Tips Menyusun Cerita Liburan

ASTALOG.COM – Setiap kali selesai berlibur, biasanya kita diberikan tugas untuk membuat cerita liburan sekolah oleh guru pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui cerita tersebut, kita dituntut untuk berbagi suka-duka selama liburan dengan menulis. Menyusun cerita liburan sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. Tak perlu bingung dimana harus memulainya.

Nah, jika kamu sering mengalami kesulitan menyusun cerita liburan, simak yuk langkah-langkah berikut:

 

Menyusun Cerita Liburan

1. Tentukan Tempat Liburan

 

Tuliskan tempat liburan yang kamu kunjungi. Kamu boleh menuliskan cerita sebenarnya, tapi jika saat liburan kamu tidak kemana-mana, tidak masalah, kamu bisa menceritakan tentang tempat liburan yang pernah kamu kunjungi, ataupun tempat liburan yang ingin kamu kunjungi kelak, entah bersama keluarga atau bersama teman-teman.

Misalnya, bercerita tentang berlibur ke Bantimurung di Sulawesi Selatan atau kebun binatang di Surabaya.

2. Buat Kerangka Cerita

Kamu boleh membuat kerangka cerita, boleh tidak. Tergantung mana yang menurut kamu lebih mudah, apakah dengan membuat kerangka terlebih dahulu atau tidak.

Contoh kerangka:

1. Ceritakan tempat tujuan atau rencana tempat tujuan.
2. Dengan siapa saja kamu pergi berlibur. Misalnya, dengan ayah, ibu, kakak, dan adik.
3. Ceritakan bagaimana sibuknya mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhan saat liburan, misalnya saja baju tidur, aksesoris, dan lain sebagainya.
4. Ceritakan bagaimana perjalanan kamu dari rumah hingga sampai ke tempat tujuan, apakah ada hal-hal menarik yang dialami saat di perjalanan?
5. Ceritakan sesampainya di tempat wisata, apa hal pertama yang kamu jumpai? Misalnya: “Saat pertama masuk ke Bantimurung, saya melihat banyak anak-anak yang berlarian. Lalu saya terkagum-kagum dengan air terjunnya, dan tidak tahan untuk tidak ikut bermain air.”
6. Kemudian dilanjutkan dengan menceritakan hal-hal menarik lainnya. Misalnya: “Tidak hanya itu, di Bantimurung juga terdapat kupu-kupu cantik berwarna-warni dengan berbagai rupa. Kami sekeluarga terperangah. Dan ada aksesoris khas Bantimurung yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Tak lupa juga kami mengabadikan momen dengan berfoto bersama. Sungguh liburan yang menyenangkan!”
7. Kembangkan kreativitasmu dengan menceritakan hal-hal menarik lainnya. Kamu juga bisa menceritakan suka-duka saat liburan.

PELAJARI:  Faktor Utama Penyebab Terjadinya Penyimpangan Sosial

3. Mengembangkan Kerangka

Jika kamu sudah selesai membuat kerangka, kamu hanya tinggal mengembangkan ceritanya agar bisa menjadi cerita yang semenarik-mungkin. Tapi bila tidak membuat kerangka, dan kamu lebih suka langsung menuliskannya, silahkan saja, itu bukan masalah. Yang paling penting, jangan takut untuk menulis, jangan takut kalau ceritamu tidak bagus.

4. Perhatikan Susunan Kalimat

Agar kalimat, dan cerita secara keseluruhan, mudah dipahami, sebaiknya tuliskan cerita dengan kalimat-kalimat pendek saja. Jika kalimatnya terlalu panjang, bisa jadi yang membacanya kebingungan dan sulit memahami ceritamu.

5. Edit Tulisan

Jika tulisan telah selesai dibuat, jangan lupa untuk mengedit atau memeriksa kesalahan pada tulisan. Benahi kesalahan tersebut. Mungkin ada yang salah eja, karena kamu terburu-buru dan terlalu bersemangat dalam menulis.

