ASTALOG.COM – Masa pra aksara atau biasa disebut masa prasejarah adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara adalah manusia purba.
Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu.
Zaman pra aksara berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga manusia mulai mengenal dan menggunakan tulisan. Zaman manusia mengenal dan menggunakan tulisan disebut zaman aksara atau zaman sejarah.
Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Kehidupan manusia masa berburu dan mengumpulkan makanan, dari sejak Pithecanthropus (manusia-kera yang dapat berdiri) sampai dengan Homo sapiens sangat bergantung pada kondisi alam. Mereka tinggal di padang rumput dengan semak belukar yang letaknya berdekatan dengan sungai.
Daerah itu juga merupakan tempat persinggahan hewan-hewan seperti kerbau, kuda, monyet, banteng, dan rusa, untuk mencari mangsa. Hewan-hewan inilah yang kemudian diburu oleh manusia. Di samping berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan seperti ubi, keladi, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka bertempat tinggal di dalam gua-gua yang tidak jauh dari sumber air, atau di dekat sungai yang terdapat sumber makanan seperti ikan, kerang, dan siput.
Secara umum ciri-ciri kehidupan masa berbeuru dan mengumpulkan makanan antara lain sebagai berikut :
1. Alat kehidupan manusia yang digunakan pada saat itu berupa kapak perimbas (sejenis kapak yang digenggam, tidak bertangkai dan berbentuk masif), alat serpih, dan alat tulang. Alat tersebut masih kasar.
2. Hidup berkelompok yang tersusun dari keluarga-keluarga kecil. Mereka membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan sekelilingnya.
3. Telah berkembang seni lukis yang dibuat pada dinding-dinding gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan.
4. Telah ditemukan teknologi sederhana untuk mendatangkan api. Api digunakan api untuk memasak dan penerangan pada malam hari.
5. Bahasa sebagai alat komunikasi mulai terbentuk melalui kata-kata dan tanda-tanda dengan gerakan badan.
6. Bertempat tinggal secara tidak tetap (nomaden) di dalam gua-gua alam, di tepi sungai, dan tepi pantai yang banyak tersedia bahan makanan.
7. Kelompok manusia purba di pinggir pantai di antaranya meninggalkan kjokenmodinger (kebudayaan sampah dapur).
8. Kegiatan berburu dan meramu sudah ditinggalkan, namun di beberapa masyarakat Indonesia kegiatan tersebut masih dilakukan, seperti pada masyarakat suku-suku terasing.
Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam adalah masa ketika manusia mulai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang. Masa bercocok tanam terjadi ketika cara hidup berburu dan mengumpulkan bahan makanan ditinggalkan. Manusia Praaksara yang hidup pada masa bercocok tanam adalah Homo sapiens, baik itu ras Mongoloid maupun ras Austromelanesoid.
Masa ini sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena pada masa ini terdapat beberapa penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam.
Berbagai macam tumbuhan dan hewan mulai dipelihara. Selain berladang, kegiatan berburu dan menangkap ikan terus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani. Kemudian, mereka secara perlahan meninggalkan cara berladang dan digantikan dengan bersawah. Jenis tanamannya adalah padi dan umbi-umbian.
Secara umum masa bercocok tanam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Alat-alat batu yang digunakan umumnya sudah dihaluskan. Alat batu yang digunakan berupa kapak persegi, kapak lonjong, alat-alat pemukulkayu, dan mata panah.
2. Masyarakat mulai menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu tempat yang berupa yang terdiri atas tempat-tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga.
3. Mengenal cara berladang. Pembukaan lahan dilakukan dengan cara menebang dan membakar hutan.
4. Telah terbentuk desa-desa kecil semacam pedukuhan.
5. Kegiatan bercocok tanam telah menghasilkan keladi, sukun, pisang, durian, manggis, rambutan, duku, salak, dan sebagainya.
6. Kebersamaan dan gotong royong mereka junjung tinggi. Semua aktivitas kehidupan, mereka kerjakan secara gotong royong.
7. Perdagangan bersifat barter. Barang-barang yang dipertukarkan waktu itu ialah hasil-hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh penduduk pantai.
8. Perahu bercadik dan rakit banyak digunakan sebagai sarana lalu lintas air.
9. Alat komunikasi berupa bahasa dianggap sangat penting.
10. Tumbuh kepercayaan animisme (pemujaan terhadap roh nenek moyang) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang mempunyai kekuatan gaib). Salah satu contohnya pengobatan yang dilakukan oleh para dukun jika ada yang sakit.
Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan masa akhir Prasejarah di Indonesia. Menurut R.P. Soejono, kata perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan gerabah, perhiasan kayu, sampan, dan batu.
Manusia Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan Mongoloid. Pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin.
Secara umum ciri-ciri kehidupan masa perundagian adalah sebagai berikut.
1. Mereka sudah mengenal pengolahan logam. Alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sudah banyak yang terbuat dari logam. Misalnya nekara, moko, kapak perunggu, candrasa, bejana, arca, manik-manik, dan perhiasan.
2. Mereka masih ada yang menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. Penggunaan bahan logam hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian untuk mengolah logam.
3. Perkampungan sudah lebih besar, yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. Setiap kampung memiliki pemimpin yang disegani oleh masyarakat.
4. Mereka sudah mengenal pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan keahlian masing-masing. Masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani, pedagang, maupun perajin.
5. Sudah terbentuk aturan adat istiadat yang dilakukan secara turun-temurun. Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan Nusantara mulai terjalin.
6. Mereka sudah mengenal kesenian, berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup, dan upacara menunjukkan mereka sudah memiliki kebudayaan yang tinggi.