ASTALOG.COM – Sebagai negara yang kaya budaya tradisional, Indonesia menyimpan sejumlah warisan budaya salah satunya dari tarian. Ada beragam tarian tradisional dari Nusantara yang menambah kekayaan negara Indonesia. Salah satu tarian tradisional Indonesia ada yang memakai properti berupa kipas. Ya, Tari Pakarena dari suku Makassar, Sulawesi Selatan adalah tarian yang memakai kipas dalam gerakannya.
SEJARAH TARI PAKARENA
Menurut pakar tari Pakarena, Munasih Nadjamuddin, tari Pakarena berawal dari kisah mitos perpisahan penghuni Botting Langi (negeri kayangan) dengan penghuni Lino (bumi) zaman dulu. Sebelum detik-detik perpisahan, Botting Langi mengajarkan penghuni Lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam, beternak hingga cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan-gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual saat penduduk Lino menyampaikan rasa syukurnya kepada penghuni Botting Langi. Tak mengherankan jika gerakan dari tarian ini sangat artistik dan sarat makna, halus bahkan sangat sulit dibedakan satu dengan yang lainnya.
Pada masa Kerajaan Gowa, tari Pakarena pertama kali diperkenalkan sebagai tari yang dipertunjukkan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Batara yang dianggap sebagai Tuhan di masa itu. Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan, tari Pakarena pun menuai banyak kontroversi seputar pelaksanannya.
Dalam hal ini, pihak yang pro mengatakan bahwa tari ini tidak apa-apa untuk dipertunjukkan dengan niat untuk melestarikan budaya, sedangkan pihak yang kontra mengatakan bahwa tarian ini mengandung unsur kesyirikan karena gerakan-gerakannya menunjukkan penghambaan yang dilakukan selain kepada Allah. Tari Pakarena Maccopong adalah jenis tari Pakarena yang berasal dari kabupaten Gowa.
Tetapi ada juga jenis tari pakarena lain yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu “Tari Pakarena Gantarang”. Disebut sebagai Tari Pakarena Gantarang karena tarian ini berasal dari sebuah perkampungan yang merupakan pusat kerajaan di Pulau Selayar pada masa lalu, yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dimainkan oleh kurang lebih 4 orang penari perempuan ini pertama kali ditampilkan pada abad ke 17 tepatnya tahun 1903 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja di Gantarang Lalang Bata.
ATURAN DAN MACAM GERAKAN TARI PAKARENA
1) Aturan Tari Pakarena
- Seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar.
- Gerakan kaki tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Hal ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar 2 jam.
- Penari Pakarena harus perempuan karena pada dasarnya tarian tradisional ini mencerminkan karakter perempuan Sulawesi Selatan yang sopan, lembut, setia, dan patuh.
- Para penari tersebut melengkapi keindahan gerakan tariannya dalam kostum cerah berwarna merah, hijau, kuning dan putih.
- Untuk melengkapi tarian ini, penari juga membawa kipas berukuran besar.
- Aksesoris lain yang dikenakan antara lain adalah gelang, kalung, dan juga sanggul.
- Tari Pakarena diiringi oleh alat musik berupa kannong-kannong, gandrang, kancing, gong, dan pui-pui.
2) Macam Gerakan Tari Pakarena
Gerakan dari tarian Pakarena sangat artistik dan sarat makna, halus bahkan sangat sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Tarian ini terbagi dalam 12 bagian. Setiap gerakan memiliki makna khusus. Posisi duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian Pakarena. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus kehidupan manusia. Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama kehidupan. Adapun macam-macam gerakan tari Pakarena dan maknanya adalah sebagai berikut:
- Sambori’na (berteman)
- Ma’biring kassi’ (bermain ditepi pantai)
- Anging kamalino (angin tanpa berhembus)
- Digandang (berulang-ulang)
- Jangang lea-lea (ayam yang mundur-mundur sementara berkelahi)
- Iyale’ (sebelum menyanyi ada seperti aba-aba) nyanyian tengah malam
- So’naya (yang bermimpi)
- Lambbasari (hati timur)