Bandar Udara Iswahyudi

ASTALOG.COM – Bandar udara Iswahyudi sebenarnya adalah sebuah pangkalan udara (lanud) militer yang terletak di kecamatan Maospati, kabupaten Magetan, Jawa Timur. Meskipun begitu, masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai bandara di Madiun karena semua asetnya dikelola oleh pemerintah kota Madiun.

Sebagai sebuah pangkalan udara, bandara Iswahyudi digunakan oleh TNI Angkatan Udara (AU) dan menjadi lapangan terbang yang penting bagi TNI AU selain bandar udara atau pangkalan udara Halim Perdanakusumah di Jakarta. Saat ini ada sekitar 3.000 personel yang memperkuat bandar udara Iswahyudi Namanya sendiri diambil dari nama salah seorang pahlawan TNI AU, yaitu Marsekal Muda (Anumerta) Iswahjoedi.

 

SEJARAH BANDAR UDARA ISWAHYUDI

Bandar udara Iswahyudi yang terletak di sebelah barat Gunung Lawu dan sebelah timur Gunung Wilis, mulai dibangun pada tahun 1940. Pembangunannya dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang saat itu memberinya nama sebagai ‘Pangkalan Udara Maospati’. Tentu saja pembangunan bandar udara ini memerlukan tanah berhektar-hektar, sehingga diadakanlah pemindahan penduduk Magetan ke desa-desa berikut ini:

  • Desa Pabrik Ngujung, dipindah seluruhnya
  • Desa Setren, sebagian sawah dipindah
  • Desa Kleco, sebagian sawah dipindah
  • Desa Ronowijayan, dipindah seluruhnya
  • Desa Kinandang, dipindah seluruhnya
  • Desa Kincang Kulon, dipindah seluruhnya
  • Desa Pandeyan, penduduk desa di bagian selatan dipindah , dan pindah ke wilayah yang sekarang menjadi desa Bogorejo, Barat, Magetan
  • Desa Mranggen, penduduk desa di bagian selatan dipindah.
PELAJARI:  Dialog Wawancara Tentang Bencana Alam
 

Lalu ketika perang pasifik pecah di tahun 1941, bandar udara ini dijadikan sebagai basis kekuatan tentara Sekutu di Pulau Jawa. Ketika Belanda menyerah kepada Jepang di tahun 1942, Angkatan Laut Jepang (Kaigun Kokusho) menguasai bandar udara ini. Bandar udara ini juga digunakan untuk menyimpan berbagai jenis motor pesawat buatan Jepang.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Pangkalan Udara Maospati dikuasai oleh laskar-laskar perjuangan saat itu. Berdasarkan Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor 564 tanggal 4 November 1960, “Pangkalan Udara Maospati” berubah nama menjadi “Pangkalan TNI AU Iswahyudi“.

Dalam perkembangannya, Pangkalan Udara Iswahyudi memberikan perannya dalam perebutan Irian Jaya, dimana pangkalan udara ini menjadi pangkalan udara utama (Lanuma). Saat ini pangkalan udara Iswahyudi merupakan pangkalan udara tipe A dan berada di bawah komando operasi Angkatan Udara II.

PELAJARI:  Bahan Utama Pembuat Gipsum

BANDAR UDARA ISWAHYUDI SAAT INI

Hingga saat ini tengah dilakukan kajian untuk menjadikan Lanud Iswahyudi menjadi bandar udara komersial yang melayani penerbangan sipil. Hal ini mengikuti beberapa konsep dari bandar udara sejenis seperti Halim Perdanakusumah di Jakarta dan Abdurahman Saleh di Malang yang berfungsi melayani penerbangan sipil sekaligus memenuhi kepentingan militer.

Pengkajian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui dampak keberadaan bandar udara komersial di Magetan dilihat dari sisi perkembangan ekonomi dan kebutuhan militer. Tentu saja pengkajian ini melibatkan pemangku kepentingan terkait, seperti TNI Angkatan Udara, Dewan Perwakilan Rakyat, serta pemerintah daerah dan pusat.

Meskipun nantinya bandar udara Iswahyudi dijadikan sebagai bandar udara komersial, namun fungsi militernya tetap harus diprioritaskan terutama untuk unsur pertahanan dan keamanannya. Apalagi bandar udara Iswahyudi memiliki 3 skuadron tempur, yaitu 3, 14, dan 15. Masing-masing skuadron berisi pesawat tempur andalan TNI AU, seperti F-16, F-5, T-5, dan Hawk. Kekuatan tempur, termasuk kerahasiaan dan aspek keamanan di dalamnya harus tetap dilindungi.

PELAJARI:  Sifat-sifat Batuan Sedimen