ASTALOG.COM – Indonesia memiliki 6 kerajaan Hindu terbesar. Sebelumnya telah dibahas tentang 3 Kerajaan Hindu Terbesar di Indonesia, yaitu Kutai, Tarumanagara, dan Mataram Kuno. Kali ini akan dibahas lagi tentang 3 kerajaan Hindu terbesar lainnya, yaitu :
4. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri atau Kadiri yang berdiri sekitar tahun 1115 – 1222 M merupakan kerajaan bercorak Hindu yang terbentuk dari gabungan 2 kerajaan, yaitu Jenggala dan Kahuripan.
Kerajaan ini berpusat di kota Daha, Kediri, Jawa Timur tepatnya di sekitar lembah sungai Brantas. Kota Daha sendiri merupakan singkatan dari ‘Dahanapura’ yang berarti ‘kota api’.
Pada saat Daha masih menjadi ibu kota kerajaan yang masih utuh, Airlangga, mendirikan kota Daha sebagai pindahan kota Kahuripan. Ketika ia turun tahta di tahun 1042, wilayah kerajaan dibagi menjadi 2. Daha kemudian menjadi ibu kota kerajaan bagian barat, yaitu Panjalu.
Raja Kediri yang paling terkenal adalah Jayabaya yang juga dikenal sebagai seorang pujangga. Ia pernah membuat ramalan tentang Negara Indonesia yang dikenal sebagai Janka Jayabaya.
Ramalan Jayabaya adalah ramalan tentang keadaan Nusantara di suatu masa di masa datang. Dalam ramalannya dikatakan bahwa akan datang satu masa penuh bencana. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas.
Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya setelah adanya perselisihan antara dirinya dengan kaum Brahmana kemudian berlanjut dengan perang melawan Ken Arok yang pada akhirnya menjadikan Kediri berada di bawah kekuasaan kerajaan Tumapel (Singasari) pimpinan Ken Arok.
Meskipun demikian, kerajaan Kediri telah meninggalkan sejumlah peninggalan berupa karya seni sastra berupa kitab yang ditulis oleh Mpu Panuluh, seperti : Bharatayuddha, Hariwangsa, dan Ghatotkachasraya. Lalu masih ada kitab Smaradhana (Mpu Dharmaja), dan beberapa lainnya termasuk juga sejumlah prasasti, seperti : Padlegan, Palas, dan Panumbangan.
5. Kerajaan Singasari
Seperti yang telah dibahas di atas, kerajaan Singasari akhirnya terbentuk setelah kemenangan Ken Arok melawan Kertajaya yang pada akhirnya telah meruntuhkan kerajaan Kediri. Kerajaan yang awalnya bernama kerajaan Tumapel dengan ibukota Kutaraja berdiri pada tahun 1222 M.
Ken Arok adalah pembentuk dinasti Rajasa sebagai raja yang memiliki pengaruh di kerajaannya. Ia bergelar ‘Rajasa Sang Amurwabhumi’. Ia pun berusaha mempertahankan keberadaan Singasari melalui keturunannya sendiri.
Berdasarkan sejarah diketahui pula bahwa Ken Arok sebenarnya adalah pengawal Tunggul Ametung yang kemudian dibunuhnya. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok menikahi Ken Dedes yang merupakan istri dari Tunggul Ametung. Ken Dedes dan Tunggul Ametung memiliki putra bernama Anusapati yang dinobatkan sebagai raja ke-2 Tumapel.
Namun Anusapati tewas oleh kudeta licik yang dilakukan oleh Tohjaya, saudara tirinya yang merupakan putra dari Ken Arok dan Ken Dedes. Tohjaya pun akhirnya berhasil menjadi raja ke-3 Tumapel.
Namun hal itu hanya berlangsung setahun, sebab Wisnuwardhana, putra dari Anusapati melakukan pemberontakan yang akhirnya membuatnya naik tahta dan menjadi raja ke-4 Tumapel.
Kemudian pada tahun 1253, Wisnuwardhana mengangkat putranya, Kertanegara sebagai putra mahkota dan mengganti nama kerajaan menjadi Singasari.
Setahun kemudian, Kertanegara berhasil naik tahta sebagai raja ke-5 Singasari dan dikenal sebagai raja terakhir Singasari yang memiliki karisma yang besar dalam usaha mempersatukan Nusantara di bawah kerajaannya.
Ia pernah menyerang kerajaan Sriwijaya yang dikenal dengan ekspedisi Pamalaya (1275 M). Dalam penyerangan ini Kertanegara bekerja sama dengan kerajaan Melayu yang menyebabkan kekalahan pada kerajaan Sriwijaya di tahun 1284. Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.
Kerajaan ini mengalami keruntuhan yang dimulai dengan terjadinya pemberontakan di tahun 1292 oleh Jayakatwang yang merupakan sepupu sekaligus ipar Kertanegara. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di kerajaan Kediri sekaligus menandai berakhirnya riwayat kerajaan Singasari.
Peninggalan sejarah kerajaan Singasari berupa :
- Candi, antara lain : Candi Kidal, Candi Singasari, Candi Jago, Candi Jawi, dan Candi Kagenengan.
- Arca, antara lain : Arca Prajna Paramita (patung Ken Dedes), patung Kertanegara (Joko Dolok) dan patung Ken Arok.
6. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit sebenarnya merupakan lanjutan dari kerajaan Singasari. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Kertanegara. Pendiriannya atas persetujuan Jayakatwang yang pada akhirnya diserang oleh Raden Wijaya dengan memanfaatkan kedatangan pasukan Mongol di tahun 1293 M.
Raden Wijaya yang bergelar ‘Kertanegara Jayawardhana’ memerintah Majapahit sejak 1293 – 1309 M. Kemudian digantikan oleh putranya, Jayanegara. Tahta pun dilanjutkan di tangan putrinya, Tribhuwanatunggadewi.
Ratu Tribhuwanatunggadewi kemudian mengangkat Gajahmada sebagai mahapatih di tahun 1336 M. Pada saat pengangkatannya, Gajah Mada mengucapkan sebuah sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Palapa.
Sumpah ini menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara.
Untuk mewujudkan Sumpah Palapa maka dibentuklah armada laut yang kuat dan tangguh yang dipimpin oleh Laksamana Nala. Dengan armada laut yang disegani oleh negara-negara lain, membuat Majapahit berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Tidak ada lagi bajak laut di perairan Nusantara.
Di tahun 1350 M, Tribhuwana menyerahkan tahta pada putranya, Hayam Wuruk yang saat itu masih berusia 16 tahun. Hayam Wuruk yang bergelar ‘Rajasanagara’ telah mengantarkan Majapahit mencapai masa kejayaannya dengan dibantu oleh mahapatih Gajahmada.
Pengaruh dan daerah kekuasaan Majapahit saat itu hampir di tersebar di seluruh Nusantara, Semenanjung Melayu, dan Filipina. Oleh karena itu, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai negara nasional kedua setelah Kerajaan Sriwijaya.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit juga telah mencapai kemajuan di berbagai bidang, antara lain di bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, agama, dan bidang kebudayaan.
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan tahta.
Peninggalan candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Selain itu, kekuasaan Majapahit yang luas telah dijadikan sebagai acuan batas politik negara Indonesia sampai saat ini.