Dilansir dari Wikipedia, Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
Masih menurut Robin, konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik.
Faktor-faktor yang menyebabkan konflik:
- Perbedaan individu. Meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
- Perbedaan latar balakang kebudayaan yang membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
- Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
- Perubahan nilai yang cepat dalam masyarakat.
Teori Konflik Menurut Lewis Coser.
Teori konflik yang dikonsepsikan coser merupakan sebuah system social yang bersifat fungsional. Bagi lewis A. Coser ,konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak semata-mata menunjukkan fungsi negatif saja ,tetapi dapat pula menimbulkan dampak positif. Oleh karena itu ,konflik bias menguntungkan bagi system yang bersangkutan. Bagi Coser ,konflik adalah salah satu bentuk interaksi dan tak perlu diingkari keberadaannya
Fungsi Positif Konflik Menurut Lewis Coser.
Konflik merupakan cara atau alat untuk mempertahankan ,mempersatukan dan bahkan mempertegas system social yang ada. Meskipun konflik memiliki beberapa efek negatif, namun konflik juga memiliki fungsi positif. Contoh yang paling jelas untuk memahami fungsi positif konflik adalah hal-hal yang menyangkut dinamika hubungan antara “in-group (kelompok dalam) dengan “out-group” (kelompok luar).Berikut ini adalah sejumlah proposisi yang dikemukakan oleh Lewis A.Coser:
- Kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam (in group ) akan bertambah tinggi apabila tingkat permusushan atau konflik dengan kelompok luar bertambag besar.
- Integritas yang semakin tinggi dari kelompok yang terlibat dalam konflik dapat membantu memeperkuat batas antara kelompok itu dan kelompok-kelompok lainnya dalam lingkungan itu,khususnya kelompok yang bermusuhan atau secara potensi dapat menimbulkan permusuhan.
- Dalam kelompok itu ada kemungkinan berkurangnya toleransi akan perpecahan ,dan semakin tingginya tekanan pada konsesus dan konformintas.
- Para penyimpang dalam kelompok itu tidak lagi ditoleransikan, mereka tidak dapat dibujuk masuk kejalan yang benar, mereka mungkin diusir atau dimasukkan dalam pengawasan yang ketat.
Menurut Lewis A.Coser, Konflik terbagi atas 2 (dua macam), antara lain:
- Konflik Realistis.
Konflik realistis yaitu konflik yang berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan runtutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, yang di tujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
- Konflik Non Realistis.
Konflik non realistis yaitu konflik yang bukan berasal dari tujuan tujuan saingan yang antagonistis, melainkan dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah pihak. Salah satu contoh dari konflik ini yaitu: dalam masyarakat yang masih buta huruf, pembalasan dendam lewat ilmu gaib. Hal ini merupakan bentuk konflik non realisitis.
Penyelesaian Konflik.
Penyeselaian dari konflik antar individu dan kelompok adalah dengan cara timbulkan dalam diri masing rasa saling menghormati, menghargai dan rasa toleransi yang bisa menghindarkan kita dari permasalahan yang menyebabkan terjadinya suatu konflik. Tetapi bagai mana jika suatu konflik itu terjadi antara kelompok dan kelompok? Untuk menyelesaikan nya kita perlu tahu dan pahan akan permasalahan yang sedang dipermasalahkan, dan kita harus punya strategi untuk menyiasati sebuah konflik. Misalnya: Menghindarinya, Mengakomodasi (Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah), Melakukan Kompetisi (bisa memberikan lebih banyak informasi dan keahlian mengenai cara penyelesaian konflik), Kompromi atau Negosiasi dan Memecahkan masalah bersama atau kolaborasi.