Apa Bahan Patung Asmat?

ASTALOG.COM – Papua adalah salah satu kota di wilayah Indonesia yang dikenal memiliki banyak kekayaan alam alami yang belum terjamah oleh tangan manusia. Selain itu, Papua juga merupakan kota yang memiliki banyak kebudayaan yang masih kental. Salah satu suku yang terdapat di Papua yang dikenal sebagai suku yang memiliki keunikan sendiri adalah Suku Asmat.

Suku asmat adalah salah satu suku di Indonesia yang punya keunikan tersendiri terutama dalam hal seni ukir yang terwujud dalam bentuk sebuah patung. Ukiran yang mereka buat sangat luar biasa indahnya. Desainnya mengandung makna tertentu yang berhubungan dengan kepercayaan yang mereka anut.

 

Daerah kebudayaan suku bangsa Asmat adalah daerah pegunungan di bagian selatan Papua (Irian). Suku bangsa Asmat terdiri dari Asmat Hilir dah Asmat Hulu Asmat Hilir bertempat tinggal di dataran rendah yang luas sepanjang pantai yang tertutup hutan rimbun, rawa dan sagu. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas. Suku bangsa Asmat menggunakan bahasa lokal yaitu bahasa Asmat.

PELAJARI:  Apa Itu Pubertas?

Pengertian Patung Asmat
Salah satu seni ukur yang berasal dari suku asmat adalah patung asmat. Patung Asmat adalah salah satu ciri khas wilayah Papua. Suku Asmat di Papua telah dikenal dunia dengan keterampilan mengukirnya sejak tahun 1700an. Kesenian mengukir di Asmat merupakan bentuk kepercayaan terhadap arwah nenek moyang. Menurut tradisi, nenek moyang suku Asmat disimbolkan dalam bentuk patung serta ukiran.

 

Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah, upacara adatnya mengharuskan adanya pemotongan kepala manusia dan kanibalisme untuk menenangkan arwah nenek moyang.Supaya tidak harus melakukan hal itu tapi tetap menghormati arwah nenek moyang, mereka membuat patung-patung yang menyerupai arwah nenek moyang tersebut. Menurut kepercayaan nenek moyang menampakkan dirinya dalam mimpi. Penampakan dalam mimpi inilah yang dituangkan menjadi tradisi mengukir dan memahat patung kayu yang kita kenal sebagai patung Asmat .

PELAJARI:  Contoh Berita Pro dan Kontra

Pada mulanya, patung-patung Asmat ini dibuat secara kasar dan setelah digunakan dalam upacara agama tertentu lalu ditinggalkan di dalam rawa. Ini sebagai wujud para arwah yang tinggal untuk menjaga hutan sagu dan pohon palem yang merupakan sumber makanan utama masyarakat Asmat di Papua.
Sejak era kolonial Belanda, patung Asmat tadinya dinilai sebagai benda primitif dan wujud kepercayaan terhadap arwah-arwah jahat. Tapi pada akhirnya menjadi terkenal dan disimpan di sejumlah museum di dunia.Nilai patung Asmat menjadi setingkat dengan barang-barang hasil seni Eropa dan hasil kebudayaan yang tinggi dari daerah Sungai Nil, Eupharathes, Gangga, dan Indus.

Bahan dan Teknik Pembuat Patung Asmat
Bahan yang digunakan untuk membuat patung suku Asmat selalu mengambil kayu dari pohon bakau yang usianya sudah tua. untuk membuat ukiran yang polanya kecil-kecil dan rumit hanya memakai paku yang dipukul-pukul hingga bentuknya menjadi pipih. Peralatan yang biasanya digunakan para pemahat Suku Asat terdiri dari kapak batu, gigi binatang dan kulit kerang. Sedangkan untik menghaluskan patahan, mereka menggunakan taring babi, gigi-gigi ikan tertentu dan tiram.

PELAJARI:  Kebaikan dan Kelemahan Budaya Demokrasi dan Budaya Otoriter

Fungsi Patung Asmat
Ukiran apda patung asmat mempunyai empat makna dan fungsi, masing-masing:
1. Melambangkan kehadiran roh nenek moyang
2. Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia
3. Sebagai suatu lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tetumbuhan dan benda-benda lain
4. Sebagai lambang keindahan dan gambaran ingatan kepada nenek moyang

Makna dan Ciri Khas Patung Asmat
Makna dan ciri yang terdapat pada patung asmat menggambarkan kehidupan alam lain di dunia. Salah satu ciri utamanya adalah selalu berbentuk manusia yang diberi hiasan dengan desain yang diulang-ulang. Karakteristik ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis.

Motif Hiasan Patung Asmat
Seni ukir Asmat termasuk aliran naturalis karena yang menjadi model ukiran adalah mahluk hidup seperti burung, ikan, katak, pohon, biawak atau manusia yang diwujudkan dalam ukiran patung kayu mereka. (Papua)