Nah, sudah selesai dengan cerita liburanmu? Kalau begitu, minta orang tua, kakak, atau teman untuk membacanya. Tanyakan apakah ada kalimat yang membingungkan atau tidak mereka pahami? Jika ada, perbaiki lagi. Jika tidak, persiapkan diri untuk membacanya di depan kelas.

PELAJARI:  Apa Itu Pembiasan Cahaya?

Contoh Cerita Liburan

Jika masih juga bingung, kamu boleh menyimak contoh liburan di bawah ini. Ini bukan cerita liburan sesungguhnya lho, tapi hasil dari membaca salah satu teman kita, dilansir dari Anneahira.com:

Hari pertama saya mengeliling Mesir, singgah di lorong-lorong kota Kairo bersama Naguib Mahfudz. Mengenal karakter orang-orang Mesir. Di sana Aku berkenalan dengan Hamidah, Nyonya Hasniya, Zaita, Tuan Ridwan, Husaini, Dokter Busyi, dan Abbas Hilu. Semuanya kukenal lewat novelnya nan berjudul “Lorong Midaq”.

Setelah tiga hari Aku bersama Naguib Mahfudz, saya pun terbang ke pedalaman Afrika. Di sana berkenalan dengan wanita nan kaya raya. Ia memiliki rumah nan banyak, tapi ia juga wanita nan melakukan banyak kejahatan dan kelicikan. Meski demikian, ia menjadi pejuang keras hak perempuan. Aku mengenalnya dengan nama Nyonya Mudenda di dalam novel Warisan karya Himunyanga-Phiri.

Setelah dua hari di Afrika, saya pun pindah bertualang ke negeri Jepang. Di sana saya menikmati estetika lembah, gunung, bahari dan segala hal nan berhubungan dengan Jepang. Di sinilah saya mengetahui kenapa Jepang dapat menjadi negara nan besar. Karena Jepang memiliki pulau-pulau nan sama dengan apa nan dimiliki negara kita.

Jepang juga negara nan begitu kuat memegang tradisinya. Sungguh wisata di Jepang bersama Yatsunari Kawabata di dalam novelnya “Daerah Salju” membuatku terkagum-kagum dengan negeri Jepang. Di sini jugalah saya menjadi jatuh hati dengan sosok Koto, wanita nan pandai dan memiliki sopan santun nan tinggi.

Keesokan harinya, saya berwisata di tiga negara di Balkan, Yunani dan Cina. Di sini saya hanya singgah sebentar-sebentar saja. Perjalanan ini kulakukan bersama Maguerite Yourcenar di dalam kumpulan cerpennya.

Lalu, Aku berhari-hari di Rusia bersama Leo Tolstoy lewat novelnya “Perang dan Damai”. Di novel ini saya belajar tentang arti kegagalan, kaagungan, keburukan, kemuliaan, dan keangkuhan nan dimiliki Rusia. Di novel ini juga saya belajar tentang Nasionalisme.

Setelah berhari-hari saya melalangbuana di negara orang lain, saya kembali kembali ke kampung halaman, Indonesia. Aku pilih buat berwisata ke pedalaman Sumatera. Di sini saya mengenal habitat harimau. Aku melihat betapa keajamnnya manusia melakukan perburuan nan ganas terhadap harimau. Penyaksian ini kulakukan bersama Muchtar Lubis melalui novelnya nan berjudul “Harimau! Harimau!”

Inilah cerita liburan sekolah nan kulakukan dengan melakukan wisata bersama buku-buku bacaanku. Semua ini sungguh kulakukan dan saya miliki bukti nan nyata. Tak mungkin kulalui semua negara itu dengan uang orang tuaku. Pekerjaannya saja hanya seorang petani. Namun dengan buku nan kudapatkan di perpustakaan membuatku dapat mengunjung negara-negara besar tersebut.

Selamat menulis!