ASTALOG.COM – Nama Surabaya muncul sejak awal pertumbuhan kerajaan Majapahit. Nama Surabaya diambil dari simbol ikan Sura dan Buaya. Simbol itu sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang terjadi di kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam), yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja dengan pasukan tentara Tar Tar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Surabaya. Sejak awal berdirinya, kota ini memiliki sejarah panjang yang terkait dengan nilai-nilai heroisme.
Heroisme masyarakat Surabaya paling tergambar dalam pertempuran 10 Nopember 1945. Arek-arek Suroboyo, sebutan untuk orang Surabaya, dengan berbekal bambu runcing berani melawan pasukan sekutu yang memiliki persenjataan canggih. Puluhan ribu warga meninggal membela tanah air. Peristiwa heroik ini kemudian diabadikan sebagai peringatan Hari Pahlawan.
Dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Bung Karno juga terkesan dengan peristiwa perobekan bendera di Hotel Orange atau Hotel Yamato di Jalan Tunjungan yang dikenal dengan “insiden bendera” tanggal 19 September 1945. Apalagi sejak saat itu, kegiatan perlawanan masyarakat Surabaya terhadap penjajah dan kaum kolonial semakin hebat dan gigih, maka tak pelak lagi Bung Karno dan Bung Hatta, langsung datang ke Surabaya.
Hingga terjadi puncak perjuangan Arek Suroboyo, tanggal 10 November 1945. Lima tahun kemudian, kesan Bung Karno terhadap Surabaya semakin mendalam. Ide pembangunan Tugu Pahlawan di Kota Surabaya, langsung mendapat perhatian Bung Karno. Untuk pertama kali di tahun 1950, Bung Karno menetapkan tanggal 10 November sebagai “Hari Pahlawan”. Sekaligus, Surabaya mendapat predikat “Kota Pahlawan”. Predikat Kota Pahlawan dianugerahkan kepada Surabaya, untuk mengabadikan “Semangat Juang Arek-Arek Suroboyo”.
Sekilas Mengenai Tugu Pahlawan.
Tugu Pahlawan menjadi simbol kemenangan Indonesia atas perlawanan Belanda oleh arek arek Suroboyo. Momumen ini terletak di tengah-tengah kota Surabaya, dibangun disebuah tempat bekas reruntuhan gedung yang hancur dalam pertempuran di kota ini pada tanggal 10 Nopember 1945.
Tempat ini juga terkenal dimana para pejuang menurunkan bendera Belanda yang mengakibatkan pemimpin Belanda yang bernama Jenderal Mallaby tewas. Tugu yang berbentuk seperti paku terbalik ini memiliki diameter bawah tugu lebih besar dari diameter atasnya. Tugu ini memiliki tinggi 41,15 meter atau 45 yard dan diameter 3,1 meter, yang semakin ke atas, diameter semakin kecil. Selain Tugu Pahlawan, di area ini terdapat patung mantan Presiden Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Mohammad Hatta ketika sedang membaca proklamasi kemerdekaan.
Patung ini berada diantara pilar-pilar tinggi yang menyerupai reruntuhan suatu bangunan dan terdapat beberapa patung pahlawan lainnya ada di area ini. Monumen berbentuk tugu ini mempunyai beberapa filosofi dalam konstruksi bangunannya antara lain 10 lengkungan (canalurus) pada badannya yang melambangkan tanggal 10. Sedang 11 bagian (gelindingen) di atasnya mengandung pengertian bulan ke 11 atau bulan November.
Tinggi yang 45 yard itu dengan sendirinya menyatakan tahun 1945 sebagai tahun terjadinya pertempuran di Surabaya. Keistimewaan Tugu Pahlawan ini adalah bahwa di bagian dalamnya terdapat tangga yang melilit dindingnya untuk naik sampai puncaknya.
Surabaya Yang Telah Berkembang.
Kini setelah masa kemerdekaan, kota Surabaya yang luas wilayah administratifnya ini kurang lebih 32,6 hektar ini mulai berkembang menjadi kota dagang dan jasa yang pada akhirnya mensyaratkan tersedianya kemudahan dan kecepatan akses, terutama dibidang sarana dan prasarana transportasi. Selain menjadi kota transit, surabaya kini juga telah menjadi salah satu kota dengan tujuan bisnis.
Jika berkunjung ke kota ini, sudut-sudut kota bisa dijangkau dengan mudah karena surabaya memiliki kelengkapan sarana transportasi yang sangat memadai. Surabaya kini memiliki infrastruktur transportasi darat, laut dan udara yang mampu melayani perjalanan lokal, regional maupun internasional.