ASTALOG.COM – Endometriosis merupakan sebuah kondisi kelainan yang terdapat pada lapisan yang berfungsi melingungi rongga kehamilan (endometrium). Kondisi normal adalah endometrium seharusnya berada pada rongga rahim, namun pada kasus endometriosis, endemetrium tumbuh pada luar rahim.
Endometriosis sering terjadi pada organ-organ seperti indung telur, pada usus, kandung kemih dan dalam kondisi tertentu terjadi pada seluruh daerah panggul. Endometriosis meskipun tidak termasuk ke dalam golongan penyakit yang mematikan, namun jangan dianggap remeh, karena dapat mengganggu kesuburan wanita serta dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
Jika endometriosis ini sampai menyebar hingga ke otak dan paru-paru, penderita yang mengidap endometriosis dapat mengalami pengempisan paru-paru dan mengalami kejang setiap kali haid. Sakit saat datang bulan yang tidak normal merupakan keluhan yang sering terjadi pada penderita endometriosis.
Tanda umum lainnya adalah, susahnya mendapat keturunan. Hal ini disebabkan karena endometriosis dapat merusak struktur organ reproduksi wanita serta mengurangi sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sperma yang masuk.
Teori Penyebab Endometriosis.
Penyebab tumbuhnya jaringan endometrium di luar rahim belum diketahui secara pasti, tapi kadar hormon estrogen yang tinggi terbukti dapat memperparah kondisi ini. Karena itu, endometriosis umumnya menyerang wanita di usia produktif.
Meskipun penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
– Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur). Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
– Teori sistem kekebalan. Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
– Teori genetik Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.
Beberapa penjelasan lainnya mengenai bagaimana endometriosis bisa terjadi, yaitu:
– Retrogade menstruation atau aliran menstruasi yang berbalik arah. Ini terjadi saat banyak sel endometrium mengalir naik ke tuba falopi, kemudian masuk ke rongga perut. Tidak seperti proses menstruasi normal yang seharusnya keluar melalui vagina.
– Gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Ada kemungkinan sistem kekebalan tubuh tidak berhasil melenyapkan sel-sel endometrium yang secara keliru tumbuh di luar rahim.
– Perpindahan sel-sel endometrium ke bagian tubuh lain melalui darah atau sistem limfatik saat prosedur episiotomi atau operasi cesar ketika melahirkan.
– Perkembangan sel yang tidak normal. Sel-sel yang seharusnya berkembang menjadi lapisan perut atau panggul, justru berkembang menjadi sel-sel endometrium.
Gejala Endometriosis.
Tanda paling umum adalah rasa sakit yang hebat pada perut bagian bawah, bisa terasa sesekali, ataupun terus-menerus. Rasa sakit ini semakin parah saat menstruasi. Rasa sakit ini seringkali menjadi lebih parah jika si penderita melakukan aktivitas melelahkan, serta pada saat melakukan hubungan seksual. Gejala lain bisa berupa keluarnya darah menstruasi yang sangat hebat, sakit punggung bagian bawah, sulit buang air besar, diare, atau rasa sakit dan perdarahan saat berkemih.
Pengobatan Endometriosis.
Seperti penyakit pada umumnya, diagnosis endometriosis meliputi konsultasi dengan dokter serta pemeriksaan organ-organ panggul. Dokter akan menanyakan gejala-gejala Anda secara detail, terutama lokasi, frekuensi serta waktu kemunculan rasa sakit.
Ada beberapa faktor yang sebaiknya dipertimbangkan saat memilih langkah pengobatan yang akan Anda jalani, yaitu gejala yang dirasakan, usia dan keinginan Anda untuk memiliki anak.
Menangani Rasa Sakit Akibat Endometriosis
1. Obat pereda sakit
Rasa sakit luar biasa saat menstruasi yang menjadi gejala utama endometriosis dapat dikurangi dengan obat pereda sakit jenis anti-inflamasi non-steroid, seperti ibuprofen atau naproxen. Obat ini dijual bebas dan tersedia di apotek terdekat. Parasetamol juga bisa diminum tapi tidak seefektif obat anti-inflamasi non-steroid dalam menangani rasa sakit akibat endometriosis.
2. Terapi hormon
Penanganan ini digunakan untuk mengurangi gejala endometriosis dengan menghambat produksi hormon estrogen dalam tubuh. Dengan begini, sel endometriosis bisa dicegah untuk bertumbuh. Terapi hormon ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:
– Pil KB kombinasi, koyo KB dan cincin vagina dapat menghambat proses penebalan lapisan endometrium sehingga menstruasi lebih ringan, cepat berakhir dan mengurangi rasa sakit endometriosis.
– Intrauterine system (IUS). Alat ini mengandung hormon yang dapat memperlambat proses penebalan sel-sel endometrium sehingga dapat mengurangi rasa sakit dan bahkan menghentikan menstruasi.
– Analog hormon pelepas gonadotropin. Obat ini akan memicu kondisi yang mirip dengan menopause sehingga ukuran jaringan endometrium di luar rahim akan mengecil dan menstruasi pun terhenti.
– Suntikan hormon progesteron. Obat suntik ini dapat menghambat siklus menstruasi dan perkembangan jaringan endometrium di luar rahim.
– Danazol dan gestrinone. Kedua obat ini juga bekerja dengan menghambat penebalan jaringan endometrium sehingga mencegah menstruasi dan meringankan gejala endometriosis lainnya.
3. Pengangkatan Jaringan Endometriosis dengan Operasi.
Penanganan dengan operasi akan menjadi pilihan jika terapi hormon tidak efektif bagi pengidap endometriosis. Prosedur ini umumnya dilakukan untuk mengangkat jaringan endometriosis serta jaringan parut. Jika mengidap endometriosis dan masih ingin memiliki anak, dokter biasanya akan menganjurkan pengangkatan jaringan endometriosis melalui operasi ‘lubang kunci’ (laparoskopi) atau operasi dengan sayatan besar jika banyak jaringan yang perlu diangkat. Kedua operasi ini dapat mengurangi rasa sakit sekaligus meningkatkan kemungkinan untuk hamil.