Makna Lagu Halo-halo Bandung

ASTALOG.COM – Dilansir dari wikipedia, Halo, Halo Bandung adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia yang menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota Bandung dalam masa pasca-kemerdekaan pada tahun 1946, khususnya dalam peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946

Pencipta Lagu Halo-halo Bandung
Dilansir dari wikipedia, Nama pencipta resmi dari lagu Halo, Halo Bandung masih diragukan sebagian masyarakat Indonesia. Perdebatan tentang siapa pencipta lagu Halo-Halo Bandung sebenarnya sudah lama terjadi. Di dalam buku Saya Pilih Mengungsi: Pengorbanan Rakyat Bandung untuk Kedaulatan yang ditulis Ratnayu Sitaresmi, Pestaraja HS Marpaung menyebutkan bahwa polemik itu mulai terjadi pada 1995.

 

Pestaraja Marpaung adalah salah seorang pejuang yang sempat bergabung ke dalam Pasukan Istimewa (PI) Indonesia dan turut terlibat langsung dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

PELAJARI:  Kebijakan Douwes Dekker Beserta Pengaruhnya Terhadap Indonesia

Komponis senior Indonesia, AT Mahmud, membenarkan adanya polemik tersebut, dengan menyebutkan bahwa lagu tersebut tidak diketahui siapa penciptanya, menurut kutipan dari surat kabar Pikiran Rakyat edisi 23 Maret 2007.

 

Latarbelakang di Ciptakannya Halo-halo Bandung
Kota Bandung yang telah lama ditinggalkan dan sebelumnya menjadi Lautan Api menginspirasi para pejuang untuk menciptakan sebuah lagu yang membangkitkan semangat. Dikisahkan bahwa penciptaan lagu Halo-halo Bandung berproses dalam candaan para pejuang yang memiliki aneka ragam budaya. Kata “Halo” merupakan sapaan khas pemuda Medan karena terinspirasi dari film cowboy yang marak saat itu. Para pemuda Medan sering menggunakannya untuk menyapa kota Bandung tercinta yang nampak di kejauhan. Sapaan ini terus diucapkan berulang kali sehingga terciptalah kalimat “Halo-halo Bandung” yang akhirnya memiliki irama seperti saat ini.

PELAJARI:  Apa yang Dimaksud dengan Formal?

Kalimat ini tidak langsung terangkai menjadi sebuah lagu karena pada malam hari para pejuang sibuk bergerilya ke dalam kota. Siang hari baru mereka memiliki waktu santai sambil menunggu malam tiba. Saat itulah irama Halo-halo Bandung yang sudah tercipta dibahas lagi. Para pejuang mencari inspirasi lirik berikutnya dan kebetulan ketika itu Bandung menjadi Ibu Kota Keresidenan Priangan sehingga tercipta lirik “Ibu Kota Periangan”. Lirik berikutnya merupakan ungkapan sebuah kenangan karena kota Bandungyang sudah lama ditinggalkan menjadi kenangan bagi para pejuang, maka terbentuk syair “kota kenang-kenangan”.

Lirik-lirik tersebut mengalir dalam obrolan para pejuang. Pertemuan dengan para pemuda Ambon yang tergabung dalam Pemuda Indonesia Maluku (PIM) memberikan inspirasi baru karena pemuda Ambon yang lama tidak bertemu dengan pejuang lain celetuk berkata “cukimai! sudah lama beta tidak bertemu dengan kau!”. Sapaan ini akhirnya dijadikan syair berikutnya “sudah lama beta, tidak berjumpa dengan kau”.

PELAJARI:  Apa Fungsi Dari Akar, Batang, Daun, dan Bunga Pada Tumbuhan?

Kota Bandung yang telah dijadikan Lautan Api dan gerilya yang sering dilakukan pejuang di malam hari dengan tujuan menyingkirkan NICA dari kota tersebut membuat para pejuang yang multi etnis itu menutup lagu ini dengan lirik “sekarang telah menjadi Lautan Api, mari bung rebut kembali”. Maka jadilah lagu Halo-halo Bandung.