ASTALOG.COM – Singasari adalah nama dari sebuah daerah yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi di hulu sungai Brantas. Saat ini daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang di Propinsi Jawa Timur Indonesia. Pada abad ke-13, Singasari hanya merupakan sebuah desa kecil yang tidak berarti. Keadaan tersebut lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berhasil merebut daerah tersebut dari wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri yang saat itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada tahun 1222 Masehi.
Sejak saat itu ia mendirikan kerajaan yang berpusat di desa Kutaraja serta mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. Baru kemudian pada tahun 1254 Masehi, wilayah tersebut diganti nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari menjadi kota kerajaan yang menguasai wilayah Jawa bagian Timur dari tahun 1222 sampai 1292 Masehi.
Masa Kejayaan Kerajaan Singasari
Kertanagara ialah raja terakhir & raja terbesar dalam sejarah Singhasari [1268-1292]. Ia ialah raja pertama yg mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol.
Saat itu penguasa Sumatra ialah Kerajaan Dharmasraya [kelanjutan dari Kerajaan Malayu]. Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yg dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.
Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, & Bakulapura.
Perselisihan Antara Kerajaan Singasari dan Mongol
Mula-mula, utusan tersebut tidak dihiraukan oleh Kertanegara. Akan tetapi, tuntutan dari utusan Kubilai Khan tahun 1289, yang bernama Meng Chi, oleh Kertanegara ditolak mentah-mentah. Utusan Cina tersebut dilukai mukanya oleh Kertanegara. Perlakuan Kertanegara tersebut dianggap oleh Kubilai Khan sebagai penghinaan dan pernyataan perang Singasari atas kerajaaan Mongol. Tiga tahun kemudian, yaitu tahun1292, Kubilai Khan mengirimkan pasukan ke Jawa yang dipimpin oleh tiga orang panglima perang, Shun-pi, Ihen-mi-shin, dan Kau Hsing. Untuk menghadapi serangan tersebut tentara Singasari dikerahkan ke pantai-pantai utara. Ada beberapa penyebab dari munculnya perselisihan antara kedua kerajaan ini, yaitu;
1. Timbulnya Dendam lama
Namun, peperangan antara pasukan Singasari dengan tentara Cina tidak sempat terjadi karena sebelum tentara Cina tiba di Jawa timbul serangan dari pasukan raja Jayakatwang, salah seorang keturunan raja Kertajaya (Kediri), yang menuntut balas dendam kepada keluarga raja Singasari atas kematian leluhurnya yang dilakukan oleh Ken Arok, pendiri kerajaan Singasari. Rupanya setelah Kertajaya mati, kerajaan Kediri masih tetap berdiri sebagai bawahan Singasari.
2. Jalannya Perang Jayakatwang Vs Kertanegara
Menurut Kitab Pararaton, serangan Jayakatwang dilakukan pada bulan Mei dan Juni 1292 dari dua arah, utara dan selatan. Serangan dari utara dimaksudkan untuk menarik pasukan Singasari keluar dari keraton. Pasukan Singasari yang dipimpin oleh menantu Kertanegara dan cucu Mahesa Cempaka, yaitu Raden Wijaya berhasil dipancing keluar dan terus mengejar pasukan Jayakatwang yang terus mundur. Dalam keadaan keraton terbuka dari penjagaan pasukan Raden Wijaya, pasukan Jayakatwang dari arah selatan berhasil masuk keraton dan membunuh raja Kertanegara dan bersama peMbesar keraton. Dengan terbunuhnya Kertanegara, berakhirlah kerajaan Singasari. Kertanegara dicandikan di salah satu tempat yang disebut Singasari.
3. Kekalahan Kertanegara
Menurut prasasti Kurdadu, setelah terbunuhnya Kertanegara, Raden Wijaya menyelamatkan diri dengan menyeberang ke Madura berkat bantuan lurah desa Kurdadu. Di sana, dia mendapat perlindungan dari Aryawiraraja. Atas jaminan Aryawiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang. Sebagai tanda pengampunannya, akhirnya Raden Wijaya diberi sebidang tanah oleh Jayakatwang di daerah Tarik yang kemudian dikembangkannya menjadi sebuah desa yang diberinya nama Majapahit. Desa tersebut menjadi cikal bakal kerajaan Majapahit.