ASTALOG.COM – Artikel kali ini akan membahas mengenai cara penyesuaian diri tumbuhan bakau atau biasa juga disebut hutan mangrove. Yuuuk simak artikel dibawah ini;
Hutan Bakau
Hutan Bakau atau juga sering disebut hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di rawa-rawa atau pantai genangan air laut serta berair payau yang dipengaruhi pasang surut air laut. Hutan bakau sering dikenal sebagai hutan daerah rendah. Pohon bakau tumbuh dan berkembang biak di habitat genangan air berkadar garam tinggi, berlumpur, dengan tanah yang labil.
Hutan bakau banyak ditumbuhi pula oleh tumbuhan yang bersifat khas. Pohon bakau mengalami daur penggenangan oleh pasang surut air laut sebanyak dua kali dalam sehari semalam. Indonesia memiliki hutan bakau terluas di dunia. Salah satunya di papua, terutama disekitar teluk Bintuni. Ada banyak jenis tumbuhan yang hidup dan tumbuh di hutan bakau.
Tumbuhan bakau tumbuh menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, seperti tergenang, berkadar garam, lumpur tinggi, dan tanah labil. Menghadapi variasi-variasi kondisi lingkungan seperti ini, secara alami dapat menyebabkan terbentuknya zonasi vegetasi mangrove, yang biasanya berlapis-lapis mulai dari bagian terluar hingga ke pedalaman.
Jenis-jenis bakau Rhizophora biasanya tumbuh dibagian terluar hutan yang sering digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan rhizophora mucronata tumbuh di atas lumpur. Bakau rhyzophora stylosa dan perepat tumbuhan bakau jenis api-api hitam (avicennia alba) yaitu di zona terluar atau zona pionir.
Dibagian lebih dalam, yang masih tergenang pasang tinggi, biasanya dapat ditemui campuran bakau Rhizophora mucronata dengan jenis kendeka, kabau, dan lain-lain. Jenis bakau ini merupakan jenis yang mempunyai biji berkecambah. Adapun ditepi sungai, yang lebih tawar airnya, biasanya ditemui tumbuhan nipah dan pidada.
Pada bagian yang kering di pedalaman hutan didapatkan tumbuhan nirih atau Xylocarpus spp, teruntum, dungun, dan kayu buta-buta. Pohon bakau yang tumbuh di hutan bakau beradaptasi dengan berbagai cara. Beradaptasi secara fisik, yaitu kebanyakan pohon bakau menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup. Seperti bentuk akar, daun, dan buahnya.
Pohon bakau terbiasa hidup ditempat basah dengan kadar garam tinggi. Pada umumnya, pohon bakau memiliki akar tunjang yang berpori. Pori pada tumbuhan bakau berfungsi untuk menyesuaikan hidup dari ganasnya gelombang dan tanah yang tergenang air dengan pasokan oksigen yang sedikit. Tetapi ada pula pohon bakau yang hidup dengan akar nafas, dan akar lutut.
Penyesuaian Diri Tumbuhan Bakau (Mangrove)
Adaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah
Untuk hidup dilingkungan yang sulit pada kadar oksigen yang rendah berbagai tumbuhan mangrove mengembangkan perakaran unik yang disebut pneumotofor (akar nafas), berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara dan bertahan pada subtract yang berlumpur. Akar nafas ini terdapat pada spesies tumbuhan mangrove tertentu seperti Avicennia spp; dan Sonneratia spp.
Adaptasi terhadap kadar garam tinggi
Beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti bakau (Rhizophora spp) api-api (Avicennia spp.) dan pidada (Sonneratia spp.) mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Sekitar 90-97% kandungan garam di air laut hampir tak mampu menembus saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di daun tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun.
Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil
Untuk mengatasi subtrat kurang stabil, beberapa spesies tumbuhan mangrove mengembangkan struktur akar membentuk jaringan horisontal yang lebar, disamping memperkokoh tubuhnya, akar tersebut berfungsi untuk mempermudah tumbuhan dalam menangkap unsur hara dan menahan sedimen.
Kecambah biji mangrove
Beberapa spesies mangrove mengembangkan cara berbiak secara vivivar, yaitu buahnya berkecambah pada saat masih berada di pohon. Kecambah ini akan segera mengeluarkan akar, bilamana jatuh ke tanah pada saat surut, atau setelah tersangkut pada materi yang cukup padat sehingga tidak mudah hanyut karena ombak. Pertumbuhan akar ini diduga dirangsang oleh adanya kontak dengan subtrat yang keras atau adanya zat tertentu dalam tanah yang merangsang pertumbuhan akar.