh: kecuali, selain, dan asal.
17) Konjungsi Penanda
Konjungsi penanda merupakan konjungsi yang menyatakan penandaan terhadap sesuatu hal. Contoh: misalnya, umpama, contohnya. Ada pula konjungsi penanda pengutamaan, contoh: pokok, paling utama, dan terutama.
18) Konjungsi Situasi
Konjungsi situasi merupakan konjungsi yang menjelaskan suatu perbuatan yang terjadi atau berlangsung dalam keadaan tertentu. Contoh: sedang, padahal, sedangkan, dan sambil.