ASTALOG.COM – On The Origin of the Species by Means of Natural Selection oleh Charles Darwin (terbit tahun 1859) adalah karya penting dalam literatur ilmiah dan dianggap sebagai tonggak dalam teori evolusi. Buku ini memperkenalkan teori ilmiah bahwa populasi berevolusi dari generasi ke generasi melalui proses seleksi alam. Isi buku ini kontroversial karena menentang teori penciptaan menurut kepercayaan agama, dan merupakan pencetus timbulnya ilmu bernama biologi pada abad ke-19.
Buku yang ditulisnya merupakan hasil ekspedisi lautnya dengan kapal layar HMS Beagle pada tahun 1830-an, dan dilanjutkan dengan penyelidikan dan eksperimen setelah tiba kembali dari ekspedisi.
Teori Darwin
Teori Darwin didasarkan pengamatan penting dan kesimpulan yang ditarik darinya:
– Spesies pada dasarnya memiliki fertilitas yang sangat tinggi. Jumlah keturunan yang dilahirkan lebih banyak dari keturunan yang bisa mencapai usia dewasa.
– Populasi kira-kira tetap berjumlah sama, dengan sedikit perubahan.
– Sumber makanan adalah terbatas, tetapi relatif stabil dalam jangka waktu lama.
– Oleh karena itu terjadi perjuangan secara implisit untuk bertahan hidup
– Pada spesies yang melakukan reproduksi secara seksual, biasanya tidak ada dua individu yang identik.
– Beberapa variasi dalam spesies secara langsung memengaruhi kemampuan individu untuk bertahan dalam kondisi alam tertentu.
– Sebagian besar dari variasi ini bersifat turunan.
– Individu yang kurang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya memiliki kemungkinan bertahan hidup yang yang lebih kecil dan kemungkinan akan lebih banyak melakukan reproduksi.
– Individu yang selamat kemungkinan besar akan menurunkan ciri-ciri yang dimilikinya kepada generasi berikutnya.
– Proses yang menyebabkan perubahan ini menghasilkan populasi yang perlahan-lahan bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan pada akhirnya, setelah berlangsung secara terus-menerus akan terbentuk keragaman yang baru, dan akhirnya spesies baru.
Keraguan dalam Teori Darwin
Sepanjang sejarah, terdapat lebih dari 6000 spesies kera dari yang terkecil, sedang hingga besar yang pernah hidup dan kebanyakan dari mereka telah punah. Fosil dari 6000 spesies kera-kera punah inilah yang memberikan sumber berlimpah bagi evolusionis.
Ditulisnya skenario tentang evolusi manusia dengan cara menyusun sejumlah tengkorak, sekehendak hati mereka, berurutan dari spesies yang paling kecil ke paling besar dan menyisipkan tengkorak-tengkorak dari sejumlah kaum kaum yang dimusnahkandi antara susunan ini.
Jika pembaca cermat, dalam buku-bukunyanya sendiri, darwin terlalu banyak menggunakan kata probably, yang berarti mungkin saja. Artinya dia sendiri belum yakin 100 persen akan teorinya.
Makhluk yang dinamai Australopithecus sendiri hanyalah jenis kera yang telah punah. Australopithecus berarti “kera daerah selatan”. Seluruh spesies Australo- pithecus, yang dimasukkan ke dalam pengelompokan yang berbeda, sebenarnya hanyalah jenis kera punah yang menyerupai Manusia Hutan/Orang Utan.
Ukuran tengkorak mereka adalah sama, atau lebih kecil dari simpanse yang kita temui sekarang. Terdapat bagian-bagian menonjol di bagian tangan dan kaki yang mereka gunakan untuk memanjat pohon, persis seperti simpanse masa kini, dan kaki mereka memiliki kemampuan untuk berpegangan pada dahan pohon. Banyak ciri lain seperti dekatnya jarak kedua mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang bawah, lengan yang panjang, kaki yang pendek, yang membuktikan makhluk ini tidaklah berbeda dari Manusia Hutan.
Dengan memperhatikan pada kehidupan Manusia Hutan/ Orang Hutan dengan ciri volume otak, maka jelas fosil fosil yang diduga manusia purba, yang ditemukan itu sebenarnya BUKANLAH MANUSIA PURBA berwujud kera melainkan kera yang mempunyai struktur mirip manusia. Dengan kata lain fosil tersebut adalah binatang, bukan manusia.
Dari dulu sampai sekarang manusia tidak pernah berevolusi dalam hal fisik sebagaimana yang darwin katakan. Kalau memang teori darwin benar, kenapa tidak ada satupun manusia yang berevolusi ke bentuk lain yang lebih canggih. Dan terpikirkah pembaca, jika teori evolusi itu benar, seharusnya makhluk yang bernama monyet mungkin tidak akan pernah kita jumpai saat ini, karena rentang waktu yang lama memungkinkan semua monyet berubah menjadi manusia? Adakah yang bisa menjawabnya?
Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu (Adam), dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan (manusia) laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan SILATURRAHIM. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
– QS. An-Nisaa’, ayat 1