Kisah Perjuangan Sultan Hasanuddin

ASTALOG.COM – Sultan Hasanuddin adalah pahlawan nasional yang berasal dari Makassar. Lahir pada tanggal 12 Januari tahun 1631. Ayahnya bernama I Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiung yang bergelar Sultan Malikussaid dan ibunya bernama I Sabbe To’mo Lakuntu. Sultan Hasanuddin Diangkat menjadi raja gowa ke-16 ketika berusia 22 tahun menggantikan ayahnya yang merupakan Raja Gowa ke-15.

Sultan Hasanuddin terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Nama ini diberikan oleh Syeikh Sayyid Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, Seorang qadi Islam kesultanan Gowa. Saat Sultan Hasanuddin telah naik tahta sebagai Sultan, ia mendapat gelar tambahan, yaitu, Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana.

 

Masuknya Belanda

Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan rempah-rempah. Karena itulah Belanda berusaha mengambil alih hal tersebut. Laksamana Cornelis Speelman yang merupakan pimpinan kompeni atau Belanda berusaha untuk menundukkan kerajaan Gowa pada tahun 1666, namun tidak berhasil karena setelah naik tahta, Sultan Hasanuddin langsung bergerak cepat menggabungkan kekuatan dari kerajaan-kerajaan kecil untuk melawan Kompeni.

PELAJARI:  Fungsi Usus Buntu
 

Namun sayangnya, kompeni juga berusaha menambah pasukan yang mengakibatkan kerajaan Gowa terdesak hingga akhirnya pada tanggal 18 november 1667 Kerajaan gowa dan Kompeni sepakat membuat perjanjian yang dikenal dengan nama Perjanjian Bongaya.

Namun perjanjian tersebut ternyata sangat merugikan pihak Kerajaan Gowa yang akhirnya membuat Sultan Hasanuddin melakukan perlawanan. Salah satu keputusan yang merugikan bagi kerajaan gowa adalah menyerahkan benteng Ujung Pandang yang kemudian diubah namanya menjadi Benteng Fort Rotterdam oleh pihak kompeni. Hal ini membuat Kompeni kembali meminta bantuan pada tentara Batavia (saat ini dikenal dengan nama Jakarta) yang mengakibatkan terjadinya pertempuran sengit dimana mana.

Laksamana Cornelis Speelman ternyata mempersiapkan benteng Ujung Pandang agar bisa diajdikan sebagai pertahanan pasukan kompeni. Hingga akhirnya pada tanggal 12 Juni 1669 pasukan kompeni berahasil menerobos masuk Benteng Somba Opu yang merupakan benteng terkuat dari Kerajaan Gowa.

PELAJARI:  Sifat-sifat Persegi

Ayam Jantan dari Timur

Pihak kompeni atau Belanda sendiri mengatakan bahwa perang dengan pasukan dari Sultan Hasanuddin merupakan peperangan yang panjang dan melelahkan bila dibandingkan dengan perang lainnya di Nusantara. Hingga akhir hayatnya Sultan Hasanuddin meskipun kalah dari kompeni, ia tidak pernah menyerah.

Sultan Hasanuddin diberi julukan De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya adalah Ayam Jantan dari Timur karena keberaniannya melawan penjajah-penjajah Belanda.

Semasa hidupnya, Sultan Hasanuddin dikenal sebagai orang yang rendah hati, jujur baik dari perbuatan maupun perkataan. Raja ke-16 gowa tersebut akhirnya wafat pada usia 39 tahun tanggal 23 Muharram 1081 Hijriah atau tanggal 12 Juni 1670 pada penanggalan masehi. Jenazahnya dimakamkan di sebuah bukit buat pemakaman raja-raja Gowa nan berada di dalam benteng Kale Gowa, Kampung Tamalate.

PELAJARI:  Lapisan Penyusun Dinding Usus

Tahta beliau kemudian digantikan oleh putranya sendiri yang bernama I Mappasomba Daeng Nguraga Nan dengan gelar Sultan Amir Hamzah.