ASTALOG.COM – Anda pastinya pernah mendengar atau setidaknya tahu seperti apa bentuk puisi itu. Saat sebuah puisi dibacakan, akan terdengar sangat indah dan penuh luapan emosi serta hasrat. Pembaca puisi dikatakan sukses jika berhasil membuat Anda merasakan emosi dari isi puisi dan ini tidak jauh berbeda dengan bernyani yaitu penyampaian pesan.
Terkadang puisi juga penuh dengan arti dan makna yang tersirat di dalamnya. Karena itulah, banyak orang yang mengatakan untuk memahami sebuah puisi tidak semudah kelihatannaya. Memahami sebuah puisi, sebenarnya sama saja dengan kita menghadapi sebuah obyek yang berada di balik tirai yang harus tertebak.
Sebelum membahas lebih jauh lagi, mari bahas dulu apa yang di maksud dengan puisi.
Menurut wikipedia, puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan atau selain arti semantiknya.
Puisi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan puisi merupakan refleksi pemikiran dari si penyair dalam menyikapi zaman, sekaligus menyikapi perpuisian itu sendiri. Walaupun puisi berubah menjadi berbagai macam bentuk, puisi tetap melekat sebagai hakekatnya, yaitu menyampaikan sesuatu secara tidak langsung dengan keindahan dan makna di dalamnya.
Nah, setelah membahas sedikit mengenai apa itu puisi mari melangkah ke tahap pembagian dari puisi. Puisi terbagi atas 2 yaitu puisi lama dan puisi baru. Puisi lama adalah puisi yang terikat aturan, sedangkan puisi baru adalah puisi yang tidak terikat dengan aturan-aturan dalam puisi. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ktentuan yang umum berlaku dalam puisi.
Bagaimana dengan jenis-jenis puisi ?
Jenis Puisi
Puisi terbagi dalam 3 jenis, yaitu :
- Puisi transparan (atau polos, atau diafan)
- Puisi gelap, dan
- Puisi prismatis
Mari kita bahas setiap jenis dari puisi.
1. Puisi Transparan (Diafan)
Puisi transparan adalah puisi yang mudah dipahami, tidak ada kata-kata atau lambang yang sukar dipahami. Bahkan jenis puisi ini mendekati seperti cerita sehari-hari. Itulah sebabnya membuat puisi ini mudah untuk dipahami.
Contoh :
Di Kakimu
Aku mengembara
Badan lemah berdaya tiada
Tinggi gunung yang kudaki
Lepas mega menghadap wala
Berapa kali aku terhenti
Meebah diri melepas lelah
Sekali aku meninjau ke bawah
Takjub melihat permai permata
Mana rumahku mana hamlaman
Mata mencari kelihatan tiada
Sekalian menyatu indah semata
Terpaku diri memandang taman
Tuhanku, hati hasratkan Engkau! Pimpin umat-Mu naik memuncak Tempat mega tiada menutup.
Ku memohon kepadamu..
untuk sekali saja, kau bagi kupingmu..
Mengapa tak jua kau dengar rintihanku
Mengapa tak jua kau dengar isakanku
Ku memohon padamu..
Dengarkan aku, aku mau melakukan apa saja
Agar kita bisa berlayar berdua di samudera manapun.
Kau memalingkan muka..
Tak kau gubris diriku..
Sudah Ku katakan,
Aku lebih gila daripada ‘Majnun’
Masih saja tak kau dekap diriku
2. Puisi Gelap
Puisi gelap adalah puisi yang terbentuk dari dominasi majas atau kiasan yang menggunakan kata-kata yang rumit dan tidak bermakna, tidak sederhana, tidak ada komunikasi (samar) kepada pembaca, menggunakan metafor-metafor gelap dan idiom-idiom yang tidak memiliki keterkaitan tema dalam bangunan puisi. Jadi pembaca merasa di bodohi.
Menurut Sam Haidy, membaca puisi gelap harus dengan referensi dan analisis yang cukup sehingga tidak menimbulkan mis-interpretasi. Biasanya puisi gelap ditulis oleh penyair senior yang ingin bereksperimen dengan gaya penulisan non-konvensional sehingga sulit dipahami atau penulis pemula yang karena belum ahli sehingga menimbulkan makna ambigu.
3. Puisi Prismatis
Puisi prismatis adalah puisi yang mengandalkan pemakaian kata-kata dalam bentuk perlambangan atau kiasan-kiasan. Kata-kata dalam puisi prismatis mempunyai kemungkinan lebih dari satu makna atau poly-interpretable, bahkan terkadang juga menunjuk pada pengertian yang lain.
Contoh :
Sajak Putih
Beribu saat dalam kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menrima tanpa mengaduh
Sewaktu etik pun jauh
Kita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara
Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengaburkan batas ruang
Kita pun bisu tersekat dalam pesona
Sewaktu ia pun memanggil-manggil
Sewaktu kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca
Sydney
Pada jam ke-24
kota seperti kiamat:
Sydney telah terkunci
dalam gelas pagi.
Ada bulan mengukur luas
laut dan musik panas
Ada beton membentang bentuk
dan bayang hanya merunduk