ASTALOG.COM – Gesang Martohartono adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu, dikenal sebagai maestro musik keroncong Indonesia. Gesang terkenal lewat lagu ciptaannya, Bengawan Solo, disamping itu Gesang pula yang mempopulerkan nama Bengawan Solo hingga kepopulerannya mengalir sampai jauh hingga mancanegara. Lagu dengan irama keroncong ini memang sangat terkenal, dan telah diterjemahkan dan dinyanyikan dalam bahasa-bahasa asing setidaknya 13 bahasa (termasuk bahasa Inggris, bahasa Rusia, bahasa Tionghoa, dan bahasa Jepang).
Di Jepang bahkan pernah dijadikan soundtrack sebuah film layar lebar. Jepang juga yang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo pada tahun 1983 Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya terhadap perkembangan musik keroncong.
Lagu “Bengawan Solo” diciptakannya saat beliau masih berusia 23 tahun yang memakan waktu selama 6 bulan. Terciptanya lagu tersebut karena kekaguman Gesang muda pada sungai tersebut.
Gesang Martohartono adalah pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 1 Oktober 1917 ini merupakan anak ke-5 dari 10 bersaudara dari Martodiharjo yang merupakan seorang pedagang batik. Tinggal di Jl Bedoyo No.5 kelurahan Kemlayan, Serengan, Solo bersama dengan keponakan dan keluarganya yang lain karena Gesang tak memiliki anak. Namun sebelumnya pernah tinggal di Perumnas Palur yang merupakan hadiah almarhum Soepardjo Roestam saat menjabat gubernur Jawa Tengah, ditempati keponakannya. Gesang berpisah dengan istrinya, Sawaliyah pada tahun 1962 setelah berumah tangga selama 22 tahun.
Sebelum terkenal, Gesang hanyalah seorang penyanyi keroncong untuk acara dan pesta kecil-kecilan. Prestasi musik yang membanggakan Gesang adalah ketika bergabung dengan Orkes Keroncong Kembang Kacang sebagai penyanyi. Dalam Orkes Keroncong yang dipimpin oleh almarhum Supinah inilah bakat Gesang sebagai penyanyi dan pencipta lagu terasah tajam. Gesang senantiasa meminta pemain OK Kembang Kacang untuk memainkan setiap lagu baru yang baru saja ditulisnya. Seperti diakuinya,Gesang tak memiliki basic ilmu musik yang memadai. Tapi Gesang memiliki intuisi musik yang tajam.
Ada beberapa lagu yang diciptakannya pada saat perang dunia ke-2, yaitu: Keroncong Roda Dunia, Keroncong si Piatu, dan Sapu Tangan. Untuk lagu Sapu Tangan ditulis oelh gesang saat dirinya jatuh hati pada seorang wanita yang bernama Sawaliyah yang kemudian dinikahinya di kampung Notosuman.
Kehidupan Gesang tidak berubah meski Bengawan Solo populer dimana-mana. Ia tetap lugu dan sederhana, dan tidak mempedulikan royalti atas lagu-lagunya. PT Penerbit Karya Musik Pertiwi (PMP) yang kemudian berjuang mengumpulkan royalti dari karya Gesang di seluruh dunia sejak 1996. Agar karya Gesang tetap abadi, PT PMP menerbitkan buku berisi 44 partitur serta syair-syair lagu. Saat ini, lagu-lagu yang diciptakan Gesang diakui sebagai aset nasional.
Gesang sempat dikabarkan meninggal dunia pada tanggal 18 Mei 2010 setelah kesehatannya dilaporkan memburuk. Namun akhirnya Gesang benar-benar meninggal dunia pada 20 mei 2010 dalam usia 92 tahun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Solo, Jawa Tengah setelah di rawat selama sembilan hari. Semenjak masuk rumah sakit kondisi kesehatannya memang terus menurun.
- Lagu – Lagu Ciptaan Gesang.
Bengawan Solo
Jembatan Merah
Pamitan (versi bahasa Indonesia dipopulerkan oleh Broery Pesulima)
Caping Gunung
Ali-ali
Andheng-andheng
Luntur
Dongengan
Saputangan
Dunia Berdamai
Si Piatu
Nusul
Nawala
Roda Dunia
Tembok Besar
Seto Ohashi
Pandanwangi
Impenku
Kalung Mutiara
Pemuda Dewasa
Borobudur
Tirtonadi
Sandhang Pangan
Kacu-kacu
Lirik Lagu Bengawan Solo.
Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi…
Perhatian insaniMusim kemarau
Tak seberapa airmu
Dimusim hujan air..
Meluap sampai jauhMata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air meluap sampai jauh
Dan akhirnya ke lautItu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu…
Naik itu perahu