ASTALOG.COM – Parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuath tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya atau dapat diartikan juga penguraian kembali suatu teks (kekurangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi tanpa mengubah maknanya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Parafrasa cenderung diuraikan dengan menggunakan bahasa dari si pembuat parafrasa. sehingga parafrasa merupakan upaya untuk dapat memahami makna dari sebuah teks (karangan).
Ciri-ciri Parafrasa
Ciri dari parafrasa antara lain:
1. Bentuk tuturan berbeda
2. Makna tuturan sama
3. Substansi tidak berubah
4. Bahasa/cara menyampaikan berbeda
Teknik Membuat Parafrasa
Membuat parafrasa lisan berarti menguraikan kembali secara lisan, hal-hal yang telah dibaca atau didengar menggunakan bahasa sendiri. Berikut ini adalah hal yang dapat dilakukan apabila sobat membuat parafrasa dari sebuat bacaan, yaitu :
1. Membaca wacana yang diparafrasakan hingga selesai.
2. Pahami isi informasi secara cermat.
3. Tuliskan inti, kata kunci atau ide-ide pokok informasi yang terdapat dalam wacana tersebut.
4. Jelaskan sinonim, ungkapan dengan kata lain yang semakna.
5. Ubahlah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung atau anda sendiri dapat mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif atau sebaliknya.
6. Kembangkan kalima inti dan kata-kata kunci secara berurutan.
7. Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan memakai bahasa sendiri.
Jenis-jenis Parafrasa
Berdasarkan jeisnya, parafrasa dibagi menjadi dua; parafrasa lisan dan parafrasa tulisan.
Langkah membuat parafrasa:
1. membaca teks keseluruhan
2. menentukan pokok-pokok pikiran wacana
3. menetuka tuturan yang hendak menjadi variasinya
4. menyusun pokok pikiran tanpa mengabah arti
5. menyempurnakan pokok pikiran
6. membentuk wacana sesuai keinginan
Contoh Parafrasa
Contoh 1
Selamat Tinggal
aku berkaca
ini muka penuh luka
siapa punya?
kudengar seru menderu
dalam hatiku
apa hanya angin lalu?
lagu lain pula
mmenggelepar di tengah malam buta
ah…!!!
segala menebal, segala mengental
segala tak kukenal
(Chairil Anwar)
parafrasanya menjadi:
Ketika si ku berkaca, aku sangat terkejut melihat mukaku ini mulai dipenuhi luka. Sebenanya ini punya siapa?
Aku mendengar suara yang seru menderu, dalam hati kubertanya, apakah itu hanya suara angin lalu?
Aku pun mendengar lagu yang lain menggema menggelepar di tengan malam buta.
Ah,…!!
Segalnaya telah tiba menebal, bahkan segalanya jadi mengental, sehingga segalanya tidak aku kenal.
Contoh 2
Aku
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Bila peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Lukadan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang perih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar, DCD 1959:7)
Parafrasanya :
Kalau si aku meninggal, ia menginginkan jangan ada seorangpun yang bersedih, bahkan juga kekasih atau istrinya.
Tidak perlu juga ada sedu sedan yang meratapi kematian si aku sebab tidak ada gunanya. Si aku ini adalah binatang jalang yang lepas bebas, yang terbuang dari kelompoknya. Ia merdeka tidak terikat oleh aturan-aturan yang mengikat, bahkan meskipun ia ditembak, peluru menembus kulitnya. Si aku tetap berang dan memberontak terhadap aturan-aturan yang mengikat tersebut.
Segala rasa sakit dan penderitaan akan ditanggung, ditahan, diatasi hingga rasa sakit dan penderitaan itu pada akhirnya akan hilang sendiri.
Si aku akan makin tidak peduli pada segala aturan dan ikatan, halangan, serta penderitaan. Si aku mau hidup seribu tahun lagi. Maksudnya, si aku menginginkan semangatnya, pikirannya, karya-karyanya akan hidup selama-lamanya. (Rachmat Djoko Pradopo)