ASTALOG.COM – Teori kuantitas uang merupakan teori yang mengemukakan adanya hubungan langsung antara perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga barang. Dari hubungan tersebut dapat dikemukakan bahwa harga barang berbanding lurus dengan jumlah uang yang beredar. Teori kuantitas tersebut dikemukakan oleh Irving Fisher, dengan rumus sebagai berikut:
MV = PT
Keterangan
M = money in circulation (jumlah uang yang beredar)
V = velocity of circulation (kecepatan peredaran uang)
P = price (tingkat harga rata-rata barang)
T = trade (jumlah barang yang diperdagangkan)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui hal berikut:
Apabila terdapat perubahan pada M atau V, maka akan mengakibatkan perubahan yang sebanding terhadap P.
Apabila terdapat perubahan terhadap T, maka akan terjadi perubahan yang sebaliknya terhadap P.
Teori Kuantitas Uang Menurut Beberapa Ahli
Mengenai kuantitas uang ada beberapa jenis teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain;
1. Teori kuantitas uang : Irving Fisher
Teori permintaan uang yang dikembangkan atas dasar pemikiran aliran klasik atau lebih dikenal dengan Teori Kuantitas Uang menjelaskan peranan uang terhadap perekonomian secara umum yang pertama kali dijelaskan oleh Irving Fisher pada tahun 1911 melalui The Quantity Theory of Money yang termuat dalam bukunya berjudul The Purchasing Power of Money.
Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan monetarist (Milton Friedman) bahwa inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya, selalu merupakan sebuah fenomena moneter.
Teori kuantitas uang menggambarkan kerangka yang jelas mengenai hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi.
2. Teori Likuiditas Preferensi Keynes
Dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest, and Money,Keynes meninggalkan pandangan klasik bahwa kecepatan adalah konstan dan dikembangkan teori permintaan uang yang menekankan pentingnya tingkat suku bunga.
Terdapat 3 motif permintaan uang:
a. Motif transaksi
Permintaan individual akan uang untuk transaksi meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan. Secara agregat kebutuhan untuk kebutuhan transaksi dapat dikelompokkan ke dalam belanja rumah tangga. Belanja pemerintah, industry, dan ekspor-impor. Semakin tinggi pendapatan riil yang diterima masyarakat, maka semakin tinggi pula permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, dan demikian pula sebaliknya.
b. Motif berjaga-jaga
Motif berjaga-jaga yaitu motif yang mendorong seseorang menyimpan sebagian dari kekayaannya dalam bentuk uang tunai. Semakin besar nilai transaksi pertahunnya, semakin banyak jumlah uang yang diperlukan untuk maksud berjaga-jaga.
c. Motif spekulasi
Motif spekulasi yang dimaksud Keynes adalah spekulasi dalam surat-surat berharga, khususnya surat obligasi. Semakin tinggi harga obligasi, maka semakin meningkat kebutuhan uang dengan spekulasi, dan begitu juga sebaliknya. Motif pemegangan uang ini adalah untuk memperoleh keuntungan.
d. Menempetkan ketiga motif secara bersamaan
Permintaan terhadap uang tidak saja berhubungan dengan pendapatan tetapi juga untuk suku bunga adalah permulaan pandangan Fisher tentang permintaan uang, dimana suku bunga tidak memiliki efek pada permintaan uang.Teori Keynes tentang permintaan uang menunjukkan kecepatan yang tidak konstan, tetapi bukannya berfluktuasi dengan pergerakan suku bunga. Meskipun Keynes mengambil transaksi dan komponen berjaga-jaga dari permintaan uang yang akan proporsional terhadap pendapatan, dia beralasan bahwa motif spekulasi berhubungan negative dengan tingkat suku bunga.
3. Teori Kuantitas Uang Modern Friedman
Friedman mengejar pertanyaan mengapa orang memilih untuk memegang uang. Bukannya menganalisis motif khusus untuk memegang uang. Lalu Friedman hanya menyatakan bahwa permintaan uang dipengaruhi oleh faktor yang sama yang mempengaruhi permintaan aset apapun.