ASTALOG.COM – Dikutip melalui Wikipedia, Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara terun-temurun dari nenek moyang. Dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik), dan juga menghibur.
Ciri-ciri Dongeng.
Menurut Danandjaja (2007: 3), maka dikemukakan bahwa ciri-ciri dongeng sebagai berikut :
– Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat), dari satu generasi ke generasi berikutnya.
– Disebarkan diantara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama.
– Ada dalam versi yang berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebaran dari mulut ke mulut ( lisan);
bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
– Biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola seperti kata klise, ungkapan-ungkapan tradisional, kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan penutup baku.
– Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial dan proyeksi keinginan yang terpendam.
– Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.
– Menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
– Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti bahwa dongeng juga merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
Unsur-unsur intrinsik Dalam Dongeng.
Dongeng biasanya mengandung lima unsur intrinsik yaitu tema, alur, penokohan, latar, amanat. Tema merupakan ide pokok dari cerita dan merupakan patokan untuk membagun suatu cerita.
Alur merupakan jalan cerita yang diurutkan besarkan sebab-akibat atau pun besarkan urutan waktu. Penokohan merupakan proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, dan sifat. Latar merupakan salah satu unsur pembentuk cerita yang menunjukana dimana, dan kapan rangkaian-rangkaian cerita itu terjadi. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengerang kepada pembaca melalui cerita yang dibuatnya.
Jenis-Jenis Dongeng
- Fabel, yaitu dongeng yang tokohnya adalah binatang yg berperilaku seperti manusia, misalnya dapat berbicara dan berjalan. Contohnya, dongeng Kancil dan Buaya serta Kancil Mencuri Timun.
- Legenda, yaitu dongeng yang menceritakan tentang kejadjian alam atau suatu tempat. Contohnya, legenda Rawa Pening dan Legenda Danau Toba.
- Mite/Mitos, yaitu dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat tentang dewa-dewa dan mahluk halus. Contohnya, mitos Nyi Roro Kidul.
- Sage, yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah atau kisah kepahlawanan. Contohnya kisah Jaka Tingkir, Ramayana, Si Buta Dari Gua Hantu.
- Parabel, yaitu dongeng yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Parabel juga dapat berupa cerita pendek dan sederhana yang mengandung hikmah atau pedoman hidup. Contohnya, dongeng Si Maling Kundang.
Contoh Dongeng.
Kisah Burung Beo
Konon, dipedalaman hutan yang lebat di Kalimantan, hiduplah seekor burung beo. Dia tinggal bersama burung yang lain. Dihutan itu burung beo menjadi sosok yang sangat ditakuti diantara burung lainnya. Pada suatu hari, burung beo bertemu dengan burung elang disebuah batu ditengah danau yang sejuk. “Hai makhluk asing! Apa yang membuat engkau berani hinggap dibatu yang sedang aku tempati?” seru burung beo dengan sombongnya. “Batu ini masih cukup luas untuk burung yang lain! Kenapa engkau menguasainya seorang diri?” jawab burung elang dengan sopan. “Oh rupanya kau burung yang tersesat! Kuberi tahu sesuatu, elang! Dihutan ini, akulah yang memiliki kemampuan dan keindahan tanpa tanding. Jadi, aku takkan sudi hinggap bersama burung yang berwarna jelek dan bersuara payah sepertimu!” burung beo menunjukan kesombongannya. “Benarkah? Apakah kau sehebat dan setangguh itu?” tanya burung elang dengan penasaran. “Tentu saja! Bahkan kau pun takkan mampu menandingi kehebatanku!”. “Baiklah jika kau memang jagoan! Bagaimana kalau kita bertanding? Biar para penghuni hutan jadi jurinya” tantang burung elang kepada burung beo. “Baik aku setuju! Yang kalah harus mengakui kehebatan yang menang!” ujar burung beo kepada merpati.
Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai.Seluruh penghuni hutan menyaksikan perlombaan itu. Burung beo dengan kesombongan dan keangkuhannya telah menerima tantangan burung elang untuk adu ketangkasan dan adu kecepatan dalam hal terbang. Burung beo yang sombong itu tidak mengetahui bahwa lawannya kali ini adalah burung tercepat yang mampu melesat dan berhenti dengan seketika.
Rute lomba telah disepakati. Kedua burung itu akan menyusuri hutan dan kemudian mengambil sebuah biji semangka yang telah diletakkan disebuah menara diluar hutan, ditengah pemukiman penduduk. “Kita akan sama- sama melihat kekalahan seekor burung dari daratan yang jauh ini!” ujar burung beo kepada warga hutan.
Perlombaan dimulai. Burung beo melesat dengan cepat. Namun kecepatannya masih lambat dibandingkan dengan burung elang yang tiba- tiba telah jauh melesat didepannya. Dengan seluruh kekuatannya, burung beo berhasil menyusul burung elang. Hal itu tidak berlangsung lama. Burung beo segera kehilangan tenaganya dan kembali tertinggal. Sementara itu burung elang membawa cadangan makanan yang memberinya tenaga bannyak. Burung elang berhasil sampai dimenara lebih dulu dan mengambil biji semangka itu. Burung beo menyusul kemudian dengan susah payah dan tampak kelelahan kehabisan tenaga. “Kesombongan tak terbukti pada lomba kali ini!” ujar burung elang. “Aku akan mengalahkanmu dalam perjalanan kembali kehutan!” umpat burung beo kepada elang. Burung elang hendak terbang menuju hutan, tetapi tiba- tiba dari arah bawah tampak penduduk desa beramai- ramai telah membawa jala dan jerat untuk menangkap si burung beo. Burung elang berteriak kepada burung beo untuk segera pergi. Saat itulah biji semangka yang dibawa elang jatuh ketanah. Burung beo tidak menyia- nyiakan kesempatan ini. Ia terus terbang dan terbeng tiba- tiba….. “Kena!” teriak seorang penduduk yang berhasil menangkap burung beo dengan jala. “Lihat! Pasti burung beo ini bagus ditempatkan disangkar dekat rumahku!” ujar penduduk yang berhasil menangkap burung beo.
Burung elang hanya bisa menatap peristiwa tragis itu. Burung beo dengan bulu dan suaranya yang selalu ia sombongkan kini tinggal didalam sangkar rumah penduduk. Dia tidak lagi dapat meyombongkan dirinya dengan warna dan suaranya yang indah. Begitulah akhir dari kesombongan dan keserakahan si burung beo.