ASTALOG.COM – Dilansir dari wikipedia, Puring (Codiaeum variegatum), puding, atau kroton adalah tanaman hias pekarangan populer berbentuk perdu dengan bentuk dan warna daun yang sangat bervariasi.
Beragam kultivar telah dikembangkan dengan variasi warna dari hijau, kuning, jingga, merah, ungu, serta campurannya. Bentuk daun pun bermacam-macam: memanjang, oval, tepi bergelombang, helainya “terputus-putus”, dan sebagainya.
Secara botani, puring adalah kerabat jauh singkong serta kastuba. Ciri yang sama adalah batangnya menghasilkan lateks berwarna putih pekat dan lengket, yang merupakan ciri khas suku Euphorbiaceae.
Asal Puring
Puring berasal dari Kepulauan Nusantara namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika dan subtropika, serta menjadi salah satu simbol turisme. Tanaman ini tumbuh dan tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. Hingga saat ini belum ada data pasti yang menunjukkan asal tanaman ini.
Menurut beberapa sumber pustaka, puring sudah lama ada di Indonesia dan pertama kali ditemukan di kepulauan Maluku yang dimanfaatkan sebagai tanaman pagar atau pekuburan. Di setiap daerah puring memiliki nama berbeda-beda.
Di Sumatra dikenal dengan nama tarimas, siloastam (Batak), nasalan (Nias), Pudieng (Minangkabau, Lampung).
Di jawa dikenal dengan nama puring (Sunda, Jawa), Karoton (Madura).
Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama demung, puring (Bali), daun garida (Timor). Di kalimantan di kenal dengan nama uhung dan dolok.
Di Sulawesi : dendiki (Sangir), Kejondon, Kalabambang, dudi, leleme, kelet, kedongdong disik (Minahasa), nuniki balano (Buol), balenga semangga (Makassar), dahengora, mendem (Manado).
Di Maluku dikenal dengan nama susurite, salu-salu, fute, ai haru,sinsite, siri-siri (Seram), galiho, dahengaro, salubuto (Halmahera), dahengora, daliho (Ternate, Tidore)
Cara Mengembangbiakkan Puring
Puring bisa diperbanyak secara generatif pakai biji. Tetapi dengan alasan efektivitas waktu, cara vegetatif lebih banyak diterapkan. Cangkok dianggap paling pas untuk menganakinakkan. Persentase keberhasilan cangkok lebih tinggi dibandingkan dengan perbanyakan cara lain. Cara ini pun relatif lebih cepat. Kalau dicangkok calon tanaman baru masih mendapat suplai hara dari tanaman induk sehingga akarnya bisa cepat tumbuh. Kalau disetek calon tanaman tidak memperoleh pasoan hara sehingga akar lama munculnya.
Manfaat Puring
Tanaman puring selain sebagai penghias pagar dan pekarangan rumah pucuk daun mudanya juga dapat dimanfaatkan sebagai lalapan (sayuran), tanaman hias, dan obat-obatan tradisional. Kegunaan penting, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Akar dan kulit tanaman puring digunakan untuk menyamak kulit karena tanaman puring mengandung zat penyamak.
2. Air rebusan daun puring bias digunakan untuk memperlancar keluarnya keringat. Caranya, air rebusan tersebut digunakan untuk mandi. Jika diminum, air rebusan daun puring juga dapat membantu menurunkan panas badan karena demam.
3. Air rebusan daun puring jenis air mancur dapat digunakan untuk mencegah penyakit rajasinga.
4. Papagan kulit batang yang diseduh dengan air panas lalu diminum dapat mengurangi rasa sakit perut akibat diare
5. Dalam farmakologi Cina disebutkan tanaman ini memiliki rasa pahit, dingin, beracun. Melancarkan peredaran darah, peluruh keringat dan pencahar ringan. Akar dan kulit batang mempunyai rasa pedas, yang berkurang bila digodok bersama dengan scutellaria. Efek farmakologi ini diperoleh dari penggunaan daun, ranting muda, akar dan kulit batang.
6. Sebagian dari ibu – ibu mungkin kebingungan ketika buah hatinya sakit, sakit perut misalnya. jika ibu mempunyai tanaman puring bisa memanfaatkannya sebagai obatnya.